Profil Singkat Perjuangan Enam Pahlawan Nasional Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini menetapkan enam pahlawan nasional baru berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 117/TK/Tahun 2020 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
(Baca juga: Enam Tokoh Ini Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional)
Keenam tokoh tersebut antara lain Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara, Machmud Singgirei Rumagesan - Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat, Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dari Provinsi DKI Jakarta, Arnold Mononutu dari Provinsi Sulawesi Utara, MR SM Amin Nasution dari Provinsi Sumatera Utara, dan Raden Mattaher bin Pangeran Kusen bin Adi dari Provinsi Jambi.
Begini profil singkat keenam pahlawan nasional tersebut yang dikutip dari akun twitter milik Kementerian Sosial (Kemensos). (Baca juga: Dosen UI Sebut UU Cipta Kerja Solusi Industri Serap Tenaga Kerja Lebih Optimal)
1. Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara.
Lahir di Ternate 10 Februari 1528. Tahun 1570 memimpin pengepungan ke Benteng Gamlamo untuk mengusir Portugis. Tahun 1570-1571 mengirim pasukan untuk mengusir Portugis di Ambon. Dari tahun 1571-1575 memimpin pengusiran Portugis di Buton, Selayar dan Makassar.
Tahun 1575 mengusir Portugis selamanya dari Ternate. Ini yang menjadikan Ternate sebagai sentra perdagangan cengkih di Maluku dengan jaringan internasional. Tahun 1579-1580 Kesultanan Ternate menjalin hubungan dengan Kerajaan Inggris. 1580-1583 memimpin perlawanan kepada Spanyol di Filipina.
2. Machmud Singgirei Rumagesan - Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat.
Lahir Sekar-Kokas 27 Desember 1885. Tahun 1934 mensyaratkan maskapai Belanda yang membuka tambang minyak tanah untuk tidak boleh semena-mena dan mempekerjakan penduduk pribumi. Tahun 1941, menghindarkan rakyatnya dari kekejaman Jepang. Lalu di tahun yang sama yakni 1941 memimpin pertempuran dengan Belanda.
Kemudian tahun 1953, aktif memperjuangkan Irian Barat menjadi bagian dari Republik Indonesia. Dia diangkat sebagai Ketua Umum Gerakan Cendrawasih Revolusioner Irian Barat. Tahun 1954 diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan merupakan putra Papua pertama yang mewakili Irian Jaya atau Papua Barat.
(Baca juga: Enam Tokoh Ini Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional)
Keenam tokoh tersebut antara lain Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara, Machmud Singgirei Rumagesan - Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat, Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dari Provinsi DKI Jakarta, Arnold Mononutu dari Provinsi Sulawesi Utara, MR SM Amin Nasution dari Provinsi Sumatera Utara, dan Raden Mattaher bin Pangeran Kusen bin Adi dari Provinsi Jambi.
Begini profil singkat keenam pahlawan nasional tersebut yang dikutip dari akun twitter milik Kementerian Sosial (Kemensos). (Baca juga: Dosen UI Sebut UU Cipta Kerja Solusi Industri Serap Tenaga Kerja Lebih Optimal)
1. Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara.
Lahir di Ternate 10 Februari 1528. Tahun 1570 memimpin pengepungan ke Benteng Gamlamo untuk mengusir Portugis. Tahun 1570-1571 mengirim pasukan untuk mengusir Portugis di Ambon. Dari tahun 1571-1575 memimpin pengusiran Portugis di Buton, Selayar dan Makassar.
Tahun 1575 mengusir Portugis selamanya dari Ternate. Ini yang menjadikan Ternate sebagai sentra perdagangan cengkih di Maluku dengan jaringan internasional. Tahun 1579-1580 Kesultanan Ternate menjalin hubungan dengan Kerajaan Inggris. 1580-1583 memimpin perlawanan kepada Spanyol di Filipina.
2. Machmud Singgirei Rumagesan - Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat.
Lahir Sekar-Kokas 27 Desember 1885. Tahun 1934 mensyaratkan maskapai Belanda yang membuka tambang minyak tanah untuk tidak boleh semena-mena dan mempekerjakan penduduk pribumi. Tahun 1941, menghindarkan rakyatnya dari kekejaman Jepang. Lalu di tahun yang sama yakni 1941 memimpin pertempuran dengan Belanda.
Kemudian tahun 1953, aktif memperjuangkan Irian Barat menjadi bagian dari Republik Indonesia. Dia diangkat sebagai Ketua Umum Gerakan Cendrawasih Revolusioner Irian Barat. Tahun 1954 diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan merupakan putra Papua pertama yang mewakili Irian Jaya atau Papua Barat.