Lansia Makin Merana

Kamis, 11 Februari 2021 - 05:50 WIB
loading...
A A A
Guna mengurangi kekhawatiran terhadap penularan Covid-19, sebaiknya keluarga yang tinggal bersama lansia benar-benar mematuhi protokol kesehatan sehingga dapat menekan rasa cemas akan tertular pada lansia. Jika ingin berkunjung ke rumah nenek atau kakek di masa pandemi ini, protokol kesehatan mutlak dijalankan.

“Manusia makhluk sosial, bertemu dengan sanak keluarga pasti sangat penting bagi para lansia terutama di masa pandemi,” ujar dr Kuntjoro. Mengingat lansia butuh untuk ditemani dan dihibur sehingga mereka merasa bahagia dan berharga dan jauh dari gangguan kesehatan mental.

Lansia dan Covid-19
Perlu diketahui, lansia yang terkonfirmasi positif Covid-19 tidak memiliki gejala yang khas. Gejala seperti batuk, sesak napas, atau hilangnya indera penciuman dan perasa bisa tidak muncul pada lansia maupun komorbid.

“Lansia dan komorbid perlu perhatian khusus karena gejalanya yang khas seperti nafsu makan hilang tiba-tiba, terjadi perubahan perilaku yang tidak biasa, hingga hilangnya kesadaran,” kata Dr dr Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD K.Ger. Penyakit penyerta yang dialami juga semakin memperburuk keadaan lansia.

Lebih jauh, data WHO menyebutkan, lebih dari 95% kematian akibat virus korona terjadi pada penduduk usia lebih dari 60 tahun. Lebih dari 50% dari semua kematian melibatkan terjadi pada mereka yang berusia 80 tahun atau lebih.

Dipaparkan oleh dr Irandi Putra Pratomo, Ph.D, Sp.P(K), FAPSR, Covid-19 menyebabkan komplikasi fungsi saraf. Masalah neurologis atau kemampuan berpikir yang timbul akibat penyakit tersebut lebih rentan menyerang kelompok usia 51-60 tahun.

“Kelompok usia ini rentan mengalami gejala psikiatri atau kejiwaan. Tapi, lebih rentan lagi golongan usia 71-80 tahun, di mana mereka mengalami masalah psikiatri atau gangguan jiwa dan masalah susunan saraf besar di otak,” papar dr Irandi.

Temuan ini merujuk pada penelitian di Inggris yang dipublikasikan di The Lancet, Oktober 2020. Para peneliti yang tergabung dalam Membership of the Royal Colleges of Physicians (MRCP) Inggris dan beberapa peneliti lainnya mengatakan penelitian tersebut adalah penelitian pertama tentang komplikasi Covid-19 terhadap sistem saraf.

Penelitian menemukan adanya komplikasi neurologi dan neuropsikiatrik terhadap 153 pasien di negara tersebut. Sebanyak 77 dari 125 pasien (yang datanya lengkap) mengalami peristiwa serebrovaskular di mana 57 di antaranya alami stroke iskemik dan sembilan menderita stroke hemoragik.

Sementara 39 dari 125 pasien mengalami perubahan status mental di mana 23% di antaranya menderita ensefalopati (istilah yang luas untuk setiap penyakit otak yang mengubah fungsi atau struktur otak) dan 18% pasien menderita peradangan sistem saraf pusat. Masih terkait gangguan saraf, penelitian lain yang dilakukan di bulan Agustus 2020, peneliti memeriksa kondisi penyintas Covid-19 dan menemukan terjadi penuaan dini pada area otak serta saluran saraf mengalami penurunan fungsi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1871 seconds (0.1#10.140)