Pegiat HAM Nilai Indonesia Raksasa yang Lapuk dari Dalam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Ketua Komnas HAM Hafid Abbas menganggap Indonesia adalah negara raksasa yang terlibat dalam sejarah besar di dunia internasional. Misalnya, mendirikan gerakan Non Blok yang mendapatkan apresiasi dari negara lain.
Belum lagi Indonesia dianugerahi keberagaman bangsa serta kekayaan alam yang luar biasa. Namun faktanya pada hari ini, kekayaan alam di Indonesia hanya milik segelintir orang.
"Kita bisa melihat beberapa pulau kita sudah diikhlaskan dikelola oleh pihak luar. Belum lagi ada pengusaha besar menguasai wilayah yang luasnya 7x luas Jakarta. Jadi kita melihat di sini ada ketimpangan," kata Hafid dalam webinar yang digelar oleh KAMI dan FAPI bertajuk Pelanggaran HAM dan Demokrasi di Era Reformasi, Kamis (10/11/2020). ( )
Pegiat HAM ini menambahkan, ketimpangan sosial dan ekonomi serta ketidakadilan pada saat ini sangat terlihat. Bahkan, masyarakat pun dapat merasakannya sendiri.
Oleh sebab itu, lanjut Hafid, kebesaran Indonesia tidak bermakna apapun bagi bangsanya. Karena di dalamnya telah digerogoti oleh neokapitalisme yang menguasai Tanah Air.
"Kita juga seperti tidak ada kesan tidak besar. Indonesia negara muslim terbesar di dunia tapi lihat bagaimana penguasa terhadap umat Islam itu sendiri. Jadi ini tidak memberikan makna bagi kita. Banyak kebesaran lain kita terbelenggu. Kita terbelenggu identitas parpol, identitas ini itu. Jadi Indonesia ini negara lapuk dari dalam," tuturnya. ( )
Ia berharap agar bangsa Indonesia segera pulih dari permasalahan yanga ada. "Semoga kita dapat solusi yang ke depan, semoga kita selamat. Jika kita sadar pada peran cita-cita proklamasi dan dengan dukungan semua pihak kita bisa selamat," katanya.
Belum lagi Indonesia dianugerahi keberagaman bangsa serta kekayaan alam yang luar biasa. Namun faktanya pada hari ini, kekayaan alam di Indonesia hanya milik segelintir orang.
"Kita bisa melihat beberapa pulau kita sudah diikhlaskan dikelola oleh pihak luar. Belum lagi ada pengusaha besar menguasai wilayah yang luasnya 7x luas Jakarta. Jadi kita melihat di sini ada ketimpangan," kata Hafid dalam webinar yang digelar oleh KAMI dan FAPI bertajuk Pelanggaran HAM dan Demokrasi di Era Reformasi, Kamis (10/11/2020). ( )
Pegiat HAM ini menambahkan, ketimpangan sosial dan ekonomi serta ketidakadilan pada saat ini sangat terlihat. Bahkan, masyarakat pun dapat merasakannya sendiri.
Oleh sebab itu, lanjut Hafid, kebesaran Indonesia tidak bermakna apapun bagi bangsanya. Karena di dalamnya telah digerogoti oleh neokapitalisme yang menguasai Tanah Air.
"Kita juga seperti tidak ada kesan tidak besar. Indonesia negara muslim terbesar di dunia tapi lihat bagaimana penguasa terhadap umat Islam itu sendiri. Jadi ini tidak memberikan makna bagi kita. Banyak kebesaran lain kita terbelenggu. Kita terbelenggu identitas parpol, identitas ini itu. Jadi Indonesia ini negara lapuk dari dalam," tuturnya. ( )
Ia berharap agar bangsa Indonesia segera pulih dari permasalahan yanga ada. "Semoga kita dapat solusi yang ke depan, semoga kita selamat. Jika kita sadar pada peran cita-cita proklamasi dan dengan dukungan semua pihak kita bisa selamat," katanya.
(abd)