Rangkul Putri Wapres, Demokrat Disebut Ingin Dekati Nahdliyin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrat (PD) menunjuk putri Wakil Presiden (Wapres) KH Maruf Amin, Siti Nur Azizah, sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam mengatakan, keputusan PD menggandeng putri mantan Rais Aam PBNU ini sangat menarik untuk dicermati. Sebab, pertama, Siti Nur Azizah mengaku bahwa keputusannya untuk bergabung dengan PD atas restu sang Ayahanda.
"Artinya, komunikasi dan restu politik itu diberikan sebagai bentuk kepercayaan Wapres terhadap nalar politik dan garis perjuangan Partai Demokrat," ujar Khoirul Umam kepada SINDOnews, Sabtu (18/4/2020).
Selama ini, kata Umam, Partai Demokrat selalu mengidentikan diri sebagai “partai nasionalis-religius’ atau ‘partai tengah’ yang berkomitmen untuk tidak masuk dalam pusaran eksploitasi politik identitas yang menciptakan polarisasi politik masyarakat di akar rumput.
"Jika dicermati lebih dalam, paradigma ‘nasionalis-religius’ dan ‘kekuatan tengah’ (wasatiyyah) memang lebih identik dengan corak karakter pemikiran dan tradisi Nahdlatul Ulama (NU)," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, Wapres KH Maruf Amin dan keluarganya selama ini juga dikenal sebagai masyarakat Nahdliyyin. Bahkan, KH Maruf Amin pernah menjadi Rais Aam PBNU, sebuah posisi pemimpin spiritual tertinggi dalam struktur kepengurusan NU.
"Karena itu, wajar jika terjadi pertemuan visi dan misi kalangan Nahdliyyin dengan Partai Demokrat yang juga bercorak ‘tengah’ atau wassatiyyah," katanya.
Ke depan, tutur Umam, tampilnya Nur Azizah sebagai Wasekjen DPP PD ini juga berpotensi menjadi jembatan komunikasi yang lebih intensif antara kekuatan Partai Demokrat dan basis masyarakat Nahdliyyin di akar rumput.
Dikatakan Umam, sejarah relasi Partai Demokrat dan Nahdliyyin cukup kuat, sebab terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden RI ke-6 pada Pilpres 2004 dan Pilpres 2009 tak lepas dari besarnya dukungan warga Nahdliyyin di basis Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Meski pun saat itu, terjadi perbedaan arah dukungan di level elite PBNU, tetapi data sejumlah survei membuktikan bahwa basis massa Nahdliyyin lebih memberikan dukungannya kepada SBY daripada Megawati pada Pilpres 2004 dan 2009," pungkasnya.
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam mengatakan, keputusan PD menggandeng putri mantan Rais Aam PBNU ini sangat menarik untuk dicermati. Sebab, pertama, Siti Nur Azizah mengaku bahwa keputusannya untuk bergabung dengan PD atas restu sang Ayahanda.
"Artinya, komunikasi dan restu politik itu diberikan sebagai bentuk kepercayaan Wapres terhadap nalar politik dan garis perjuangan Partai Demokrat," ujar Khoirul Umam kepada SINDOnews, Sabtu (18/4/2020).
Selama ini, kata Umam, Partai Demokrat selalu mengidentikan diri sebagai “partai nasionalis-religius’ atau ‘partai tengah’ yang berkomitmen untuk tidak masuk dalam pusaran eksploitasi politik identitas yang menciptakan polarisasi politik masyarakat di akar rumput.
"Jika dicermati lebih dalam, paradigma ‘nasionalis-religius’ dan ‘kekuatan tengah’ (wasatiyyah) memang lebih identik dengan corak karakter pemikiran dan tradisi Nahdlatul Ulama (NU)," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, Wapres KH Maruf Amin dan keluarganya selama ini juga dikenal sebagai masyarakat Nahdliyyin. Bahkan, KH Maruf Amin pernah menjadi Rais Aam PBNU, sebuah posisi pemimpin spiritual tertinggi dalam struktur kepengurusan NU.
"Karena itu, wajar jika terjadi pertemuan visi dan misi kalangan Nahdliyyin dengan Partai Demokrat yang juga bercorak ‘tengah’ atau wassatiyyah," katanya.
Ke depan, tutur Umam, tampilnya Nur Azizah sebagai Wasekjen DPP PD ini juga berpotensi menjadi jembatan komunikasi yang lebih intensif antara kekuatan Partai Demokrat dan basis masyarakat Nahdliyyin di akar rumput.
Dikatakan Umam, sejarah relasi Partai Demokrat dan Nahdliyyin cukup kuat, sebab terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden RI ke-6 pada Pilpres 2004 dan Pilpres 2009 tak lepas dari besarnya dukungan warga Nahdliyyin di basis Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Meski pun saat itu, terjadi perbedaan arah dukungan di level elite PBNU, tetapi data sejumlah survei membuktikan bahwa basis massa Nahdliyyin lebih memberikan dukungannya kepada SBY daripada Megawati pada Pilpres 2004 dan 2009," pungkasnya.
(nag)