Presiden PKS Imbau Kader Bangun Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman mengimbau para kader PKS untuk berkontribusi dalam membangun ketahanan pangan nasional akibat pandemi COVID-19. Hal itu dikemukakannya dalam diskusi daring bertajuk ‘Membangun Ketahanan Pangan dan Ketahanan Petani di Era Pandemi COVID-19’ pada Kamis (07/05/2020).
“Saya mengimbau kepada seluruh keluarga besar PKS dan siapapun yang punya kesadaran untuk membangun ketahanan pangan Indonesia. Mari bersama dekat dengan alam, cintai tanaman, cintai pangan, jadikan bertanam sebagai hobi,” ajak Sohibul.
Sohibul berpendapat masyarakat Indonesia harus kembali melakukan gerakan dekat kembali ke alam dan menjadikan bertaman menjadi hobi dan gaya hidup. Ia menyebut adanya COVID-19 saat ini bisa memacu peningkatan masyarakat yang berkecimpung dalam pengelolaan argo industri.
“Nanti pangan-pangan yang ringan bisa dipenuhi oleh rumah tangga, adapun pangan yang lebih besar itu nanti dipenuhi oleh petani profesional atau pengusaha di argo industri,” jelasnya.
Ia melihat kelemahan rakyat Indonesia saat ini adalah tercerabut dari kedekatannya dengan alam. Pembangunan ketahanan nasional harus dimulai dari menjadikan bertanam sebagai hobi masyarakat.
“Di sini saya tidak langsung menjadi yang muluk-muluk, langsung jadi sesuatu yang seolah-olah semua kita harus menjadi petani, semua harus menjadi argo industri, tidak. Tetapi menjadikan menanam itu sebuah hobi, habbit serta gaya hidup,” imbuh dia.
Kemudian, setelah aktivitas bertanam dapat menjadi hobi dan gaya hidup, diharapkan dengan bercocok tanam dapat menjadi mata pencaharian. “Mereka menjadi pengusaha-pengusaha di bidang itu. Nah, ini juga harus kita dorong,” katanya.
Selain itu, peran pemerintah juga sangat besar dalam menjadi fasilitator rakyat yang tidak sekadar menjadikan bercocok tanam sebagai sebuah hobi, namun juga usaha. “Bagaimana nanti pemerintah juga bisa memfasilitasi mereka-mereka yang bukan hanya hobi bertanam, tapi mereka juga bisa melangkah menjadikan cocok tanam itu sebagai sebuah bisnis, sebuah usaha,” pesan Sohibul.
Sementara itu, mantan Menteri Pertanian Anton Apriantono mengingatkan agar semua tak perlu khawatir dengan keterbukaan pasar dalam industri pangan. Menurutnya, lewat keterbukaan pasar, Indonesia masih bisa bersaing di bidang pangan.
“Kalau tertutup akibatnya tidak bisa bersaing. Kadang-kadang kelebihan kadang-kadang kekurangan, pinter-pinter kita dalam bermain,” kata Anton.
Ia mengambil contoh negara Kerajaan Saudi Arabia (KSA) yang kondisi pangannya relatif stabil. Keberhasilan itu menurutnya karena mereka menerapkan pasar terbuka dan persaingan sehat sehingga terjadi variasi harga.
Anton juga menilai stok pangan secara nasional memang sulit diprediksi karena tergantung produksi. Namun, menurutnya stok beras saat ini cenderung aman. Berbeda dengan kedelai dan jagung yang produktivitasnya rendah.
“Nah, ketersediaan impor ini bisa terjadi karena kebutuhan di dalam negeri tidak terpenuhi,” ucap dia.
“Saya mengimbau kepada seluruh keluarga besar PKS dan siapapun yang punya kesadaran untuk membangun ketahanan pangan Indonesia. Mari bersama dekat dengan alam, cintai tanaman, cintai pangan, jadikan bertanam sebagai hobi,” ajak Sohibul.
Sohibul berpendapat masyarakat Indonesia harus kembali melakukan gerakan dekat kembali ke alam dan menjadikan bertaman menjadi hobi dan gaya hidup. Ia menyebut adanya COVID-19 saat ini bisa memacu peningkatan masyarakat yang berkecimpung dalam pengelolaan argo industri.
“Nanti pangan-pangan yang ringan bisa dipenuhi oleh rumah tangga, adapun pangan yang lebih besar itu nanti dipenuhi oleh petani profesional atau pengusaha di argo industri,” jelasnya.
Ia melihat kelemahan rakyat Indonesia saat ini adalah tercerabut dari kedekatannya dengan alam. Pembangunan ketahanan nasional harus dimulai dari menjadikan bertanam sebagai hobi masyarakat.
“Di sini saya tidak langsung menjadi yang muluk-muluk, langsung jadi sesuatu yang seolah-olah semua kita harus menjadi petani, semua harus menjadi argo industri, tidak. Tetapi menjadikan menanam itu sebuah hobi, habbit serta gaya hidup,” imbuh dia.
Kemudian, setelah aktivitas bertanam dapat menjadi hobi dan gaya hidup, diharapkan dengan bercocok tanam dapat menjadi mata pencaharian. “Mereka menjadi pengusaha-pengusaha di bidang itu. Nah, ini juga harus kita dorong,” katanya.
Selain itu, peran pemerintah juga sangat besar dalam menjadi fasilitator rakyat yang tidak sekadar menjadikan bercocok tanam sebagai sebuah hobi, namun juga usaha. “Bagaimana nanti pemerintah juga bisa memfasilitasi mereka-mereka yang bukan hanya hobi bertanam, tapi mereka juga bisa melangkah menjadikan cocok tanam itu sebagai sebuah bisnis, sebuah usaha,” pesan Sohibul.
Sementara itu, mantan Menteri Pertanian Anton Apriantono mengingatkan agar semua tak perlu khawatir dengan keterbukaan pasar dalam industri pangan. Menurutnya, lewat keterbukaan pasar, Indonesia masih bisa bersaing di bidang pangan.
“Kalau tertutup akibatnya tidak bisa bersaing. Kadang-kadang kelebihan kadang-kadang kekurangan, pinter-pinter kita dalam bermain,” kata Anton.
Ia mengambil contoh negara Kerajaan Saudi Arabia (KSA) yang kondisi pangannya relatif stabil. Keberhasilan itu menurutnya karena mereka menerapkan pasar terbuka dan persaingan sehat sehingga terjadi variasi harga.
Anton juga menilai stok pangan secara nasional memang sulit diprediksi karena tergantung produksi. Namun, menurutnya stok beras saat ini cenderung aman. Berbeda dengan kedelai dan jagung yang produktivitasnya rendah.
“Nah, ketersediaan impor ini bisa terjadi karena kebutuhan di dalam negeri tidak terpenuhi,” ucap dia.
(kri)