Pesan Menghujam Panglima Besar Jenderal Soedirman: Jadilah Tentara Rakyat

Sabtu, 21 November 2020 - 08:43 WIB
loading...
Pesan Menghujam Panglima Besar Jenderal Soedirman: Jadilah Tentara Rakyat
Panglima Besar Jenderal Soedirman. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - "Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara."

Singkat, tegas dan menghujam, itulah pesan yang diucapkan Panglima Besar Jenderal Soedirman kepada anak buahnya saat berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (Baca juga: Bersama Rakyat, TNI Kuat)

Sebagai pahlawan revolusi kemerdekaan yang dikenal ahli strategi perang gerilya, Soedirman sangat memahami betul bagaimana peran strategis dari sebuah angkatan perang. Karena itulah, pria kelahiran 24 Januari 1916 di Kampung Bodas, Dukuh Rembang, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah ini tak ingin jika tentara menjadi alat dari sebuah kepentingan. (Lihat juga: Cerita Foto : TNI Bersama Rakyat)

Sejarah mencatat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dilahirkan dari rahim rakyat. Karena TNI sejatinya dibentuk dari berbagai laskar-laskar dan badan perjuangan rakyat. Atas dasar itulah, Jenderal Soedirman, seringkali menyatakan bahwa hubungan TNI dan rakyat adalah ibarat ikan dan air. Ikan tidak akan hidup tanpa air. Rakyatlah yang mengandung, merawat, dan membesarkan TNI. (Baca juga: Serda Pardi Rela Panjat Tiang Listrik Tanpa Pengaman demi Menerangi Desa)

Menengok ke belakang, TNI dibentuk dalam perjuangan panjang rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan. TNI pada awalnya merupakan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian pada 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan selanjutnya berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Untuk mendukung perjuangan TRI dalam melawan penjajah, seluruh lapisan rakyat, tua muda, pria dan wanita membentuk laskar-laskar melakukan perlawanan bersenjata. Mereka tidak ingin kemerdekaan yang sudah diraih kembali dirampas penjajah melalui kekerasan bersenjata.

Dua kekuatan bersenjata baik TRI maupun laskar dan badan-badan perjuangan rakyat bahu membahu di medan pertempuran. Tak terhitung berapa banyak pertempuran yang dihadapi dua kekuatan bersenjata Indonesia itu melawan penjajah. Di antaranya, peristiwa Bandung Lautan Api dan pertempuran Surabaya yang merenggut ribuan nyawa. Seiring perjalanan waktu, untuk mengatasi perbedaan dan kesalahpahaman di berbagai palagan, kedua kekuatan bersenjata ini yaitu, TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat oleh Presiden Soekarno disatukan dengan mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947.

Pesan Menghujam Panglima Besar Jenderal Soedirman: Jadilah Tentara Rakyat


Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949, Indonesia berubah menjadi negara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal itu mendorong dibentuknya Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL. Kemudian pada 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan sehingga APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Pada 1962, Presiden Soekarno kembali melakukan penyatuan angkatan perang dengan kepolisian negara menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Hingga pada 1998 terjadi perubahan politik di Indonesia yang berpengaruh terhadap keberadaan ABRI. Dimana ABRI yang terdiri dari TNI dan Polri dipisah. Polri menjadi institusi tersendiri. Saat itulah, ABRI berubah nama menjadi TNI.

Melihat perjalanan panjang tersebut, TNI sebagai Tentara Rakyat yang berjuang bersama-sama mempertahankan Republik tercinta ini, sudah seyogyanya TNI tidak boleh melupakan dan menyakiti rakyat. Sebab, hanya dengan bersama rakyat, TNI akan menjadi angkatan perang yang kuat dan disegani bangsa dan negara-negara lain di dunia.

"Kami tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara".

(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1631 seconds (0.1#10.140)