Pengamat Militer dan Intelijen Apresiasi Kerja Keras TGPF Kemenko Polhukam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bentukan Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) telah menyelesaikan tugasnya mengungkap insiden penembakan terhadap Pendeta Yeremias di Papua.
”TGPF patut mendapat apresiasi atas hasil kerja kerasnya apapun hasilnya. Tim ini adalah tim kerja cepat, meskipun begitu seyogyanya tim ini dapat membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah di Papua,” ujar pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati, Sabtu (24/10/2020). (Baca juga: TGPF Intan Jaya Selesai Tugas, Pulihkan Kepercayaan Papua Pada Negara)
Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, pemerintah daerah (Pemda) harus turut berperan dalam menjaga keamanan di Papua bukan hanya menggantungkan kepada TNI-Polri. ”Kiranya hasil temuan TPGF mampu menghasilkan suatu kebijakan penanganan keamanan tanpa mendorong reproduksi kekerasan di sana,” ucapnya. (Baca juga: Sejumlah Tokoh Papua Ingin Otsus Papua Dilanjutkan)
Tren yang perlu diwaspadai, kata Nuning, dalam beberapa waktu belakangan ini sudah terjadi pembunuhan dua pendeta di Papua. Jika selama ini kasus kematian Orang Asli Papua (OAP) itu punya implikasi kecil dalam menciptakan instabilitasi di Papua maka kematian kedua pendeta ini apabila diikuti dengan kasus yang sama maka berpotensi menyatukan orang Papua, khususnya OAP untuk menuntut pemerintah memberi penjelasan. ”Potensi destruktifnya sangat tinggi. Proses dialog yang damai dan konstruktif dengan mengedepankan kemanusiaan sangat baik bila dilaksanakan,” ujar mantan anggota Komisi I DPR ini. (Baca juga: Ondofolo Besar Yanto Eluay: Papua Bagian dari Indonesia Sudah Final!)
Hal yang penting juga adalah, anggota Tim TGPF harus paham betul situasi kondisi geopolitik dan etnografi Papua. ”Diharapkan juga banyak kenal tokoh-tokoh penting di sana baik tokoh agama, adat, masyarakat dan ekonomi). Bila tidak demikian khawatir tidak begitu diterima antar pihak di sana,” katanya.
Lihat Juga: Kuasa Hukum Pegi Minta Menko Polhukam Tegur Polda Jabar karena Absen Praperadilan Vina Cirebon
”TGPF patut mendapat apresiasi atas hasil kerja kerasnya apapun hasilnya. Tim ini adalah tim kerja cepat, meskipun begitu seyogyanya tim ini dapat membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah di Papua,” ujar pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati, Sabtu (24/10/2020). (Baca juga: TGPF Intan Jaya Selesai Tugas, Pulihkan Kepercayaan Papua Pada Negara)
Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati, pemerintah daerah (Pemda) harus turut berperan dalam menjaga keamanan di Papua bukan hanya menggantungkan kepada TNI-Polri. ”Kiranya hasil temuan TPGF mampu menghasilkan suatu kebijakan penanganan keamanan tanpa mendorong reproduksi kekerasan di sana,” ucapnya. (Baca juga: Sejumlah Tokoh Papua Ingin Otsus Papua Dilanjutkan)
Tren yang perlu diwaspadai, kata Nuning, dalam beberapa waktu belakangan ini sudah terjadi pembunuhan dua pendeta di Papua. Jika selama ini kasus kematian Orang Asli Papua (OAP) itu punya implikasi kecil dalam menciptakan instabilitasi di Papua maka kematian kedua pendeta ini apabila diikuti dengan kasus yang sama maka berpotensi menyatukan orang Papua, khususnya OAP untuk menuntut pemerintah memberi penjelasan. ”Potensi destruktifnya sangat tinggi. Proses dialog yang damai dan konstruktif dengan mengedepankan kemanusiaan sangat baik bila dilaksanakan,” ujar mantan anggota Komisi I DPR ini. (Baca juga: Ondofolo Besar Yanto Eluay: Papua Bagian dari Indonesia Sudah Final!)
Hal yang penting juga adalah, anggota Tim TGPF harus paham betul situasi kondisi geopolitik dan etnografi Papua. ”Diharapkan juga banyak kenal tokoh-tokoh penting di sana baik tokoh agama, adat, masyarakat dan ekonomi). Bila tidak demikian khawatir tidak begitu diterima antar pihak di sana,” katanya.
Lihat Juga: Kuasa Hukum Pegi Minta Menko Polhukam Tegur Polda Jabar karena Absen Praperadilan Vina Cirebon
(cip)