Wamenkes Sebut Kerja Sama Masyarakat dan Pemerintah Kunci Tangani COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menegaskan kunci keberhasilan Indonesia dalam menangani pandemi COVID-19 adalah kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam melakukan berbagai upaya terbaik demi kebaikan bersama.
Hal ini disampaikan Wamenkes dalam dialog virtual dengan tema "Ibu Pertiwi di Sewarsa Pandemi," yang dilaksanakan oleh KPCPEN FMB9, Selasa (2/3/2021) siang.
Dante menjelaskan, yang dimaksud peran serta masyarakat dalam penanggulangan pandemi COVID-19 adalah dengan melaksanakan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, menggunakan masker). Sementara peran serta pemerintah adalah disiplin 3T (testing, tracing, treatment).
Baca juga: Update Corona: Positif 1.347.026 Orang, 1.160.863 Sembuh dan 36.518 Meninggal
Jembatan antara peran serta masyarakat dan komitmen pemerintah itulah yang sekarang mulai dilaksanakan secara masif, yaitu vaksinasi. "Namun vaksinasi bukan game changer. Itu sebab tracing dan testing harus diperbanyak dan masyarakat harus berperan serta," kata Dante.
Pada kesempatan yang sama, salah satu penyintas COVID-19 yang merupakan kluster keluarga, Anang Hermansyah, mengaku sebagai warga negara yang partisipatif dirinya beserta keluarga sudah menjalankan protokol kesehatan ketat untuk mengindari penyebaran Covid19 di lingkungannya. Namun, menurut mantan Anggota DPR RI itu, kesulitan dirasakan ketika dirinya dan keluarga harus memastikan bahwa seluruh anggota keluarganya bebas virus corona.
"Kenapa gak bisa PCR Swab semua? Karena biayanya tinggi. Makanya harapan saya dari bagian masyarakat, kita sudah punya teknologi yang bagus GeNose kenapa gak disertakan," katanya seraya bertanya kepada Wakil Menteri Kesehatan.
Baca juga: Setahun COVID-19, Ini Kondisi Penanganan di RSUD dr Soewandhie
Menurut suami Ashanty itu, dengan GeNose diharapkan partisipasi masyarakat dapat lebih luas lagi. Anang berargumen, salah satu kendala yang menjadi penyebab sulitnya mengontrol penyebaran COVID-19 di kluster keluarga adalah tingginya biaya tes PCR Swab. "Sementara untuk antigen tidak presisi atau kurang akurat," kata Anang.
Sampai Maret 2021, Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sudah 1,3 juta masyarat Indonesia terinfeksi virus corona, dan 36,5 ribu di antaranya meninggal dunia. Sebanyak 10% di antara para penderita COVID-19 adalah mereka dalam kelompok usia lanjut. Meskipun tampak kecil, tapi jumlah lansia yang gagal sembuh mencapai 50% dari jumlah kematian pasien COVID-19.
Hal ini disampaikan Wamenkes dalam dialog virtual dengan tema "Ibu Pertiwi di Sewarsa Pandemi," yang dilaksanakan oleh KPCPEN FMB9, Selasa (2/3/2021) siang.
Dante menjelaskan, yang dimaksud peran serta masyarakat dalam penanggulangan pandemi COVID-19 adalah dengan melaksanakan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, menggunakan masker). Sementara peran serta pemerintah adalah disiplin 3T (testing, tracing, treatment).
Baca juga: Update Corona: Positif 1.347.026 Orang, 1.160.863 Sembuh dan 36.518 Meninggal
Jembatan antara peran serta masyarakat dan komitmen pemerintah itulah yang sekarang mulai dilaksanakan secara masif, yaitu vaksinasi. "Namun vaksinasi bukan game changer. Itu sebab tracing dan testing harus diperbanyak dan masyarakat harus berperan serta," kata Dante.
Pada kesempatan yang sama, salah satu penyintas COVID-19 yang merupakan kluster keluarga, Anang Hermansyah, mengaku sebagai warga negara yang partisipatif dirinya beserta keluarga sudah menjalankan protokol kesehatan ketat untuk mengindari penyebaran Covid19 di lingkungannya. Namun, menurut mantan Anggota DPR RI itu, kesulitan dirasakan ketika dirinya dan keluarga harus memastikan bahwa seluruh anggota keluarganya bebas virus corona.
"Kenapa gak bisa PCR Swab semua? Karena biayanya tinggi. Makanya harapan saya dari bagian masyarakat, kita sudah punya teknologi yang bagus GeNose kenapa gak disertakan," katanya seraya bertanya kepada Wakil Menteri Kesehatan.
Baca juga: Setahun COVID-19, Ini Kondisi Penanganan di RSUD dr Soewandhie
Menurut suami Ashanty itu, dengan GeNose diharapkan partisipasi masyarakat dapat lebih luas lagi. Anang berargumen, salah satu kendala yang menjadi penyebab sulitnya mengontrol penyebaran COVID-19 di kluster keluarga adalah tingginya biaya tes PCR Swab. "Sementara untuk antigen tidak presisi atau kurang akurat," kata Anang.
Sampai Maret 2021, Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sudah 1,3 juta masyarat Indonesia terinfeksi virus corona, dan 36,5 ribu di antaranya meninggal dunia. Sebanyak 10% di antara para penderita COVID-19 adalah mereka dalam kelompok usia lanjut. Meskipun tampak kecil, tapi jumlah lansia yang gagal sembuh mencapai 50% dari jumlah kematian pasien COVID-19.
(abd)