40 Hari Roy Janis, Tokoh yang Selalu Menghormati Seniornya
loading...
A
A
A
Politisi PDIP yang pernah menjadi Anggota DPR, Jacobus Mayong Padang juga hadir dan memberikan testimoninya berupa pengalaman bersama Mas Roy yang diumpamakan naik kendaraan butut untuk mencapai suatu tujuan, setelah tercapai, kendaraan itu dimasukkan bengkel dan keluar, sudah bagus.
"Kendaraan butut itu adalah partai PDI/PDIP yang kemudian menjadi idola wong cilik di masa reformasi hingga kini. Sesungguhnya perjuangan itu butuh pengabdian terutama menghadapi masa-masa sulit," ungkapnya.
Mengenai sosok Roy, dengan tegas Jacobus menyatakan bahwa Roy Janis adalah figur pemimpin yang punya tanggungjawab dan kepemimpinan yang tegas. Dia berani menentang keputusan DPP karena menurutnya keputusan itu harus dikoreksi. "Itulah pemimpin, punya keberanian dan tanggungjawab," katanya.
Selain testimoni dari kolega temen partai, wartawan, dan sahabat, acara ini jadi sarana bagi keluarga untuk mengungkapkan sosok Roy sebagai kepala keluarga dan ayah yang mencintai anak-anaknya. Sang Isteri, Jeni Janis mengawali acara dengan menceritakan bagaimana hubungan dia dengan sang suami hingga akhir hayat, lalu doa oleh ustadz Yusuf Daud.
Ketiga puteri beliau dan juga menantu mengungkapkan kesan-kesannya pada sang ayah tercinta. Puteri pertama, Ratih Janis mengatakan, ayahnya merupakan sosok yang sangat demokrastis didalam keluarga dan sangat menghargai pikiran anak-anaknya.
"Jadi, kita malah sering diskusi secara terbuka. Tapi karena ayah berasal dari Sulawesi dan pembawaannya agak tegas,keliatan agak sangar, padahal dia sangat sayang pada kita," kata Ratih yang sering diajak 'blusukan' mengikuti kegiatan politik ayahnya padahal ketika itu dia belum begitu paham.
Baca juga: Prof. Firmanzah: Ekonom, Dekan, dan Rektor yang Wafat di Usia Muda
Begitu juga puteri kedua, Kanti Janis yang menjadi moderator dalam acara zoom ini mengatakan, ayahnya juga sangat perhatian pada dirinya dan kakak-adiknya.
"Saya ambil S2 Program LLM, di Belanda selama 1,4 tahun dan dalam kurun waktu itu, ayah 5 kali menjenguk aku, satu kali sendirian Ayah bersihkan rumah saya. Sampai sikat kamar mandi, buka saluran air mampet. Cabut rumput liar di pekarangan. Pakai tangan semua," kenang Kanti.
Menurut Kanti, yang sekarang pengacara dan juga penulis buku ini, hubungan ayah dengan keluarga akrab sekali. "Bisa diskusi apa saja, beda pendapat sampai nada tinggi itu hal biasa. Saya juga biasa curhat ke Ayah, termasuk kalau dapat surat cinta dari cowok dia ikut saya kasih lihat," tuturnya.
"Kendaraan butut itu adalah partai PDI/PDIP yang kemudian menjadi idola wong cilik di masa reformasi hingga kini. Sesungguhnya perjuangan itu butuh pengabdian terutama menghadapi masa-masa sulit," ungkapnya.
Mengenai sosok Roy, dengan tegas Jacobus menyatakan bahwa Roy Janis adalah figur pemimpin yang punya tanggungjawab dan kepemimpinan yang tegas. Dia berani menentang keputusan DPP karena menurutnya keputusan itu harus dikoreksi. "Itulah pemimpin, punya keberanian dan tanggungjawab," katanya.
Selain testimoni dari kolega temen partai, wartawan, dan sahabat, acara ini jadi sarana bagi keluarga untuk mengungkapkan sosok Roy sebagai kepala keluarga dan ayah yang mencintai anak-anaknya. Sang Isteri, Jeni Janis mengawali acara dengan menceritakan bagaimana hubungan dia dengan sang suami hingga akhir hayat, lalu doa oleh ustadz Yusuf Daud.
Ketiga puteri beliau dan juga menantu mengungkapkan kesan-kesannya pada sang ayah tercinta. Puteri pertama, Ratih Janis mengatakan, ayahnya merupakan sosok yang sangat demokrastis didalam keluarga dan sangat menghargai pikiran anak-anaknya.
"Jadi, kita malah sering diskusi secara terbuka. Tapi karena ayah berasal dari Sulawesi dan pembawaannya agak tegas,keliatan agak sangar, padahal dia sangat sayang pada kita," kata Ratih yang sering diajak 'blusukan' mengikuti kegiatan politik ayahnya padahal ketika itu dia belum begitu paham.
Baca juga: Prof. Firmanzah: Ekonom, Dekan, dan Rektor yang Wafat di Usia Muda
Begitu juga puteri kedua, Kanti Janis yang menjadi moderator dalam acara zoom ini mengatakan, ayahnya juga sangat perhatian pada dirinya dan kakak-adiknya.
"Saya ambil S2 Program LLM, di Belanda selama 1,4 tahun dan dalam kurun waktu itu, ayah 5 kali menjenguk aku, satu kali sendirian Ayah bersihkan rumah saya. Sampai sikat kamar mandi, buka saluran air mampet. Cabut rumput liar di pekarangan. Pakai tangan semua," kenang Kanti.
Menurut Kanti, yang sekarang pengacara dan juga penulis buku ini, hubungan ayah dengan keluarga akrab sekali. "Bisa diskusi apa saja, beda pendapat sampai nada tinggi itu hal biasa. Saya juga biasa curhat ke Ayah, termasuk kalau dapat surat cinta dari cowok dia ikut saya kasih lihat," tuturnya.