Bencana Alam Berturut-turut, BNPB Diminta Siaga di Semua Daerah
loading...
A
A
A
Dia menambahkan, hal yang tetap harus dilakukan adalah menjaga protokol kesehatan. Sebab, bagaimanapun pandemi Covid-19 ini adalah bagian dari bencana kemanusian.
Baca Juga: Prajurit Marinir Turun Tangan Bantu Tangani Banjir Kalimantan Selatan
Masyarakat harus tetap mematuhi anjuran pemerintah, yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker."Protapnya jelas harus tetap dilaksanakan, Prokes atau protokol kesehatan harus terus diterapkan oleh masyarakat dan kita semua. Karena bagaimanapun ini bagian dari ikhtiar kita untuk mencegah virus," kata Ridwan.
Di samping itu, dia juga mengajak masyarakat agar jangan lupa meningkat keimanan dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, meminta ampunan dan pertolongan. Karena satu-satunya yang pasti yang bisa menghentikan bencana dan wabah ini, hanya Allah SWT. "Tugas manusia hanya bisa berdoa dan berikhtiar secara lahir dan batin," jelasnya.
Baca Juga: Pakar Ungkap 2 Faktor Penyebab Kasus COVID-19 Kembali Pecah Rekor
Tak lupa, masyarakat diminta agar selalu menjaga imunitas. Menurutnya imunitas tubuh akan kuat, jika dibarengi dengan melakukan gaya hidup sehat yakni, olahraga, makan teratur, dan istirahat yang cukup. Serta yang lebih penting adalah memiliki jiwa dan hati yang tenang, tidak gelisah, cemas, dan dipenuhi rasa amarah dan takut.
"Membangun jiwa dan rasa optimisme itu bisa dilakukan dengan cara kita harus selalu berpikir positif, yakin bahwa semua ini akan berlalu, yakin bahwa Allah tidak akan menguji masyarakatnya melebihi kemampuannya, yakin pada ayat Allah bahwa setiap kesulitan ada kemudahan, fa inna ma'al usri yusra, inna ma'al usri yusra," kata Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 ini.
Dia turut mengajak kepada semua masyarakat untuk mengakhir semua perbedaan politik. Kata dia, apa yang selama ini diperdebatkan antara Islam dan Nasionalisme adalah hal sia-sia. Karena sejatinya Islam dan Nasionalisme tidak ada yang bertentangan, bahkan saling menguatkan.
Dia sepakat dan mendukung apa yang menjadi saran dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meminta pemerintah agar tidak melakukan hal-hal atau kebijakan yang membuat masyarakat semakin terpolarisasi dengan politik identitasnya masing-masing.
Untuk Indonesia yang sepanjang sejarahnya selalu ada konflik, baik vertikal maupun horizontal, keadaan buruk seperti itu harus bisa dicegah dan dihindari. Karena jika polarisasi antar kubu politik sangat tajam, kehidupan demokrasi pasti tidak sehat.
Maka itu, kata SBY, selagi kondisi ini belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri ini, para pemimpin dan semua elemen bangsa harus sadar bahwa sesuatu harus dilaksanakan. “Something must be done. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar. Di sisi lain, jangan pula ada yang justru menginginkan dan memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya,” ujar SBY belum lama ini.
Diketahui, Indonesia dalam satu pekan ini tengah dilanda bencana alam yang luar biasa besar, yakni bencana gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, banjir bandang di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, serta erupsi Gunung Semeru, di Jawa Timur, yang meliputi Malang Raya.
Baca Juga: Prajurit Marinir Turun Tangan Bantu Tangani Banjir Kalimantan Selatan
Masyarakat harus tetap mematuhi anjuran pemerintah, yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker."Protapnya jelas harus tetap dilaksanakan, Prokes atau protokol kesehatan harus terus diterapkan oleh masyarakat dan kita semua. Karena bagaimanapun ini bagian dari ikhtiar kita untuk mencegah virus," kata Ridwan.
Di samping itu, dia juga mengajak masyarakat agar jangan lupa meningkat keimanan dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, meminta ampunan dan pertolongan. Karena satu-satunya yang pasti yang bisa menghentikan bencana dan wabah ini, hanya Allah SWT. "Tugas manusia hanya bisa berdoa dan berikhtiar secara lahir dan batin," jelasnya.
Baca Juga: Pakar Ungkap 2 Faktor Penyebab Kasus COVID-19 Kembali Pecah Rekor
Tak lupa, masyarakat diminta agar selalu menjaga imunitas. Menurutnya imunitas tubuh akan kuat, jika dibarengi dengan melakukan gaya hidup sehat yakni, olahraga, makan teratur, dan istirahat yang cukup. Serta yang lebih penting adalah memiliki jiwa dan hati yang tenang, tidak gelisah, cemas, dan dipenuhi rasa amarah dan takut.
"Membangun jiwa dan rasa optimisme itu bisa dilakukan dengan cara kita harus selalu berpikir positif, yakin bahwa semua ini akan berlalu, yakin bahwa Allah tidak akan menguji masyarakatnya melebihi kemampuannya, yakin pada ayat Allah bahwa setiap kesulitan ada kemudahan, fa inna ma'al usri yusra, inna ma'al usri yusra," kata Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 ini.
Dia turut mengajak kepada semua masyarakat untuk mengakhir semua perbedaan politik. Kata dia, apa yang selama ini diperdebatkan antara Islam dan Nasionalisme adalah hal sia-sia. Karena sejatinya Islam dan Nasionalisme tidak ada yang bertentangan, bahkan saling menguatkan.
Dia sepakat dan mendukung apa yang menjadi saran dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meminta pemerintah agar tidak melakukan hal-hal atau kebijakan yang membuat masyarakat semakin terpolarisasi dengan politik identitasnya masing-masing.
Untuk Indonesia yang sepanjang sejarahnya selalu ada konflik, baik vertikal maupun horizontal, keadaan buruk seperti itu harus bisa dicegah dan dihindari. Karena jika polarisasi antar kubu politik sangat tajam, kehidupan demokrasi pasti tidak sehat.
Maka itu, kata SBY, selagi kondisi ini belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri ini, para pemimpin dan semua elemen bangsa harus sadar bahwa sesuatu harus dilaksanakan. “Something must be done. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar. Di sisi lain, jangan pula ada yang justru menginginkan dan memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya,” ujar SBY belum lama ini.
Diketahui, Indonesia dalam satu pekan ini tengah dilanda bencana alam yang luar biasa besar, yakni bencana gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, banjir bandang di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, serta erupsi Gunung Semeru, di Jawa Timur, yang meliputi Malang Raya.