Sulit Saingi Puan, Ganjar Harus Lakukan Ini jika Ingin Maju Capres

Minggu, 22 November 2020 - 13:30 WIB
loading...
Sulit Saingi Puan, Ganjar...
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dinilai berpeluang maju menjadi calon pada Pilpres 2024. Penilaian itu didasarkana atas hasil survei dari berbagai lembaga. Foto/SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas tinggi sebagai bakal calon presiden (capres) 2024.

Empat hasil survei lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) pada tahun ini, Ganjar selalu berada di papan atas, bersaing dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Bahkan pada survei IPI terakhir pada September, Ganjar Pranowo kokoh di posisi tertinggi, yakni dengan elektabilitas 18,7%. Menyusul di urutan kedua dan ketiga Prabowo Subianto (16,8%) serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (14,4%).

Ganjar yang juga kader PDI Perjuangan (PDIP) ini disebut-sebut berpotensi menjadi capres alternatif jika elektabilitasnya bertahan dan terus menanjak hingga menjelang pemilihan presiden mendatang.

Namun, batu sandungan bagi Ganjar untuk menjadi capres adalah dukungan PDIP. Partai pemenang pemilu 2014 dan 2019 ini disebut-sebut bakal mengusung Puan Maharani di pilpres. Puan yang juga putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu konon disiapkan menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi capres Prabowo Subianto.( )

Meski Puan sejauh ini tidak memiliki elektabilitas semoncer Ganjar, namun statusnya sebagai anak Megawati Soekarnoputri bisa membuat segalanya menjadi mudah. Karpet merah selalu siap dibentangkan untuk Ketua DPR tersebut.
Sulit Saingi Puan, Ganjar Harus Lakukan Ini jika Ingin Maju Capres

Isyarat PDIP dan Gerindra bakal berkaolisi di pilpres mendatang sudah mulai terbaca. Mega dan Prabowo dalam setahun terakhir beberapa kali melakukan pertemuan, termasuk membahas koalisi dua partai di pilkada 2020.( )

Jika skenario memasangkan Prabowo dengan Puan berjalan mulus, lantas bagaimana nasib Ganjar?

“Sulit bagi Ganjar diusung PDIP kalau masih ada Puan di sana,” kata pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno, kepada SINDONews, Minggu (22/11/2020).

Namun, Ganjar bisa saja diusung PDIP jika bisa menyamai fenomena kemunculan Joko Widodo (Jokowi) jelang Pilpres 2014. Saat itu Jokowi dengan pamor sebagai sosok sederhana dan merakyat melesat bak meteor.

Dari wali kota Solo lalu menjabat gubernur DKI Jakarta, Jokowi menjadi “rising star” yang mengganggu kemapanan elite parpol yang hampir selalu mendominasi pencapresan. Didukung status sebagai “media darling”, elektabilitas Jokowi saat itu tidak terbendung.

Megawati akhirnya “mengalah” oleh desakan kader dan konstituen. Meski sejatinya ia masih berpeluang menjadi capres, peluang itu diberikannya ke Jokowi.

Keputusan Megawati memang tidak salah. Selain Jokowi akhirnya terpilih jadi presiden, pencalonannya juga menjadi “coat tail effect” bagi PDIP. Partai ini ikut terdongkrak suaranya di Pemilu Legislatif 2014 dan menjadi pemenang berkat efek Jokowi.

Lantas, apakah “Jokowi Effect” ini juga bisa berlaku pada Ganjar? Dengan kata lain, apakah ada kemugkinan Puan nanti mengalah seperti Megawati melakukannya untuk Jokowi di 2014?

“Sulit terulang karena saat itu elektabilitas dan ketokohan Jokowi nyaris tak ada yg menyaingi. Sekarang beda ceritanya, karier Ganjar berbarengan dengan Puan yang secara ideologis dan biologis lebih merepsentasikan PDIP,” ujar Adi yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia.

Persoalan lain bagi Ganjar adalah masa jabatannya sebagai gubernur yang akan berakhir pada 2023, atau setahun sebelum pilpres digelar. Pertanyannya, apakah Ganjar mampu mempertahankan elektabilitasnya saat dia sudah tidak menjabat nanti?

Selama ini jabatan sebagai kepala daerah secara tidak langsung jadi “panggung” bagi Ganjar untuk meraih simpati publik, terutama di masa pandemi Covid-19. Dia mudah menjadi media darling.

Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah lebih dari 30 juta orang, maka hal wajar jika Ganjar mendapat elektabilitas yang tinggi akibat eksposure pemberitaan media. Setiap program dan kebijakan yang diambilnya, baik di bidang kesehatan maupun berupa bantuan sosial selama masa pandemi, akan mudah dinilai positif oleh publik. Apalagi, Ganjar juga termasuk lihai memanfaatkan media sosial.

Namun, dengan tidak lagi menjadi gubernur setahun jelang pilpres, apakah elektabilitas Ganjar masih tetap moncer? Di sinilah ujian sesungguhnya. Bukan tidak mungkin elektabilitas yang tinggi saat ini perlahan akan turun seiring hilangnya panggung kekuasaan sebagai kepala daerah. Karena itu Ganjar perlu menciptakan panggung lain demi tetap menjaga elektabilitasnya.

“Elektabilitas Ganjar sekarang tinggi karena eksposure pemberitaan di media yang massif. Tantangannya kan setelah enggak jadi gubernur, apa dia tetap jadi media darling?” ujar Adi.

(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1495 seconds (0.1#10.140)