BMKG Ingatkan Masyarakat Waspada Hadapi Puncak Musim Hujan pada Januari 2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan hasil pemantauan perkembangan musim di berbagai wilayah di Indonesia. Pemantauan itu dilakukan hingga akhir November 2020.
Deputi Bidang Klimatologi, BMKG Herizal mengungkapkan, berdasarkan pemantauan sebanyak 61% daerah di wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. "Seperti di sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, sebagian besar Riau, Sumatera Barat, Jambi, Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, sebagian besar Bali, sebagian NTB, Flores bagian utara, Kalimantan," kata Herizal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/12/2020). (Baca juga: Awal Pekan, Hujan Ringan Intai Wilayah Jakarta)
Kemudian sebagian Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan bagian barat, Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan Papua bagian utara. Sementara itu, kata dia, anomali iklim La Nina terpantau masih berlangsung di Samudera Pasifik dengan intensitas level moderat. (Baca juga: Kepala BNPB Doni Monardo: Informasi BMKG Harus Disikapi dengan Sangat Serius)
Berdasarkan suhu muka laut Samudera Pasifik bagian tengah daerah Nino 3.4 menunjukkan anomali sebesar -1.4°C, dengan demikian Intensitas La Nina moderat yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada periode Januari-Maret 2021, dan kemudian akan melemah pada bulan Mei 2021. "Musim hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksikan akan berlangsung hingga April 2021," ungkapnya.
Herizal mengatakan, peningkatan kewaspadaan harus dilakukan khususnya pada daerah-daerah yang diprediksi akan mendapatkan akumulasi curah hujan dengan kriteria tinggi hingga sangat tinggi pada Desember 2020-Januari 2021. Potensi tersebut berpeluang terjadi di pesisir barat Sumatera, sebagian besar pulau Jawa, Bali, sebagian NTB, sebagian NTT, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan Papua.
Adapun puncak musim hujan diprediksikan untuk sebagian besar wilayah akan terjadi pada Januari-Februari 2021 yang umumnya bertepatan dengan puncak Monsun Asia. "Dengan latar belakang anomali iklim La Nina, meningkatnya aktivitas Monsoon Asia pada bulan Desember ini juga dapat juga disertai oleh beberapa fenomena atmosfer khusus lainnya seperti cold surge. Gelombang atmosfer ekuator (MJO), dan pertemuan massa udara antar tropis (Inter Tropical Convergence Zona - ITCZ)," ungkapnya
Fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi secara bersamaan maupun sendiri-sendiri, dan mampu memicu curah hujan ekstrem yang berdampak signifikan. Menurut dia, hal itu diprediksi dapat terjadi dalam periode minggu terakhir Desember 2020-Januari 2021. Karena itu kata dia, BMKG mengimbau pihak-pihak terkait di pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau masyarakat yang tinggal di daerah yang berpotensi mendapatkan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi agar waspada. "Dengan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan banjir bandang, serta diminta terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini dari BMKG," tandasnya.
Deputi Bidang Klimatologi, BMKG Herizal mengungkapkan, berdasarkan pemantauan sebanyak 61% daerah di wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. "Seperti di sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, sebagian besar Riau, Sumatera Barat, Jambi, Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, sebagian besar Bali, sebagian NTB, Flores bagian utara, Kalimantan," kata Herizal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/12/2020). (Baca juga: Awal Pekan, Hujan Ringan Intai Wilayah Jakarta)
Kemudian sebagian Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan bagian barat, Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan Papua bagian utara. Sementara itu, kata dia, anomali iklim La Nina terpantau masih berlangsung di Samudera Pasifik dengan intensitas level moderat. (Baca juga: Kepala BNPB Doni Monardo: Informasi BMKG Harus Disikapi dengan Sangat Serius)
Berdasarkan suhu muka laut Samudera Pasifik bagian tengah daerah Nino 3.4 menunjukkan anomali sebesar -1.4°C, dengan demikian Intensitas La Nina moderat yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada periode Januari-Maret 2021, dan kemudian akan melemah pada bulan Mei 2021. "Musim hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksikan akan berlangsung hingga April 2021," ungkapnya.
Herizal mengatakan, peningkatan kewaspadaan harus dilakukan khususnya pada daerah-daerah yang diprediksi akan mendapatkan akumulasi curah hujan dengan kriteria tinggi hingga sangat tinggi pada Desember 2020-Januari 2021. Potensi tersebut berpeluang terjadi di pesisir barat Sumatera, sebagian besar pulau Jawa, Bali, sebagian NTB, sebagian NTT, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan Papua.
Adapun puncak musim hujan diprediksikan untuk sebagian besar wilayah akan terjadi pada Januari-Februari 2021 yang umumnya bertepatan dengan puncak Monsun Asia. "Dengan latar belakang anomali iklim La Nina, meningkatnya aktivitas Monsoon Asia pada bulan Desember ini juga dapat juga disertai oleh beberapa fenomena atmosfer khusus lainnya seperti cold surge. Gelombang atmosfer ekuator (MJO), dan pertemuan massa udara antar tropis (Inter Tropical Convergence Zona - ITCZ)," ungkapnya
Fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi secara bersamaan maupun sendiri-sendiri, dan mampu memicu curah hujan ekstrem yang berdampak signifikan. Menurut dia, hal itu diprediksi dapat terjadi dalam periode minggu terakhir Desember 2020-Januari 2021. Karena itu kata dia, BMKG mengimbau pihak-pihak terkait di pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau masyarakat yang tinggal di daerah yang berpotensi mendapatkan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi agar waspada. "Dengan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan banjir bandang, serta diminta terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini dari BMKG," tandasnya.
(cip)