Pilkada Membahayakan, Guru Besar UIN Azyumardi Azra Pilih Golput
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Profesor Doktor Azyumardi Azra secara terang-terangan menyatakan tidak akan menyalurkan hak pilihnya alias golput pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) , Desember mendatang.
Keputusan itu diambil sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan terkiat banyaknya korban meninggal akibat pandemi virus Corona (Covid-19) yang hingga kini kasusnya terus meningkat.
Menurut cendekiawan muslim ini, Pilkada yang digelar saat pandemi Covid-19 akan membahayakan pemilih.
"Saya golput Pilkada 9 Des 2020 sebagai ungkapan solidaritas kemanusiaan bagi mereka yang wafat disebabkan wabah korona atau terinfeksi Covid-19. Pilkada di masa pandemi yg terus meningkat sekarang tanpa ada tanda pelandaian juga sangat membahayakan kesehatan pemilih...." kata Azyumardi melalui akun Twitternya, @Prof_Azyumardi, Senin 21 September 2020.( )
Menurut dia, kerumunan massa di Pilkada berpotensi meningkatkan jumlah warga yang terifeksi virus tersebut. Terlebih, sambung dia, banyak masyarakat Indonesia yang lanjut usia sehingga rawan tertular virus tersebut.
"...Sangat membahayakan kesehatan pemilih di tengah kerumunan massa yang bisa meningkatkan jumlah warga terinfeksi dan meninggal dunia. Apalagi saya dan banyak senior citizen/manula lain punya morbiditas tertentu yang rawan dan rentan," tulis Azyumardi.( )
Azyumardi juga me-mention pernyataanya tersebut ke akun Twitter Presiden Joko Widodo dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Keputusan itu diambil sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan terkiat banyaknya korban meninggal akibat pandemi virus Corona (Covid-19) yang hingga kini kasusnya terus meningkat.
Menurut cendekiawan muslim ini, Pilkada yang digelar saat pandemi Covid-19 akan membahayakan pemilih.
"Saya golput Pilkada 9 Des 2020 sebagai ungkapan solidaritas kemanusiaan bagi mereka yang wafat disebabkan wabah korona atau terinfeksi Covid-19. Pilkada di masa pandemi yg terus meningkat sekarang tanpa ada tanda pelandaian juga sangat membahayakan kesehatan pemilih...." kata Azyumardi melalui akun Twitternya, @Prof_Azyumardi, Senin 21 September 2020.( )
Menurut dia, kerumunan massa di Pilkada berpotensi meningkatkan jumlah warga yang terifeksi virus tersebut. Terlebih, sambung dia, banyak masyarakat Indonesia yang lanjut usia sehingga rawan tertular virus tersebut.
"...Sangat membahayakan kesehatan pemilih di tengah kerumunan massa yang bisa meningkatkan jumlah warga terinfeksi dan meninggal dunia. Apalagi saya dan banyak senior citizen/manula lain punya morbiditas tertentu yang rawan dan rentan," tulis Azyumardi.( )
Azyumardi juga me-mention pernyataanya tersebut ke akun Twitter Presiden Joko Widodo dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
(dam)