Luhut vs Said Didu, Pengamat Hukum: Saling Tak Mau Kehilangan Muka

Senin, 04 Mei 2020 - 22:11 WIB
loading...
Luhut vs Said Didu, Pengamat Hukum: Saling Tak Mau Kehilangan Muka
Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai memanasnya perseteruan itu karena Said Didu maupun Luhut tidak mau kehilangan muka. Foto/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Perseteruan antara Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Panjaitan dan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu makin meruncing. Tak ada pernyataan minta maaf dalam surat klarifikasi dari Said Didu pada 7 April lalu, kasus itu justru masuk ke ranah hukum.

Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pun memanggil Said Didu, Senin (4/5/2020) meski akhirnya diwakili kuasa hukumnya. Hal itu terkait unggahan video di akun YouTube-nya berjudul ‘MSD: LUHUT HANYA PIKIRKAN UANG, UANG, DAN UANG’ yang dituding menghina dan mencemarkan nama Luhut.

Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai memanasnya perseteruan itu karena Said Didu maupun Luhut tidak mau kehilangan muka. Menurutnya, sebagai pejabat publik harus siap mendapatkan kritikan. Bahkan, tidak dimungkiri kerap mendapat hinaan.

Demikian juga bagi kritikus, harus tetap menjaga omongan. Menurut dia, ada dua parameter dalam menyampaikan kritik. “Pertama, tidak menyinggung suku, agama dan ras (SARA). Kedua, tidak menyinggung soal hal yang sifatnya personal,” ujar Refly dikutip dari video di akun YouTube-nya bertajuk SAID DIDU VS LUHUT 2: KEJARLAH DAKU KAU KULAPORKAN!!! pada Senin (4/5/2020).

Eks Ketua Tim Anti Mafia Mahkamah Konstitusi (MK) itu menilai hal yang paling substantif adalah bagaimana ruang demokrasi tetap terjaga dan digunakan sebaik-baiknya. Dalam menyampaikan kritik, fokus pada apa yang disampaikan dan diargumentasikan. Kalau ada pihak lain yang menyampaikan kontra argumen, maka di sana ada ruang dialog.

Tetapi jika pihak lain menyerang hal-hal yang tidak substantif, biasanya perseteruan yang terjadi. Kalau tidak sanggup berdebat, biasanya akan melakukan serangan hal-hal yang tidak substantif.

“Mereka yang menghina Anda, belum tentu lebih baik dari pada Anda. Tidak ada orang yang akan menjadi hina kalau dia dihina,” kata dia.

Refly pun mencoba membandingkan dengan cuitan Faisal Basri melalui akun Twitter-nya @FaisalBasri. “Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19,” tulisnya pada 3 April lalu.

Berdasarkan hal itu, Refly mempertanyakan kenapa sikap Luhut tidak melakukan hal sama ke Faisal Basri seperti Said Didu. Padahal menurutnya, pernyataan ekonom tersebut lebih keras.

“Faisal Basri memberikan statement yang menurut saya jauh lebih keras tetapi ia tidak dipersoalkan,” tandas Refly.

Kendati demikian, eks Komisaris Pelindo I itu tidak mendukung kasus tersebut sampai adu mengadu ke wilayah hukum. Sebab, menurutnya perseteruan itu tidak produktif dan ada terlalu banyak persoalan bangsa ini yang harus diselesaikan ketimbang masalah tersebut.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3046 seconds (0.1#10.140)