Tengku Zul: Komunis Tidak Mati dan Tidak Mungkin Terima Pancasila

Kamis, 01 Oktober 2020 - 09:37 WIB
loading...
Tengku Zul: Komunis...
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain. Foto/Instagram
A A A
JAKARTA - Ideologi dinilai tidak akan mati. Jika ada yang mengatakan ideologi akan mati, hal itu dinilai menentang kenyataan dan teori ilmiah. Begitu juga ideologi komunis . Di Indonesia, ideologi yang lekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) ini dinilai masih hidup.

"Apakah mungkin ideologi PKI di Indonesia masih hidup. Pertama, saya katakan ideologi tidak mati berarti masih hidup. Apakah underground, apakah sekarang gejalanya sudah tampak. Saya melihat saat ini gejalanya sudah mulai tampak," kata Tengku Zulkarnain saat berbicara dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One, Selasa 29 September 2020. ( )

Tengku Zulkarnain menolak adanya pendapat-pendapat yang seolah-olah membiarkan komunis di Indonesia. Di banyak negara, kata dia, komunisme sudah membunuh jutaan orang. Oleh karena itu tidak mungkin komunis itu korban. "Komunisme di mana-mana biadab, di Rusia bunuh jutaan orang, di China puluhan juta orang, Kamboja 3 juta orang. Tidak mungkin komunis di Indonesia hanya korban, tidak punya niat apa-apa.

Menurut dia, tidak mungkin komunis Pancasilais karena mereka tidak menerima agama. "Pancasila itu, sila pertama adalah Ketuhanan Yang Mahas Esa yang sekarang mau ditukar menjadi ketuhanan yang berkebudayaan. Kalau ketuhanan yang berkebudayaan, komunis pasti terima, tapi kalau ketuhanan yang maha esa, komunis di seluruh dunia pasti tidak akan menerima hal ini," tuturnya. ( a)

Dalam acara tersebut, Tengku Zulkarnain juga menceritakan tentang pemikiran Proklamator Soekarno tentang tiga komponen bangsa Indonesia pada majalah Pemuda pada tahun 1926. Tiga komponen bangsa itu, yakni nasionalis, relijius/agamis, dan komunis.

"Ini keyakinan Bung Karno dan tulisan beliau akhirnya diambil dalam buku beliau lagi berjudul Di Bawah Bendera Revolusi. Bung Karno sangat yakin ini, tiga komponen ini," tuturnya.

Oleh karena itu ketika kemudian Bung Karno berkuasa, kata dia, pada tahun 1948 komunis memberontak kedua kalinya, setelah tahun 1926 pada zaman Belanda. setelah merdeka tahun 1948 pimpinan Muso yang afiliasinya ke Uni Sovyet.

Tengku Zulkarnain mengatkan PKI pimpinan Muso juga telah menikam bangsa ini dengan memproklamirkan Republik Rusia Raya pada 1948 atau tiga tahun setelah Indonesia Merdeka. "Kemudian dibasmi habis, mati tuh orang-orangnya. Ada sebagian melarikan diri ke luar negeri ke Sovyet atau kemana, tetapi matikah di logo komunis itu? Tidk mati ideologi itu. Hidup saja, terus hidup di bawah-bawah, " tuturnya.

Tiga tahun baru Indonesia merdeka, lanjut dia, baru mau menghadapi agresi militer Belanda, Muso memproklamasikan Republik Rusia Raya, menikam kita dari belakang. Kemudian dibasmi habis, mati tuh orang-orangnya. Ada sebagian melarikan diri ke luar negeri ke Sovyet atau kemana, tetapi matikah di logo komunis itu? Tidk mati ideologi itu. Hidup saja, terus hidup di bawah-bawah," tuturnya.

Pada tahun 1952, tutur dia, datang anak-anak muda komunis, yakni DN Aidit, Nyoto dan lainnya datang bertemu Bung Karno di Pegangsaan Timur 56. "Nah kemudian malam itu diterima DN Aidit dan kawan-kawan ngobrol. Setelah ngobrol, ngobrol, ngobrol, Bung Karno berubah. Kenapa? karena memang dasar pemikiran Bung Karno itu, komponen bangsa itu harus nasional, relijius dan yang ketiga adalah komunis," tuturnya.

Akhirnya apa yang terjadi, kata dia, komunis ini diterima lagi oleh Bung Karno setelah memberontak tahun 1948. Lalu pada pemilu 1955, PKI baru yang afiliasinya sudah ke China dan menjadi pemenang ke-4.

"Kemudian Bung Karno memasukan mereka ke dalam kabinet. Ini pengkhianat (PKI-red) bangsa tahun 1948 ini dimasukan Bung Karno sebagai menteri, menyebabkan Mohammad Hatta menarik diri dari jabatan Wakil Presiden. Hatta tidak mau kerja sama dengan komunis. Lebih memilih menjadi seorang dosen di UGM. Jadilah Presiden Bung Karno, Presiden seorang diri tanpa wakil," tuturnya.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1844 seconds (0.1#10.140)