Asops KSAL Sebut Lima Perubahan di Kapal Perang Masa Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops KSAL) Laksda TNI Didik Setiyono menyatakan setidaknya bakal ada lima perubahan kapal perang sebagaimana hasil penelitian Southampton University, Inggris. Perubahan tersebut berdasarkan dampak perkembangan teknologi smart ship dan powering ship. Didik memprediksikan adanya
"Perubahan pertama adalah minim awak, dan kemudian pengumpul data intelejen. Jadi kapalnya sangat smart, dilengkapi berbagai peralatan. Dengan berjalan saja dia sudah bisa mendapatkan data-data yang ada di daerah yang dilewati," kata Didik dalam Seminar Maritim Seskoal Tahun 2020 yang ditayangkan secara virtual, Selasa (3/11/2020).
(Baca: Kapal Perang AS Masuk Laut China, Beijing Sebut Tindakan Provokasi)
Perubahan yang ketiga, sambung Didik, kapal-kapal akan melaju dan memiliki kecepatan tinggi. Menurutnya, di dalam kapal tersebut, juga dilengkapi dengan kepemikikan data yang sangat banyak karena efek daripada big data.
"Terakhir adalah perubahan fisik. Ke depannya kalau kita perwira Angkatan Laut yang biasa melihat siluet kapal mungkin akan sedikit terkecoh. Bisa saja bentuknya adalah kapal ikan akan tetapi di dalamnya ada peluru kendali dan sebagainya," tuturnya.
Adapun jenis ancaman yang telah diperkirakan, terutama dari bidang militer yakni adanya invasi dan blokade laut. Selain itu, drone bawah air dan masih maraknya pelanggaran wilayah juga turut diperhitungkan menjadi ancaman bagi bidang maritim Indonesia
(Baca: Pentolan KAMI Ahmad Yani Tak Penuhi Panggilan Bareskrim Polri, Ini Alasannya)
Selain dari bidang militer, Didik memisahkan jenis ancaman ke dalan kategori nir militer dan hibrida. Dari segi nir militer ancamannya datang dari bencana alam, penyelundupan, perampokan laut, imigran gelap pencemaran ekosistem laut serta penangkapan ikan dan penambangan ilegal.
"Untuk kategori hibrida ada kejahatan terorganisasi transnasional, cyber crime, cyber terorrism, dan fisherman militia. Fisherman militia ini adalah hal yang lagi banyak dikembangkan oleh negara-negara tetangga kita," tuturnya.
"Perubahan pertama adalah minim awak, dan kemudian pengumpul data intelejen. Jadi kapalnya sangat smart, dilengkapi berbagai peralatan. Dengan berjalan saja dia sudah bisa mendapatkan data-data yang ada di daerah yang dilewati," kata Didik dalam Seminar Maritim Seskoal Tahun 2020 yang ditayangkan secara virtual, Selasa (3/11/2020).
(Baca: Kapal Perang AS Masuk Laut China, Beijing Sebut Tindakan Provokasi)
Perubahan yang ketiga, sambung Didik, kapal-kapal akan melaju dan memiliki kecepatan tinggi. Menurutnya, di dalam kapal tersebut, juga dilengkapi dengan kepemikikan data yang sangat banyak karena efek daripada big data.
"Terakhir adalah perubahan fisik. Ke depannya kalau kita perwira Angkatan Laut yang biasa melihat siluet kapal mungkin akan sedikit terkecoh. Bisa saja bentuknya adalah kapal ikan akan tetapi di dalamnya ada peluru kendali dan sebagainya," tuturnya.
Adapun jenis ancaman yang telah diperkirakan, terutama dari bidang militer yakni adanya invasi dan blokade laut. Selain itu, drone bawah air dan masih maraknya pelanggaran wilayah juga turut diperhitungkan menjadi ancaman bagi bidang maritim Indonesia
(Baca: Pentolan KAMI Ahmad Yani Tak Penuhi Panggilan Bareskrim Polri, Ini Alasannya)
Selain dari bidang militer, Didik memisahkan jenis ancaman ke dalan kategori nir militer dan hibrida. Dari segi nir militer ancamannya datang dari bencana alam, penyelundupan, perampokan laut, imigran gelap pencemaran ekosistem laut serta penangkapan ikan dan penambangan ilegal.
"Untuk kategori hibrida ada kejahatan terorganisasi transnasional, cyber crime, cyber terorrism, dan fisherman militia. Fisherman militia ini adalah hal yang lagi banyak dikembangkan oleh negara-negara tetangga kita," tuturnya.
(muh)