Tanpa Tunjukan Bukti, Tudingan Demokrat ke Moeldoko Bisa Jadi Bumerang
loading...
A
A
A
Karyono mengatakan, seandainya sinyalemen yang dituduhkan mengarah pada sosok Moeldoko yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Presiden (KSP) dan sejumlah nama menteri yang diduga oleh AHY ikut mendukung upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa perlu dipastikan kebenarannya.
Baca Juga: Isu Kudeta Demokrat Bisa Buat AHY Benar-benar Terjungkal
Menurut dia, jika memang ada data atau bukti yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan maka pernyataan AHY perlu dilengkapi dengan data dan bukti-bukti otentik. Pun masalah ini tidak bisa digeneralisasi bahwa itu merupakan kepentingan pusat kekuasaan di istana yang melibatkan Presiden Joko Widodo. Dalam konteks inilah AHY perlu hati-hati dalam melontarkan pernyataan.
Sebaliknya, kata Karyono, jika AHY tidak mengungkap bukti-bukti yang bisa dipertanggung jawabkan, maka akan muncul asumsi ada kecenderungan sinyalemen tersebut sengaja diolah untuk konsumsi politik yang dikapitalisasi untuk kepentingan citra AHY dan Demokrat yang cenderung meredup.
"Di satu sisi untuk mendowngrade citra pemerintahan saat ini," imbuh mantan Peneliti LSI Denny JA ini.
Dalam peristiwa ini, menurutnya, sangat penting bagi Demokrat menunjukkan bukti-bukti dan data yang bisa dipertanggungjawabkan untuk melepaskan stigma negatif karena dalam persepsi publik, Demokrat dinilai kerap memainkan irama politik dramatis, "playing victim" dan 'baper'.
Dilanjutkan dia, disadari atau tidak, stigma ini cukup melekat dalam benak sebagian masyarakat. Selain itu, dalam persepsi publik, gestur dan pemikiran AHY juga dinilai mirip ayahnya.
Efeknya, kata dia, publik menilai AHY belum bisa lepas dari pengaruh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang notabene adalah ayahnya sendiri.
Tidak menutup kemungkinan, sambung dia, pernyataan AHY yang menuding pihak istana terlibat dalam upaya pengambilalihan kepemimpinan partai Demokrat bisa jadi tidak berdiri sendiri. Ada kemungkinan bersumber dari pemikiran SBY.
"Duplikasi SBY ke AHY ini mungkin di satu sisi bisa menjadi salah satu kelemahan AHY karena dipersepsikan sebagai pemimpin yang tidak mandiri," ucapnya.
Baca Juga: Isu Kudeta Demokrat Bisa Buat AHY Benar-benar Terjungkal
Menurut dia, jika memang ada data atau bukti yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan maka pernyataan AHY perlu dilengkapi dengan data dan bukti-bukti otentik. Pun masalah ini tidak bisa digeneralisasi bahwa itu merupakan kepentingan pusat kekuasaan di istana yang melibatkan Presiden Joko Widodo. Dalam konteks inilah AHY perlu hati-hati dalam melontarkan pernyataan.
Sebaliknya, kata Karyono, jika AHY tidak mengungkap bukti-bukti yang bisa dipertanggung jawabkan, maka akan muncul asumsi ada kecenderungan sinyalemen tersebut sengaja diolah untuk konsumsi politik yang dikapitalisasi untuk kepentingan citra AHY dan Demokrat yang cenderung meredup.
"Di satu sisi untuk mendowngrade citra pemerintahan saat ini," imbuh mantan Peneliti LSI Denny JA ini.
Dalam peristiwa ini, menurutnya, sangat penting bagi Demokrat menunjukkan bukti-bukti dan data yang bisa dipertanggungjawabkan untuk melepaskan stigma negatif karena dalam persepsi publik, Demokrat dinilai kerap memainkan irama politik dramatis, "playing victim" dan 'baper'.
Dilanjutkan dia, disadari atau tidak, stigma ini cukup melekat dalam benak sebagian masyarakat. Selain itu, dalam persepsi publik, gestur dan pemikiran AHY juga dinilai mirip ayahnya.
Efeknya, kata dia, publik menilai AHY belum bisa lepas dari pengaruh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang notabene adalah ayahnya sendiri.
Tidak menutup kemungkinan, sambung dia, pernyataan AHY yang menuding pihak istana terlibat dalam upaya pengambilalihan kepemimpinan partai Demokrat bisa jadi tidak berdiri sendiri. Ada kemungkinan bersumber dari pemikiran SBY.
"Duplikasi SBY ke AHY ini mungkin di satu sisi bisa menjadi salah satu kelemahan AHY karena dipersepsikan sebagai pemimpin yang tidak mandiri," ucapnya.