Pengamat Intelijen Pastikan Intelsus Rajawali Bukan Pasukan Khusus BIN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menegaskan, Intelsus Rajawali bukan pasukan khusus namun taruna dan taruni serta para agen lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Intelijen Negara (STIN) dan Seno Badan Intelijen Negara (BIN) yang terpilih dididik untuk memiliki kemampuan Intelsus termasuk kemampuan Intelpur.
”Sebagaimana kita ketahui UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara yang menyebut STIN sebagai sumber utama SDM untuk BIN, oleh karenanya STIN terus mengembangkan pendidikan serta pelatihan untuk mencapai tujuan agar BIN dapat mencapai kemampuan intelijen berkelas dunia,” ujar perempuan yang akrab disapa Nuning, Minggu (12/9/2020). (Baca juga: Kepala BIN Wujudkan STIN Menjadi Kampus Bertaraf Internasional)
Menurut mantan anggota Komisi I DPR ini, mereka yang akan dikirim ke tempat penugasan melaksanakan operasi intelijen penting memiliki kemampuan dalam menghadapi ancaman. ”Jangan sampai ketika menghadapi kelompok bersenjata mereka tidak paham mengatasinya. Contohnya, di Papua yang memiliki titik wilayah gawat (spot merah),” ucapnya. (Baca juga: Dankormar Mayjen TNI Suhartono Diangkat Menjadi Warga Kehormatan BIN)
Dengan pertimbangan ancaman dan medan tugas yang akan dihadapi di Papua tersebut, kata Nuning, mereka perlu dibekali kemampuan Intelsus dan Intelpur sehingga lebih siap pada saat bergabung dengan satgas TNI/Polri yang ada di sana. (Baca juga: DPR: Tidak Benar Informasi BIN Bentuk Pasukan Khusus)
”Seharusnya kita bangga siswa STIN memiliki soft skill yang hebat. Siswa STIN pantas dan harus memiliki keterampilan seperti bela diri, siber, termasuk keahlian forecasting dan lain sebagainya. Keahlian seperti ini diperlukan kelak ketika mereka terjun di lapangan. Hal ini menunjukan intelijen kita tidak kalah dengan 11 Badan Intelijen terbaik dunia seperti MI6, CIA, GRU, DGSE, ISI, Mossad, CSIS, BND, ASIS, R&AW dan MSS China yang hebat,” kata Nuning.
Apalagi, akan ada kedeputian baru yang membidangi Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut Nuning, kedeputian baru ini juga harus memiliki tenaga-tenaga ahli di bidang psikiatri dan psikologi forensik yang paham tentang ilmu perilaku atau profilling, sosiolog yang memahami perilaku sosial aparatur negara. ”Pro kontra yang muncul terkait pasukan Radjawali semoga bisa menjadikan BIN semakin kuat dan profesional,” ucapnya.
Nuning menyebut, negara tangguh bila Intelijennya kuat. ”Era Kepemimpinan Jendral Pol (P) Prof. Budi Gunawan banyak kemajuan dicapai terutama pengembangan SDM dan tekhnologinya,” tegasnya.
”Sebagaimana kita ketahui UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara yang menyebut STIN sebagai sumber utama SDM untuk BIN, oleh karenanya STIN terus mengembangkan pendidikan serta pelatihan untuk mencapai tujuan agar BIN dapat mencapai kemampuan intelijen berkelas dunia,” ujar perempuan yang akrab disapa Nuning, Minggu (12/9/2020). (Baca juga: Kepala BIN Wujudkan STIN Menjadi Kampus Bertaraf Internasional)
Menurut mantan anggota Komisi I DPR ini, mereka yang akan dikirim ke tempat penugasan melaksanakan operasi intelijen penting memiliki kemampuan dalam menghadapi ancaman. ”Jangan sampai ketika menghadapi kelompok bersenjata mereka tidak paham mengatasinya. Contohnya, di Papua yang memiliki titik wilayah gawat (spot merah),” ucapnya. (Baca juga: Dankormar Mayjen TNI Suhartono Diangkat Menjadi Warga Kehormatan BIN)
Dengan pertimbangan ancaman dan medan tugas yang akan dihadapi di Papua tersebut, kata Nuning, mereka perlu dibekali kemampuan Intelsus dan Intelpur sehingga lebih siap pada saat bergabung dengan satgas TNI/Polri yang ada di sana. (Baca juga: DPR: Tidak Benar Informasi BIN Bentuk Pasukan Khusus)
”Seharusnya kita bangga siswa STIN memiliki soft skill yang hebat. Siswa STIN pantas dan harus memiliki keterampilan seperti bela diri, siber, termasuk keahlian forecasting dan lain sebagainya. Keahlian seperti ini diperlukan kelak ketika mereka terjun di lapangan. Hal ini menunjukan intelijen kita tidak kalah dengan 11 Badan Intelijen terbaik dunia seperti MI6, CIA, GRU, DGSE, ISI, Mossad, CSIS, BND, ASIS, R&AW dan MSS China yang hebat,” kata Nuning.
Apalagi, akan ada kedeputian baru yang membidangi Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut Nuning, kedeputian baru ini juga harus memiliki tenaga-tenaga ahli di bidang psikiatri dan psikologi forensik yang paham tentang ilmu perilaku atau profilling, sosiolog yang memahami perilaku sosial aparatur negara. ”Pro kontra yang muncul terkait pasukan Radjawali semoga bisa menjadikan BIN semakin kuat dan profesional,” ucapnya.
Nuning menyebut, negara tangguh bila Intelijennya kuat. ”Era Kepemimpinan Jendral Pol (P) Prof. Budi Gunawan banyak kemajuan dicapai terutama pengembangan SDM dan tekhnologinya,” tegasnya.
(cip)