Pendidikan Kunci Tangkal Ideologi yang Bertentangan dengan Pancasila
loading...

Muhammad Kemal Darmawan Muhammad Kemal Darmawan. Foto/Istimewa
A
A
A
JAKARTA - Bangsa ini dibangun dari fondasi kokoh konsensus nasional dengan falsafah Pancasila sebagai cara pandang dan karakter bangsa.
Kesaktian falsafah ini telah teruji dengan ambruknya setiap gerakan makar dan kudeta yang ingin mengganti falsafah negara. Maka mewujudkan Pancasila Sakti adalah dengan tegas menolak ideologi apapun yang berusaha merusak dan memecah belah persatuan bangsa.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Muhammad Kemal Darmawan mengatakan, untuk memperkuat penolakan terhadap ideologi yang berusaha mengubah falsafah bangsa, segala upaya tentunya harus dijalankan oleh negara bersama dengan berbagai pihak terkait.
”Bisa macam-macam upaya dan sasarannya. Yang pertama jelas sasarannya adalah anak muda, anak-anak sekolah dan sebagainya, melalui jalur pendidikan. Jelas, sasaranya itu anak muda yang masih rentan,” ujar Kemal di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Menurut dia, saat ini bangsa ini kehilangan jalur pendidikan yang memperkenalkan dan memantapkan nilai-nilai Pancasila. Dia mencontohkan jika dulu di era Orde Baru, ada Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang sekarang sudah hilang. Hal ini banyak terlihat jika dulu orang kalau ditanya lima sila Pancasila bisa dipastikan orang sudah hafal. Namun sekarang kalau ditanya, banyak yang tidak hafal Pancasila.
”Jadi melalui jalur pendidikan jelas yang harus dilakukan. Lalu harus juga ada bukti empiris, harus ada contoh-contoh dari para pemimpin kita untuk memberikan suri tauladan kepada masyarakat bahwa mereka dalam bertindak, bertingkah laku dan membuat kebijakan juga harus berdasarkan pancasila,” tutur Kemal.(Baca juga: Kasus Baru di Ceko dan Filipina, Total 1.547 WNI Positif Corona)
Karena, menurut Kemal, jika tidak ada yang mencontohkan, bagaimana masyarakat akan ingat dan mendalami lagi hingga terinternalisasi. Di institusi TNI dan Polri memang selalu diingatkan, tapi yang sipil tidak diingatkan, hingga hilang semua.
Yang membuatnya miris adalah banyak yang tidak hafal lagi pancasila bahkan sampai viral di media sosial dan malah jadi guyonan.”Padahal sebetulnya hal tersebut memprihatinkan, tapi malah dianggap guyonan sama anak-anak muda. Bagaimana ancaman-ancaman terorisme tidak lebih serius kalau kita tidak menjaga Pancasila itu,” katanya.
Kemal menuturkan, sosialisasi kepada para anak muda penting untuk dilakukan agar mereka memiliki kebersamaan dan saling menghormati satu sama lain. Karena menurutnya anak-anak muda kadang-kadang kebablasan guyonannya, bahkan tidka ada pedomannya, tidak ada pertahanan dirinya. Pancasila sebagai falsafah bangsa, way of life adalah pertahanan diri.
“Kita harus sadar pada saat kita melaksanakan sesuatu itu harus ada pertahanan dirinya. Nah sekarang anak-anak muda guyon tanpa ada dasar yang ngerem, ini yang bahaya sehingga suka kebablasan dan sebagainya,” ujarnya. (Baca juga: Moeldoko Bertemu Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ini yang Dibahas )
Kesaktian falsafah ini telah teruji dengan ambruknya setiap gerakan makar dan kudeta yang ingin mengganti falsafah negara. Maka mewujudkan Pancasila Sakti adalah dengan tegas menolak ideologi apapun yang berusaha merusak dan memecah belah persatuan bangsa.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Muhammad Kemal Darmawan mengatakan, untuk memperkuat penolakan terhadap ideologi yang berusaha mengubah falsafah bangsa, segala upaya tentunya harus dijalankan oleh negara bersama dengan berbagai pihak terkait.
”Bisa macam-macam upaya dan sasarannya. Yang pertama jelas sasarannya adalah anak muda, anak-anak sekolah dan sebagainya, melalui jalur pendidikan. Jelas, sasaranya itu anak muda yang masih rentan,” ujar Kemal di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Menurut dia, saat ini bangsa ini kehilangan jalur pendidikan yang memperkenalkan dan memantapkan nilai-nilai Pancasila. Dia mencontohkan jika dulu di era Orde Baru, ada Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang sekarang sudah hilang. Hal ini banyak terlihat jika dulu orang kalau ditanya lima sila Pancasila bisa dipastikan orang sudah hafal. Namun sekarang kalau ditanya, banyak yang tidak hafal Pancasila.
”Jadi melalui jalur pendidikan jelas yang harus dilakukan. Lalu harus juga ada bukti empiris, harus ada contoh-contoh dari para pemimpin kita untuk memberikan suri tauladan kepada masyarakat bahwa mereka dalam bertindak, bertingkah laku dan membuat kebijakan juga harus berdasarkan pancasila,” tutur Kemal.(Baca juga: Kasus Baru di Ceko dan Filipina, Total 1.547 WNI Positif Corona)
Karena, menurut Kemal, jika tidak ada yang mencontohkan, bagaimana masyarakat akan ingat dan mendalami lagi hingga terinternalisasi. Di institusi TNI dan Polri memang selalu diingatkan, tapi yang sipil tidak diingatkan, hingga hilang semua.
Yang membuatnya miris adalah banyak yang tidak hafal lagi pancasila bahkan sampai viral di media sosial dan malah jadi guyonan.”Padahal sebetulnya hal tersebut memprihatinkan, tapi malah dianggap guyonan sama anak-anak muda. Bagaimana ancaman-ancaman terorisme tidak lebih serius kalau kita tidak menjaga Pancasila itu,” katanya.
Kemal menuturkan, sosialisasi kepada para anak muda penting untuk dilakukan agar mereka memiliki kebersamaan dan saling menghormati satu sama lain. Karena menurutnya anak-anak muda kadang-kadang kebablasan guyonannya, bahkan tidka ada pedomannya, tidak ada pertahanan dirinya. Pancasila sebagai falsafah bangsa, way of life adalah pertahanan diri.
“Kita harus sadar pada saat kita melaksanakan sesuatu itu harus ada pertahanan dirinya. Nah sekarang anak-anak muda guyon tanpa ada dasar yang ngerem, ini yang bahaya sehingga suka kebablasan dan sebagainya,” ujarnya. (Baca juga: Moeldoko Bertemu Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ini yang Dibahas )