Klaster Keluarga Jadi Penyumbang Tertinggi Kasus Covid-19 di Lima Daerah

Senin, 07 September 2020 - 16:00 WIB
loading...
Klaster Keluarga Jadi...
Seorang analis data yang juga merupakan inisiator pandemic talks, Firdza Radiany menyoroti tingginya klaster keluarga dalam penyebaran Covid-19 di Indonesia. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Seorang analis data yang juga merupakan inisiator pandemic talks, Firdza Radiany menyoroti tingginya klaster keluarga dalam penyebaran virus Corona (Covid-19) di Indonesia.

Firdza mengatakan ada beberapa daerah yang terdeteksi klaster keluarga tertinggi di Indonesia. “Jadi kami mencoba menghimpun data-data, ternyata kemunculan klaster keluarga ini cukup banyak dan cukup signifikan. Ini baru yang terdeteksi ya di Bogor itu 48 klaster keluarga dengan 189 kasus. Yang paling parah di Bekasi 155 klaster keluarga dan ada 437 kasus atau orang. Di Yogyakarta ada 9 klaster dengan 13 kasus, Semarang 8 klaster dengan 10 kasus, di Malang ada 10 klaster dengan 35 kasus,” ungkapnya dalam diskusi di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (7/9/2020). (Baca juga: Positif Corona Bertambah 2.880 Kasus, Terdeteksi dari 18.412 Spesimen)

Firdza pun menjelaskan bagaimana proses klaster keluarga terjadi yang menjadi penyebab terpaparnya Covid-19. “Jadi kami menyimpulkan klaster keluarga itu terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasanya beraktivitas di luar rumah terkena virus atau terpapar virus lalu menularkan ke dalam anggota keluarga lainnya. Sehingga dalam rumah tersebut seluruh anggotanya itu terkena Covid-19 pada akhirnya,” jelasnya. (Baca juga: Update Covid-19: Kasus Positif Naik 2.880, Sembuh Bertambah 2.077 Orang)

Dia menilai, munculnya klaster keluarga ini bisa disebabkan dari klaster perkantoran. Namun yang paling berbahaya lagi adalah culture sosial saling berkunjung antar sesama rumah akan mempercepat penularan klaster keluarga ini. “Yang paling bahaya lagi adalah dengan culture sosial bangsa Indonesia yang berkunjung sesama rumah, antar warga ini semakin mempercepat penularan klaster antar rumahnya. Hal ini diperburuk lagi karena beberapa warga itu menolak untuk tes swab karena stigma dijauhi oleh keluarga, lingkungan, dan seterusnya,” ungkapnya.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1575 seconds (0.1#10.140)