Respons Pernyataan Menag, PKS: Jangan Terus Mendiskreditkan Umat Islam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini memprotes keras pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang mengatakan, bahwa strategi radikalisme masuk melalui orang yang berpenampilan menarik atau good looking, bisa bahasa arab, hafiz, dan memiliki pemahaman agama yang baik.
(Baca juga: Tuding si Good Looking, Menag Harus Belajar Kajian soal Radikalisme)
Menurut Jazuli pernyataan Menag ini menyakitkan umat Islam karena stereotype (tuduhan negatif) yang jelas-jelas disematkan kepada umat Islam yang paham agama bahkan hafiz dan berpenampilan menarik atau good looking. Ini bisa menimbulkan syak wasangka dan kegaduhan di masyarakat terhadap ghirah umat yang sedang giat-giatnya belajar agama.
(Baca juga: Gara-gara Good Looking, Fadli Zon Minta Jokowi Ganti Menag)
"Kami heran kenapa Menag kerap kali muncul dengan pernyataan kontroversial yang mendeskriditkan umat Islam utamanya generasi yang punya ghirah belajar agama. Jangan terus menerus umat ini disudutkan dan dituduh radikal apalagi secara secara sembrono menyematkan stereotype kepada para hafiz dan generasi umat yang punya pemahaman agama yang baik," kata Jazuli, Sabtu (5/9/2020).
Jazuli menegaskan, Fraksi PKS kecewa terhadap Menag yang tidak komperhensif dan objektif dalam memahami permasalahan. Menurutnya, di tengah darurat moral dan akhlak generasi bangsa mestinya Menag mempromosikan agar kita semua kembali pada agama dengan belajar agama yang baik, memakmurkan masjid, menghafal Alquran, dan lainnya.
"Bukan malah menebar ketakutan dengan menuduh orang belajar agama, punya pemahaman agama yang baik, bahkan hafiz sebagai pintu masuk radikalisme. Ini menunjukkan menteri agama tidak paham peta masalah kebangsaan dan denyut nadi keberagamaan khususnya umat Islam," ucap Jazuli.
"Akibatnya, salah dalam mengambil kesimpulan sehingga keluar pernyataan yang kontraproduktif dan menyakitkan umat. Dan ini berbahaya karena kebijakan negara bisa salah kaprah," sambugngnya.
Anggota Komisi I DPR ini meminta Menag dan jajaran Kementerian Agama, tidak lagi gegabah dalam membuat pernyataan soal radikalisme dengan stereotype tertentu kepada umat Islam. Umat Islam tegas melawan radikalisme dan terorisme karena jelas bukan bagian dari ajaran Islam.
"Sehingga mengatakan orang paham agama dan hafiz sebagai pintu masuk radikalisme sungguh menyakitkan," tegasnya.
Sebelumnya, Fachrul Razi mengungkapkan strategi paham radikal masuk di lingkungan ASN dan masyarakat di acara webinar bertajuk 'Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara', yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu 2 September 2020.
Menurut Fachrul, salah satu strategi kaum radikalisme masuk itu melalui seorang anak good looking atau paras yang menarik. "Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking," kata Menag.
"Penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan," tambahnya.
(Baca juga: Tuding si Good Looking, Menag Harus Belajar Kajian soal Radikalisme)
Menurut Jazuli pernyataan Menag ini menyakitkan umat Islam karena stereotype (tuduhan negatif) yang jelas-jelas disematkan kepada umat Islam yang paham agama bahkan hafiz dan berpenampilan menarik atau good looking. Ini bisa menimbulkan syak wasangka dan kegaduhan di masyarakat terhadap ghirah umat yang sedang giat-giatnya belajar agama.
(Baca juga: Gara-gara Good Looking, Fadli Zon Minta Jokowi Ganti Menag)
"Kami heran kenapa Menag kerap kali muncul dengan pernyataan kontroversial yang mendeskriditkan umat Islam utamanya generasi yang punya ghirah belajar agama. Jangan terus menerus umat ini disudutkan dan dituduh radikal apalagi secara secara sembrono menyematkan stereotype kepada para hafiz dan generasi umat yang punya pemahaman agama yang baik," kata Jazuli, Sabtu (5/9/2020).
Jazuli menegaskan, Fraksi PKS kecewa terhadap Menag yang tidak komperhensif dan objektif dalam memahami permasalahan. Menurutnya, di tengah darurat moral dan akhlak generasi bangsa mestinya Menag mempromosikan agar kita semua kembali pada agama dengan belajar agama yang baik, memakmurkan masjid, menghafal Alquran, dan lainnya.
"Bukan malah menebar ketakutan dengan menuduh orang belajar agama, punya pemahaman agama yang baik, bahkan hafiz sebagai pintu masuk radikalisme. Ini menunjukkan menteri agama tidak paham peta masalah kebangsaan dan denyut nadi keberagamaan khususnya umat Islam," ucap Jazuli.
"Akibatnya, salah dalam mengambil kesimpulan sehingga keluar pernyataan yang kontraproduktif dan menyakitkan umat. Dan ini berbahaya karena kebijakan negara bisa salah kaprah," sambugngnya.
Anggota Komisi I DPR ini meminta Menag dan jajaran Kementerian Agama, tidak lagi gegabah dalam membuat pernyataan soal radikalisme dengan stereotype tertentu kepada umat Islam. Umat Islam tegas melawan radikalisme dan terorisme karena jelas bukan bagian dari ajaran Islam.
"Sehingga mengatakan orang paham agama dan hafiz sebagai pintu masuk radikalisme sungguh menyakitkan," tegasnya.
Sebelumnya, Fachrul Razi mengungkapkan strategi paham radikal masuk di lingkungan ASN dan masyarakat di acara webinar bertajuk 'Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara', yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu 2 September 2020.
Menurut Fachrul, salah satu strategi kaum radikalisme masuk itu melalui seorang anak good looking atau paras yang menarik. "Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking," kata Menag.
"Penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan," tambahnya.
(maf)