Puasa Ramadan: Menyenangkan Hati dan Menenangkan Umat

Senin, 17 Maret 2025 - 16:39 WIB
loading...
Puasa Ramadan: Menyenangkan...
HM. Adib Abdushomad, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama (Kemenag). Foto/Ist
A A A
HM. Adib Abdushomad
Kepala Pusat Kerukunan Umat BeragamaKementerian Agama (Kemenag)

KEHADIRAN bulan suci Ramadan selalu ditunggu dan diharapkan kedatangannya bagi umat Islam di dunia karena di bulan inilah ada banyak keistimewaan dari Allah SWT sang pencipta yang menginginkan hambanya menjadi pribadi yang bertaqwa (laallakum tattaqun).

Dalam banyak hal pelaksanaan ibadah puasa Ramadan satu bulan ini menjadi terasa ringan karena ada dimensi kolektifitas dalam beribadah, sebagaimana tercermin dalam sholat taraweh dan witir berjamaah.

Belum lagi aktifitas kegiatan takjil, buka puasa bersama sangat terasa kebersamaan yang ada dari semua yang terlibat. Bahkan yang unik banyak sekali undangan buka puasa Ramadan lintas agama tidak saja dari umat Islam yang sedang punya hajat pelaksanaan ibadah puasa Ramadan.

Dari gambaran diatas sangat terlihat ruang transendensi yang sifatnya individual-personal yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, sekaligus ruang sosial yang mempertemukan manusia dengan sesamanya. Dengan demikian dalam ibadah puasa Ramadan ini terkanding nilai-nilai kebaikan universal.

Namun demikian, dalam realitas sosial keagamaan kita, ada sebagian yang menangkap ibadah puasa Ramadan secara parsial yakni sebagai kewajiban ibadah pribadi, sementara dimensi sosial dan perannya dalam menenangkan umat sering kali terabaikan.

Padahal, puasa Ramadan sejatinya adalah praktik keagamaan yang mengandung potensi besar untuk menyenangkan hati manusia sekaligus menenangkan relasi sosial di tengah masyarakat. Dalam perspektif sosiologi agama, Emile Durkheim menyebutkan bahwa ritual keagamaan yang dilaksanakan secara kolektif mampu menciptakan solidaritas sosial yang memperkuat kohesi masyarakat.

Puasa yang dilakukan oleh jutaan umat Islam secara serempak di seluruh dunia adalah bentuk nyata dari collective effervescence, sebuah semangat kebersamaan yang seharusnya menghidupkan persaudaraan, kasih sayang, dan ketenangan. Namun, ketika puasa hanya dipahami sebagai rutinitas ibadah, tanpa kesadaran sosial yang menyertainya, maka hilanglah peluang besar menjadikan Ramadan sebagai momentum menyemai kerukunan dan kedamaian.

Lebih jauh, puasa juga dapat dipahami dalam kerangka psikologi sosial sebagai latihan pengendalian diri (self-control) dan regulasi emosi (emotional regulation). Walter Mischel, dengan teorinya tentang delayed gratification, menekankan pentingnya kemampuan individu untuk menunda kepuasan diri demi mencapai tujuan jangka panjang.

Puasa, pada esensinya merupakan bentuk konkret dari pengendalian diri tersebut. Menahan lapar, dahaga, amarah, serta perilaku negatif lainnya adalah latihan intensif membentuk kepribadian yang matang secara emosi, stabil dalam bersikap, dan bijak dalam merespons konflik sosial.

Dalam masyarakat majemuk, kehadiran pribadi-pribadi seperti ini penting untuk menghadirkan ketenangan sosial dan mencegah gesekan antarkelompok.

Selain itu, Ramadan juga sarat dengan etika sosial berupa kedermawanan dan solidaritas. Tradisi zakat, infak, sedekah, dan berbagi takjil tidak semata-mata ritual ibadah, tetapi juga perwujudan nilai altruistik yang berkontribusi langsung pada kesejahteraan sosial.

Dalam pandangan Peter Singer tentang effective altruism, tindakan sosial yang berdampak signifikan bagi kesejahteraan orang lain adalah bagian dari tanggung jawab moral setiap individu. Ramadan, melalui berbagai bentuk kepedulian sosialnya, menjadi momentum menghadirkan keadilan sosial dan menenangkan masyarakat dari ketimpangan yang sering memicu kecemburuan dan ketegangan.

Lebih jauh, Ramadan juga sejalan dengan gagasan Global Ethic yang dikembangkan Hans Küng, yang menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan universal seperti keadilan, kasih sayang, dan perdamaian yang harus dijunjung oleh semua agama. Dengan demikian, Ramadan seharusnya tidak hanya menjadi milik eksklusif umat Islam, tetapi menjadi bagian dari upaya universal membangun kerukunan dan perdamaian.

Puasa yang dijalankan dengan penuh kesadaran sosial akan melahirkan ruang perjumpaan lintas agama, memperkuat dialog kemanusiaan, dan mengikis sekat-sekat sosial yang selama ini menjadi penyebab konflik.

Dalam tradisi Islam sendiri, puasa erat kaitannya dengan konsep fitrah, yaitu kecenderungan alami manusia untuk mencintai kebaikan dan kedamaian. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 30, bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam fitrah yang lurus, meskipun sering kali manusia melupakan panggilan fitrahnya.

Puasa adalah jalan untuk kembali kepada fitrah tersebut, yakni fitrah kemanusiaan yang damai, penyayang, dan penuh kasih terhadap sesama. Oleh karena itu, Ramadhan harus menjadi sarana membangkitkan kembali potensi perdamaian dalam diri manusia, bukan malah menjadi ajang memperuncing perbedaan dan memperbesar konflik.

Sayangnya, realitas sosial kita kerap menunjukkan hal sebaliknya. Bulan suci yang seharusnya menjadi ruang ketenangan malah terkadang diramaikan dengan perdebatan sia-sia, konflik tafsir, hingga gesekan sosial karena perbedaan pandangan. Di sinilah pentingnya upaya kolektif untuk mengembalikan spirit Ramadan sebagai bulan yang menyenangkan hati dan menenangkan umat.

Menyenangkan hati berarti menghadirkan kebaikan, senyum, dan kepedulian kepada sesama. Menenangkan umat berarti meredam potensi konflik, menyejukkan suasana, dan menghadirkan ruang-ruang damai di tengah masyarakat.

Ramadan yang menyenangkan dan menenangkan adalah yang hidup dalam kesadaran penuh akan fungsi sosial ibadah puasa. Sebab, puasa bukan hanya ritual vertikal antara manusia dan Tuhan, tetapi juga jembatan sosial yang mempertemukan manusia satu sama lain dalam ruang damai.

Dalam situasi bangsa yang kerap diliputi ketegangan sosial, polarisasi politik, dan konflik horizontal, Ramadan harus tampil menjadi solusi sosial yang konkret.

Dengan demikian, cita-cita menghadirkan Ramadan yang menyenangkan hati dan menenangkan umat sesungguhnya merupakan panggilan untuk membangun peaceful civilization, sebuah peradaban damai yang tumbuh dari spiritualitas yang otentik, etika sosial yang luhur, dan komitmen kemanusiaan yang kokoh.

Oleh karena itu, Ramadan harus dimaknai bukan hanya sebagai momentum pribadi, tetapi sebagai ikhtiar kolektif umat untuk menghadirkan masyarakat yang rukun, damai, dan sejahtera. Lets Contributing to Peace Together.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Kemenag Targetkan Pengumpulan...
Kemenag Targetkan Pengumpulan Zakat Nasional Naik 10% pada 2025
Ramadan Berkah, Program...
Ramadan Berkah, Program Gus Dur for Humanity Berdayakan Perempuan
Talkshow Ramadan, Baznas-MNC...
Talkshow Ramadan, Baznas-MNC Sekuritas Ajak Masyarakat Berinvestasi Sambil Berbagi
BPKH Luncurkan Program...
BPKH Luncurkan Program Berkah Ramadan 2025 di Masjid Istiqlal
Ketua MUI KH Cholil...
Ketua MUI KH Cholil Nafis: Tidak Ada Orang Kaya dan Bermartabat dari Perjudian
Ramadan 2025, INH Salurkan...
Ramadan 2025, INH Salurkan Bantuan dan Bersihkan Masjid di 9 Negara
Menyambut Mudik Lebaran...
Menyambut Mudik Lebaran 2025: Regulasi, Keamanan, dan Infrastruktur yang Diuji
Sambut HUT ke-25, BMI...
Sambut HUT ke-25, BMI Gelar Pasar Murah
Ramadan 1446 H, BSI...
Ramadan 1446 H, BSI Beri Santunan untuk 4.444 Anak Yatim Dhuafa
Rekomendasi
HKI Keluhkan Maraknya...
HKI Keluhkan Maraknya Premanisme Berkedok Ormas
Anak Janji Lanjutkan...
Anak Janji Lanjutkan Jejak Mat Solar Jadi Aktor di Dunia Hiburan
20 PTN dengan Penerimaan...
20 PTN dengan Penerimaan Mahasiswa Terbanyak di SNBP 2025, Tidak ada UI dan UGM!
Berita Terkini
PDIP Restui RUU TNI...
PDIP Restui RUU TNI Jadi UU, Puan: Kehadiran Kami Meluruskan yang Tidak Sesuai
22 menit yang lalu
Buka Puasa Bersama Jadi...
Buka Puasa Bersama Jadi Momen Salurkan Bantuan untuk Anak Yatim Piatu
38 menit yang lalu
Airlangga Tegaskan Tak...
Airlangga Tegaskan Tak Ada Rencana Mundur dari Kabinet
1 jam yang lalu
Prabowo Terima Kunjungan...
Prabowo Terima Kunjungan Utusan Khusus Presiden Palestina di Istana Kepresidenan
1 jam yang lalu
Sepakat Prabowo Bangun...
Sepakat Prabowo Bangun Tahanan Koruptor di Pulau Terpencil, KPK: Tak Perlu Makanan, Cukup Alat Pertanian
1 jam yang lalu
Ijtihad Tepuk Nyamuk:...
Ijtihad 'Tepuk Nyamuk': Logika Radikal-Terorisme
1 jam yang lalu
Infografis
Bacaan Niat Zakat Fitrah...
Bacaan Niat Zakat Fitrah Beserta Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved