Edhy Prabowo Tersangka, Kursi Menteri Kelautan dan Perikanan untuk Siapa?

Sabtu, 28 November 2020 - 09:19 WIB
loading...
Edhy Prabowo Tersangka,...
Edhy Prabowo mengenakan baju tahanan dan tangan diborgol saat digiring petugas untuk dihadirkan dalam konferensi pers, di Gedung KPK Jakarta, Rabu (25/11/2020) malam. Foto/SINDO/Adam Erlangga
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Kunto Adi Wibowo menilai sebaiknya kursi Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) pengganti Edhy Prabowo diberikan ke partai lain, bukan lagi untuk Gerindra. Diketahui,Edhy Prabowo telah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lantaran jadi tersangka kasus dugaan suap terkait izin ekspor benih lobster.

"Nah kalau untuk kalkulasi elite mungkin seperti ini kalkulasinya, karena Gerindra mungkin sudah dianggap sudah mencederai kepercayaannya Pak Jokowi," ujar Kunto Adi Wibowo kepada SINDOnews, Sabtu (28/11/2020).

Adapun mencederai kepercayaan Presiden Jokowi dimaksud yakni menjadi salah satu dari tujuh tersangka kasus dugaan suap terkait izin ekspor benih lobster. "Terus kemudian problemnya adalah harusnya dihukum dong, kan gitu. Harusnya jangan Gerindra lagi dong gitu, mungkin pandangan ini muncul di elite karena elite merasa harusnya ada share of power yang lebih bagus gitu," tuturnya.

Kunto pun memprediksi bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan pengganti Edhy Prabowo dari internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) . "Sebagai partai yang mengusung dan partainya Pak Jokowi justru dapat jatahnya enggak banyak-banyak amat di kabinetnya ini gitu, sehingga ada pandangan saya sendiri memandang mungkin PDIP bisa menawarkan kader yang terbaiknya untuk duduk di Kementerian Kelautan dan Perikanan ini," katanya.

Alternatif lain, dia memprediksi bahwa Partai Golkar juga berpeluang untuk mengisi kursi Menteri Kelautan dan Perikanan pengganti Edhy Prabowo itu. "Tapi sekali lagi menurut saya yang ideal bagi Pak Jokowi hari ini adalah memilih ya kalaupun harus dari partai, tapi kualitas dan bobot ketokohan atau kemampuan tokoh untuk memimpin sebuah kementerian yang dianggap strategis haruslah jadi faktor yang lebih penting daripada bendera partai apa yang dia usung," pungkasnya.

Mencuatnya pidana korupsi dalam perizinan ekspor benih lobster yang menjerat Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengindikasikan bahwa selama ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) hanya fokus pada regulasi benih lobster dan melupakan prioritas program strategis lainnya.

( ).

Sementara, Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia menilai perlunya menata ulang terhadap elemen kelembagaan di dalam kementerian tersebut. "Tidak hanya kasus saat ini, tapi juga bagaimana melakukan penataan ulang terhadap format kelembagaan dan komposisi pejabat KKP agar mencegah perilaku koruptif," kata peneliti DFW Indonesia Muh Arifuddin kepada SINDOnews, Jumat (27/11/2020).

Selain itu, dirinya juga berharap agar Jokowi tidak salah menempatkan orang untuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pengganti Edhy Prabowo . "Pilih figur yang bersih, mengerti masalah dan lapangan serta yang bisa bekerja cepat," pesannya.

( ).

Terkait posisi Luhut Binsar Pandjaitan yang ditunjuk menjadi Menteri KP Ad Interim, Arif mengingatkan bahwa masa jabatan itu hanya singkat. Lantaran itu, dirinya meminta agar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu fokus pada program yang bersentuhan langsung pada kelompok rentan di pesisir.

"Pak Luhut sebaiknya fokus dan memastikan belanja KKP terserap untuk mengatasi masalah ekonomi nelayan dan pembudidaya yang terdampak krisis, jangan terjebak pada program pencitraan yang tidak perlu," pungkas Arif.
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Puncak HUT ke-25, BMI...
Puncak HUT ke-25, BMI Terus Bergerak Gelorakan Ajaran Bung Karno
Kabar Duka, Ketua DPP...
Kabar Duka, Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono Meninggal Dunia
Hubungan PDIP dan Jokowi...
Hubungan PDIP dan Jokowi Memanas Lagi, Puan Maharani Angkat Bicara
Puan Hadiri Penutupan...
Puan Hadiri Penutupan Kongres Demokrat, Aria Bima: Kita Butuh Komunikasi Lintas Partai Politik
Soal Kepala Daerah Tak...
Soal Kepala Daerah Tak Ikut Retreat, PD: Program Pemerintah Tak Semestinya Diintervensi
Megawati Sebut Pertemuan...
Megawati Sebut Pertemuan dengan Pangeran Abud Dhabi Syekh di UEA Sangat Kekeluargaan
Prabowo Tak Undang PDIP...
Prabowo Tak Undang PDIP ke Hambalang, Gerindra: Kan Bukan Bagian KIM Plus
Pilkada 2024, PDIP Klaim...
Pilkada 2024, PDIP Klaim Menang di 12 Provinsi dan 243 Kabupaten/Kota
Sidang Praperadilan...
Sidang Praperadilan Hasto, Pakar Hukum: KPK Punya Bukti Kuat Sebelum Tetapkan Tersangka
Rekomendasi
Kemeriahan Malam Takbiran...
Kemeriahan Malam Takbiran di Jalur Mudik Pantura Karawang
Rakyat Palestina Rayakan...
Rakyat Palestina Rayakan Idulfitri, Israel Intensifkan Serangan Darat dengan Kirim Ribuan Tentara ke Rafah
Mentan Amran: Operasi...
Mentan Amran: Operasi Pasar Pangan Murah AgriPost Stabilkan Harga Pangan
Berita Terkini
Idulfitri 1446 Hijriah,...
Idulfitri 1446 Hijriah, Prabowo: Momen Suci untuk Saling Memaafkan
2 jam yang lalu
Prabowo Maknai Hari...
Prabowo Maknai Hari Raya Nyepi sebagai Momen Refleksi dan Kedamaian Bangsa
3 jam yang lalu
Jokowi Akan Salat Idulfitri...
Jokowi Akan Salat Idulfitri di Dekat Rumah, Tak Jadi di Masjid Istiqlal
4 jam yang lalu
Dihadiri Prabowo-Gibran,...
Dihadiri Prabowo-Gibran, Ini Jadwal Pelaksanaan Salat Idulfitri 1446 H di Masjid Istiqlal
5 jam yang lalu
Misi Kemanusiaan TNI...
Misi Kemanusiaan TNI ke Myanmar, Helikopter Super Puma hingga Kapal Rumah Sakit Dikerahkan
5 jam yang lalu
Idulfitri 1446 H, Menag:...
Idulfitri 1446 H, Menag: Momentum Tingkatkan Sinergi dan Cegah Korupsi
5 jam yang lalu
Infografis
2 Alasan Buaya Hidup...
2 Alasan Buaya Hidup Berdampingan dan Tidak Mau Memakan Capybara
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved