Mengukur Peluang Para Ketua Umum Parpol di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ketua umum partai politik ( Parpol ) dinilai memiliki peluang yang sama sebagai kandidat bakal Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden di Pilpres 2024 . Para Ketua Umum tersebut tercatat dalam 'papan' survei yang dirilis oleh sejumlah lembaga survei, sehingga terbuka lebar untuk bersaing dalam pentas politik nasional mendatang.
(Baca juga: Peta Berubah, Sandi Akan Jadi Lawan Anies di Pilpres 2024?)
Dari hasil rilis sejumlah lembaga survei, tercatat nama Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB), Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), Zulkifli Hasan (PAN), Surya Paloh (Nasdem), yang masuk kategori Ketum parpol yang memiliki kursi di Parlemen.
(Baca juga: Tolak Hasil Pilpres, Trump Umumkan Demonstrasi Besar-besaran 6 Januari)
Namun juga tercatat ketum parpol non parlemen seperti Hary Tanoesoedibjo (Perindo), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Giring Ganesa (PSI) dan Hutomo Mandala Putra (Berkarya).
Para Ketum Parpol tersebut dinilainya memiliki peluang yang sama untuk bersaing dengan figur yang berasal dari kepala daerah, kader partai, dan kalangan profesional mengisi papan survei. Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab pun mencermati peluang para Ketum parpol tersebut.
(Baca juga : Mentan Kaget Harga Tanaman Hias Janda Bolong Tembus Ratusan Jutaan Rupiah )
"Hasil kajian dan temuan survei tetap tak bisa mengabaikan sisi elektoral ketum-ketum ini. Hanya dari perpsektif mana responden akan mengukurnya. Tapi, kalo dari personalnya, ya kembali ke mereka (ketum parpol) masing-masing. Misalkan Bu Mega sebagai partai penguasa mungkin nanti lebih nyaman kalo beliau cukup jadi king maker," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (4/1/2021).
(Baca juga : Conor McGregor Dibekuk Khabib gara-gara Minum Wiski Jelang Tarung )
Fadhli melanjutkan. Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto disebutnya akan tetap menjadi pilihan utama partainya, mengingat elektabilitas yang bersangkutan oleh sejumlah lembaga survei juga berada di puncak klasmen. Pria yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu cukup bersaing ketat dengan kader PDI Perjuangan yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
(Baca juga : Pariwisata Bangkit, Sandi Uno Bidik 7 Juta Wisman Tahun 2021 )
Lebih lanjut Fadhli mengatakan, para Ketum parpol seperti Airlangga, Muhaimin atau Cak Imin, AHY dan Zulhas (Zulkifli Hasan) tetap berpeluang besar. Hanya saja dibutuhkan strategi yang jitu untuk menyulap elektabilitas mereka menjadi tinggi. Kapasitasnya sebagai pemimpin partai tak bisa dipandang sebelah mata.
"Saat ini elektabilitas mereka mungkin terkatrol atau terklaster dengan ketum-ketum lain. Mau AHY, Airlangga, cak Imin itu berbagi elektoral misalkan dengan ketum parpol non parlemen yang ada. Kita gak bisa pungkiri tokoh-tokoh seperti Hary Tanoe, atau prof Yusril ini. Jadi dosis elektoral saja yang masih terbagi, dan pilpres 2024 kan cukup dinamis," ujarnya.
Dengan begitu, Analis Politik asal UIN Jakarta ini meyakini, tokoh-tokoh yang merupakan pemimpin parpol akan mendapatkan respons yang positif dari masyarakat. "Nah, tinggal kita ukur saja mesin-mesin parpol itu bisa maksimal atau enggak, ini menunggu waktu saja kok bagaimana mesin partai bekerja," pungkas dia.
(Baca juga: Peta Berubah, Sandi Akan Jadi Lawan Anies di Pilpres 2024?)
Dari hasil rilis sejumlah lembaga survei, tercatat nama Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB), Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), Zulkifli Hasan (PAN), Surya Paloh (Nasdem), yang masuk kategori Ketum parpol yang memiliki kursi di Parlemen.
(Baca juga: Tolak Hasil Pilpres, Trump Umumkan Demonstrasi Besar-besaran 6 Januari)
Namun juga tercatat ketum parpol non parlemen seperti Hary Tanoesoedibjo (Perindo), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Giring Ganesa (PSI) dan Hutomo Mandala Putra (Berkarya).
Para Ketum Parpol tersebut dinilainya memiliki peluang yang sama untuk bersaing dengan figur yang berasal dari kepala daerah, kader partai, dan kalangan profesional mengisi papan survei. Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab pun mencermati peluang para Ketum parpol tersebut.
(Baca juga : Mentan Kaget Harga Tanaman Hias Janda Bolong Tembus Ratusan Jutaan Rupiah )
"Hasil kajian dan temuan survei tetap tak bisa mengabaikan sisi elektoral ketum-ketum ini. Hanya dari perpsektif mana responden akan mengukurnya. Tapi, kalo dari personalnya, ya kembali ke mereka (ketum parpol) masing-masing. Misalkan Bu Mega sebagai partai penguasa mungkin nanti lebih nyaman kalo beliau cukup jadi king maker," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (4/1/2021).
(Baca juga : Conor McGregor Dibekuk Khabib gara-gara Minum Wiski Jelang Tarung )
Fadhli melanjutkan. Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto disebutnya akan tetap menjadi pilihan utama partainya, mengingat elektabilitas yang bersangkutan oleh sejumlah lembaga survei juga berada di puncak klasmen. Pria yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan itu cukup bersaing ketat dengan kader PDI Perjuangan yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
(Baca juga : Pariwisata Bangkit, Sandi Uno Bidik 7 Juta Wisman Tahun 2021 )
Lebih lanjut Fadhli mengatakan, para Ketum parpol seperti Airlangga, Muhaimin atau Cak Imin, AHY dan Zulhas (Zulkifli Hasan) tetap berpeluang besar. Hanya saja dibutuhkan strategi yang jitu untuk menyulap elektabilitas mereka menjadi tinggi. Kapasitasnya sebagai pemimpin partai tak bisa dipandang sebelah mata.
"Saat ini elektabilitas mereka mungkin terkatrol atau terklaster dengan ketum-ketum lain. Mau AHY, Airlangga, cak Imin itu berbagi elektoral misalkan dengan ketum parpol non parlemen yang ada. Kita gak bisa pungkiri tokoh-tokoh seperti Hary Tanoe, atau prof Yusril ini. Jadi dosis elektoral saja yang masih terbagi, dan pilpres 2024 kan cukup dinamis," ujarnya.
Dengan begitu, Analis Politik asal UIN Jakarta ini meyakini, tokoh-tokoh yang merupakan pemimpin parpol akan mendapatkan respons yang positif dari masyarakat. "Nah, tinggal kita ukur saja mesin-mesin parpol itu bisa maksimal atau enggak, ini menunggu waktu saja kok bagaimana mesin partai bekerja," pungkas dia.
(maf)