Co-firing Biomassa pada PLTU untuk Genjot Bauran Energi Baru Terbarukan
loading...
A
A
A
BEKASI - Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM menyelenggarakan Webinar Seri-IV Focus Group Discussion Nasional Co-firing Biomassa pada PLTU, Kamis (5/11/2020). Dalam kegiatan ini, membahas Potensi dan Kesiapan Pasokan Bahan Baku, Skema dan Model Bisnis serta Keekonomian pada Implementasi Co-firing Biomassa pada PLTU.
Tujuan kegiatan ini adalah dalam rangka mendorong implementasi co-firing berbahan dasar biomassa maupun Refuse Derived Fuel (RDF)/ Solid Recovered Fuel (SRF) pada PLTU menuju ke skala komersil, guna mencapai target Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dalam bauran energi nasional sebesar 23%. Setelah melalui tahapan uji coba, sebelum menuju implementasi Co-firing dengan pola operasi komersial, maka diperlukan penyiapan instrumen pendukung dan koordinasi intensif terkait regulasi teknis, kesiapan aspek teknologi, pasokan bahan bakar, aspek keekonomian serta dukungan kebijakan lintas sektor.
Dadan Kusdiana (Plt. Direktur Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM) menyampaikan sambutannya, bahwa kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian FGD yang bertujuan sebagai wadah public hearing dari semua stakeholder terkait untuk melakukan telaah dan diskusi teknis sebagai persiapan implementasi co-firing biomassa pada PLTU.
“Secara umum, FGD berjalan dengan baik, dimana seluruh peserta antusias dalam berdiskusi dan tanya jawab. Penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar atau co-firing PLTU memang menjadi salah satu strategi yang dilakukan Pemerintah dalam mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025,”ungkapnya.
Berangkat dari hal ini, maka Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM bersama PT. PLN (Persero), yang telah berhasil melakukan uji coba co-firing di lima PLTU milik anak perusahaannya, PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB), mengadakan Focus Group Discussion sebagai wadah untuk untuk menyelaraskan pemahaman dan kesiapan implementasi co-firing serta untuk mendapat masukan stakeholder tentang kesiapan supply chain biomassa.
Pada setiap paparan dari masing-masing panelis terdapat satu benang merah yang diharapkan yaitu ekosistem dalam pengimplementasian co-firing dengan skema listrik kerakyatan. Pada skema ini seluruh pihak terkait ikut bersinergi, mulai dari pengembangan hutan tanaman industri, skema pendanaan, penyiapan peralatan pembangkit, dan kebijakan yang akan disusun oleh Kementerian ESDM, hingga nantinya listrik dapat didistribusikan ke masyarakat terutama yang berada di wilayah 3T. Serta co-firing juga dinilai menjadi solusi yang tepat untuk pengelolaan biomassa menjadi produk yang lebih efektif. (Syarif Wibowo)
Lihat Juga: Pastikan Kelancaran HUT ke-79 RI, Dirut PLN Cek Langsung Keandalan Infrastruktur Kelistrikan di IKN
Tujuan kegiatan ini adalah dalam rangka mendorong implementasi co-firing berbahan dasar biomassa maupun Refuse Derived Fuel (RDF)/ Solid Recovered Fuel (SRF) pada PLTU menuju ke skala komersil, guna mencapai target Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dalam bauran energi nasional sebesar 23%. Setelah melalui tahapan uji coba, sebelum menuju implementasi Co-firing dengan pola operasi komersial, maka diperlukan penyiapan instrumen pendukung dan koordinasi intensif terkait regulasi teknis, kesiapan aspek teknologi, pasokan bahan bakar, aspek keekonomian serta dukungan kebijakan lintas sektor.
Dadan Kusdiana (Plt. Direktur Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM) menyampaikan sambutannya, bahwa kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian FGD yang bertujuan sebagai wadah public hearing dari semua stakeholder terkait untuk melakukan telaah dan diskusi teknis sebagai persiapan implementasi co-firing biomassa pada PLTU.
“Secara umum, FGD berjalan dengan baik, dimana seluruh peserta antusias dalam berdiskusi dan tanya jawab. Penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar atau co-firing PLTU memang menjadi salah satu strategi yang dilakukan Pemerintah dalam mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025,”ungkapnya.
Berangkat dari hal ini, maka Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM bersama PT. PLN (Persero), yang telah berhasil melakukan uji coba co-firing di lima PLTU milik anak perusahaannya, PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB), mengadakan Focus Group Discussion sebagai wadah untuk untuk menyelaraskan pemahaman dan kesiapan implementasi co-firing serta untuk mendapat masukan stakeholder tentang kesiapan supply chain biomassa.
Pada setiap paparan dari masing-masing panelis terdapat satu benang merah yang diharapkan yaitu ekosistem dalam pengimplementasian co-firing dengan skema listrik kerakyatan. Pada skema ini seluruh pihak terkait ikut bersinergi, mulai dari pengembangan hutan tanaman industri, skema pendanaan, penyiapan peralatan pembangkit, dan kebijakan yang akan disusun oleh Kementerian ESDM, hingga nantinya listrik dapat didistribusikan ke masyarakat terutama yang berada di wilayah 3T. Serta co-firing juga dinilai menjadi solusi yang tepat untuk pengelolaan biomassa menjadi produk yang lebih efektif. (Syarif Wibowo)
Lihat Juga: Pastikan Kelancaran HUT ke-79 RI, Dirut PLN Cek Langsung Keandalan Infrastruktur Kelistrikan di IKN
(srf)