Posisi PAN, Zulhas Tak Sebut Jadi Oposisi atau Masuk Pemerintah
A
A
A
KENDARI - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2020-2025 Zulkifli Hasan meyakini, posisi politik PAN sangat mempengaruhi perolehan suara PAN di 2024.
Namun PAN memutuskan, untuk tidak memilih sebagai pendukung pemerintah ataupun oposisi, PAN memilih untuk tetap berada di tengah-tengah.
"Saudara-saudara tentu kongres sudah berakhir, segera kita tutup. Sekarang saatnya kita melihat masa depan kita 2024, tidak mudah, 2024 akan lebih berat dari 2019," kata Zulhas dalam pidato penutupan Kongres V PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (12/2/2020).
(Baca juga: Kembali Pimpin PAN, Zulhas Harus Rangkul Lawan Politik)
Zulhas menjelaskan, masing-masing partai sudah mulai menata diri dan bisa tergambar dengan apa yang terjadi. Seperti misalnya, Partai Gerindra yang sudah merapat dengan PDIP, Nasdem juga sudah mulai bergerak membentuk koalisi baru.
Kata dia, semua hanya tinggal menunggu waktu.
Karena itu menurut Zulhas, tidak relevan lagi jika masih membahas apakah PAN akan menjadi oposisi atau tidak. Partai lain pun sudah bergerak jauh untuk mempersiapkan pertarungan 2024 dan formasi koalisi-koalisi sudha mulai terlihat.
"Nah, kita masih tidak move on masih melihat persoalan pilpres yang sudah lewat bahkan kita ikut-ikut oposisi kalau oposisi itu sudah diambil taglinenya oleh PKS," ucapnya.
"Kalau kita ikut masuk ke situ isu oposisi yang sudah diambil oleh teman kita, partai itu akan sangat merugikan kita kalau kita bergerak ke kanan, ke kanan sekali kita kalah, kalah kita," tambahnya.
Karena itu Zulhas melanjutkan, posisi PAN penting untuk menghadapi tantangan yang berat pada Pemilu 2024 dan itu tidak mudah. Dan Pilkada 2020 ini diselenggarakan serentak di 270 daerah, dan masing-masing partai mematok targetnya 200.
Target itu bisa dicapai karena mereka memiliki seluruh potensi dan seluruh kekuatan yang ada. Kemudian 2022 itu ada 270 lagi kepala daerah yang ditunjuk Presiden melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
"Bayangkan dengan 500 lebih nanti kepala daerah aparatur sudah terlatih seperti pilpres kemarin nah itu yang akan kita hadapi," ujarnya.
Karena itu kata Wakil Ketua MPR itu, PAN mesti menentukan posisinya dan menentukan siapa yang patut dijadikan teman dan tidak bermusuhan dengan banyak orang.
Karena Indonesia menganut sistem multipartai sehingga, PAN tidak mungkin sendiri dalam pilkada, terlebih pilpres. Dan hal ini akan dibahas dalam diskusi panjang.
"Oleh karena itu, saya katakan kita harus meluruskan kembali, PAN sesuai cita-cita awal yaitu miniatur miniatur Indonesia, partai yang moderat, Islam rahmatan, berjuang untuk seluruh kalangan. Karena itu disebut dengan nasionalis religius," papar Zulhas.
"Kalau kita bergerak ke kanan pilpres dan pilkada ini harus kita kanan tengah kita saudara-saudara. Banyak hal yang harus kita lakukan tapi, kalau saya sampaikan di sini tidak tepat. Nantilah mungkin Rakernas nanti kita sampaikan di sana," sambungnya.
Namun PAN memutuskan, untuk tidak memilih sebagai pendukung pemerintah ataupun oposisi, PAN memilih untuk tetap berada di tengah-tengah.
"Saudara-saudara tentu kongres sudah berakhir, segera kita tutup. Sekarang saatnya kita melihat masa depan kita 2024, tidak mudah, 2024 akan lebih berat dari 2019," kata Zulhas dalam pidato penutupan Kongres V PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (12/2/2020).
(Baca juga: Kembali Pimpin PAN, Zulhas Harus Rangkul Lawan Politik)
Zulhas menjelaskan, masing-masing partai sudah mulai menata diri dan bisa tergambar dengan apa yang terjadi. Seperti misalnya, Partai Gerindra yang sudah merapat dengan PDIP, Nasdem juga sudah mulai bergerak membentuk koalisi baru.
Kata dia, semua hanya tinggal menunggu waktu.
Karena itu menurut Zulhas, tidak relevan lagi jika masih membahas apakah PAN akan menjadi oposisi atau tidak. Partai lain pun sudah bergerak jauh untuk mempersiapkan pertarungan 2024 dan formasi koalisi-koalisi sudha mulai terlihat.
"Nah, kita masih tidak move on masih melihat persoalan pilpres yang sudah lewat bahkan kita ikut-ikut oposisi kalau oposisi itu sudah diambil taglinenya oleh PKS," ucapnya.
"Kalau kita ikut masuk ke situ isu oposisi yang sudah diambil oleh teman kita, partai itu akan sangat merugikan kita kalau kita bergerak ke kanan, ke kanan sekali kita kalah, kalah kita," tambahnya.
Karena itu Zulhas melanjutkan, posisi PAN penting untuk menghadapi tantangan yang berat pada Pemilu 2024 dan itu tidak mudah. Dan Pilkada 2020 ini diselenggarakan serentak di 270 daerah, dan masing-masing partai mematok targetnya 200.
Target itu bisa dicapai karena mereka memiliki seluruh potensi dan seluruh kekuatan yang ada. Kemudian 2022 itu ada 270 lagi kepala daerah yang ditunjuk Presiden melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
"Bayangkan dengan 500 lebih nanti kepala daerah aparatur sudah terlatih seperti pilpres kemarin nah itu yang akan kita hadapi," ujarnya.
Karena itu kata Wakil Ketua MPR itu, PAN mesti menentukan posisinya dan menentukan siapa yang patut dijadikan teman dan tidak bermusuhan dengan banyak orang.
Karena Indonesia menganut sistem multipartai sehingga, PAN tidak mungkin sendiri dalam pilkada, terlebih pilpres. Dan hal ini akan dibahas dalam diskusi panjang.
"Oleh karena itu, saya katakan kita harus meluruskan kembali, PAN sesuai cita-cita awal yaitu miniatur miniatur Indonesia, partai yang moderat, Islam rahmatan, berjuang untuk seluruh kalangan. Karena itu disebut dengan nasionalis religius," papar Zulhas.
"Kalau kita bergerak ke kanan pilpres dan pilkada ini harus kita kanan tengah kita saudara-saudara. Banyak hal yang harus kita lakukan tapi, kalau saya sampaikan di sini tidak tepat. Nantilah mungkin Rakernas nanti kita sampaikan di sana," sambungnya.
(maf)