Pengamat Nilai KLB Ilegal Intervensi Muluskan Agenda Terselubung Moeldoko

Jum'at, 05 Maret 2021 - 18:26 WIB
loading...
Pengamat Nilai KLB Ilegal...
Sejumlah pengamat dan akademisi curiga ada agenda terselubung lebih besar di balik kegigihan sejumlah mantan kader Partai Demokrat untuk tetap melakukan KLB dan menunjuk Moeldoko sebagai Ketum. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sejumlah pengamat dan akademisi curiga ada agenda terselubung lebih besar di balik kegigihan sejumlah mantan kader Partai Demokrat untuk tetap melakukan Kongres Luar Biasa ( KLB ). Disebut ilegal karena tidak memenuhi syarat-syarat AD/ART Partai Demokrat yang sah.

Sejumlah pengamat menduga ada upaya melemahkan oposisi untuk memuluskan sejumlah agenda politik termasuk presiden tiga periode. Demikian analisa sejumlah pengamat dan akademisi menanggapi makin santernya berita KLB ilegal yang mengatasnamakan Partai Demokrat.

“Saya heran dengan ngototnya upaya melakukan KLB ilegal oleh mantan-mantan kader Demokrat walaupun jelas menyalahi AD/ART partai yang legal,” ujar Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun dalam keterangannya, Jumat (5/3/2021).

“Realitas itu memungkinkan dugaan bahwa KLB ilegal itu ada apa-apanya dan muncul dugaan kuat yang makin diketahui publik siapa sesungguhnya di balik para mantan kader ini,” sambung Ubedilah.

Yang jelas, kata dia, ini terlihat sebagai upaya yang sistematis dan cukup masif untuk melemahkan Partai Demokrat yang notabene berada di luar pemerintahan dan selama ini tidak segan menolak kebijakan pemerintah. Seperti kejadian walk out saat menolak RUU Ciptaker September lalu.

“Kalau kita analisis siapa yang paling diuntungkan dengan melemahnya oposisi seperti Partai Demokrat, lalu kita hubungkan dengan pencapresan 2024, kita bisa melihat benang merahnya,” jelas mantan Aktivis Mahasiswa 98 ini.

Terus disebutnya Moeldoko dalam isu KLB ilegal juga menimbulkan pertanyaan. Teguran Presiden Jokowi pada Kepala KSP Moeldoko agar tidak turut campur dalam urusan internal terkesan diabaikan.

"Sebagai orang dekat Presiden, Pak Moeldoko harusnya patuh, tunduk dan taat pada Bapak Presiden. Jika memang tidak terlibat, harusnya Pak Moeldoko keberatan namanya terus dibawa-bawa dalam kisruh KLB ilegal ini," kata Ubedillah.

Analisa serupa dikemukakan Syarwi Pangi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Research Center and Consulting. “Analisa siapa yang paling diuntungkan dari sebuah rekayasa politik bisa membantu kita memetakan aktor sebenarnya yang terlibat, yang sering kali luput dari pengamatan yang bersifat permukaan,“ papar Pangi yang akrab dipanggil Ipang ini.

“Dalam kasus KLB ilegal ini, tidak ada yang diuntungkan oleh melemahnya oposisi seperti Partai Demokrat kecuali rezim yang berkuasa, apalagi jika bercampur dengan kepentingan pribadi tokoh non partai untuk mencari kendaraan politik pada tahun 2024,” imbuhnya.

Pangi mengingatkan bahwa dalam dua kali pernyataan persnya, Kepala KSP Moeldoko sudah menegaskan komitmen untuk tidak ikut campur urusan Partai Demokrat. "Jika memang Pak Moeldoko tidak terlibat, jangan biarkan namanya terus dibawa-bawa oleh pengusung KLB ilegal ini," tandas Pangi.

Baik Ubedilah Badrun maupun Pangi Syarwi sepakat bahwa upaya KLB ilegal Partai Demokrat bukanlah semata-mata persoalan Partai Demokrat tapi bentuk yang telanjang dan intervensi kekuasaan untuk melemahkan oposisi, apalagi jika bercampur dengan ambisi politik pribadi tokoh tertentu untuk menyongsong Pemilu 2024. Baca juga: Demokrat Tegaskan KLB Deliserdang Ilegal, Ini Aturannya Mainnya

Mereka khawatir jika ini dibiarkan, kualitas demokrasi Indonesia yang sudah menurun akan makin memburuk. "Pola politik elite yang membelah partai oposisi ini sesungguhnya adalah bencana besar demokrasi karena politik menjadi tidak sehat yang akan berdampak pada tidak sehatnya demokrasi," pungkas Ubedilah.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Sesalkan Aksi Teror...
Sesalkan Aksi Teror Terhadap Wartawan Tempo, AHY Harap Isu Tak Melebar
Bergabung ke Demokrat,...
Bergabung ke Demokrat, Mantan Wasekjen PBB Optimistis Dongkrak Suara di Pemilu 2029
AHY Tunjuk 7 Waketum...
AHY Tunjuk 7 Waketum Partai Demokrat, Ada Dede Yusuf hingga Edhie Baskoro Yudhoyono
AHY Tunjuk Andi Mallarangeng...
AHY Tunjuk Andi Mallarangeng Jadi Ketua Dewan Pakar Demokrat 2025-2030
Tunjuk Irwan Fecho Jadi...
Tunjuk Irwan Fecho Jadi Bendum Demokrat, AHY: Tugas Berat Gantikan Renville Antonio
AHY Umumkan Jajaran...
AHY Umumkan Jajaran DPP Demokrat 2025-2030: Herman Khaeron Sekjen, Irwan Fecho Bendahara Umum
Makna Tongkat Komando...
Makna Tongkat Komando Bertuliskan Asmaul Husna dari AHY ke Prabowo
Puan Hadiri Penutupan...
Puan Hadiri Penutupan Kongres Demokrat, Aria Bima: Kita Butuh Komunikasi Lintas Partai Politik
Partai Perindo dan Demokrat...
Partai Perindo dan Demokrat Siap Kolaborasi Dukung Pemerintahan Prabowo
Rekomendasi
Dirlantas Polda Metro...
Dirlantas Polda Metro Jaya Evaluasi Penerapan Tilang ETLE untuk Ambulans
Dokter Kandungan di...
Dokter Kandungan di Garut Lecehkan Pasien Hamil, Menteri HAM Perintahkan Stafnya ke Lokasi
MNC Pictures Mempersembahkan...
MNC Pictures Mempersembahkan Sinetron Kau Ditakdirkan Untukku: Kisah Cinta yang Tertahan oleh Luka dan Rahasia
Berita Terkini
Menko Polkam Ungkap...
Menko Polkam Ungkap Hasil Kunjungan Presiden Prabowo ke Timur Tengah dan Turki
51 menit yang lalu
Profil Ali Muhtarom,...
Profil Ali Muhtarom, Hakim Sidang Perkara Tom Lembong yang Jadi Tersangka Suap CPO
2 jam yang lalu
Ratusan Sekolah Anggota...
Ratusan Sekolah Anggota JSIT Indonesia Gelar Aksi Bersama Boikot Produk Pro Zionis
3 jam yang lalu
Akhiri Kunjungan ke...
Akhiri Kunjungan ke Yordania, Prabowo Kembali ke Tanah Air
3 jam yang lalu
BPKH Serahkan Uang Tunai...
BPKH Serahkan Uang Tunai untuk Living Cost Jemaah Haji 2025 Sebesar Rp3.187.500
4 jam yang lalu
Momen Presiden Prabowo...
Momen Presiden Prabowo Diantar Pangeran Ghazi usai Lawatan di Yordania
4 jam yang lalu
Infografis
5 Perguruan Tinggi Negeri...
5 Perguruan Tinggi Negeri yang Membuka Jalur Mandiri Nilai Rapor
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved