Lakpesdam PBNU: Moderasi Beragama dan Cinta Tanah Air Kunci Hadapi Ideologi Transnasional

Minggu, 17 November 2024 - 19:02 WIB
loading...
Lakpesdam PBNU: Moderasi...
Pengurus Lakpesdam PBNU M Najih Arromadloni mengungkap adanya tren budaya populer yang dikembangkan oleh organisasi terlarang guna menyisipkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU mengungkap adanya tren budaya populer yang dikembangkan oleh organisasi terlarang guna menyisipkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

Pergerakan tersebut tidak lagi konvensional seperti ceramah pada umumnya, melainkan dikemas lebih populer seperti seminar, workshop, reuni atau pertemuan dengan skala besar. Hal ini perlu diwaspadai demi menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan di masyarakat.



Menyikapi kondisi tersebut, pengurus Lakpesdam PBNU, M Najih Arromadloni menyayakan pentingnya menggelorakan semangat hubbul wathan minal iman atau mencintai tanah air bagian dari iman, di kalangan pemuda untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air.

“Cinta terhadap tanah air adalah fitrah, dan sejalan dengan ajaran agama. Hakikatnya membela negara itu juga bagian daripada membela agama,” kata pria yang akrab disapa Gus Najih ini di Jakarta, dikutip Minggu (17/11/2024).



Ia menilai, meskipun hubbul wathan minal iman bukanlah sebuah redaksi hadis, namun secara substansi, hal ini sesuai dengan semangat dan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Sehingga hal ini perlu digelorakan untuk menjaga semangat nasionalisme, khususnya bagi para pemuda.



“Nasionalisme sama sekali tidak bertentangan dengan Islam justru nasionalisme ini adalah hal yang diajarkan oleh Islam,” ucap Gus Najih.

Penulis buku Tafsir Kebangsaan ini berpendapat bahwa banyak firman Allah yang menyerukan untuk mencintai tanah air, sebagaimana yang termaktub di dalam Alquran, yakni Q.S al-Qasas ayat 85, Q.S al-Baqarah ayat 126, QS al-Taubah ayat 24, Q.S al-Nisa ayat 66 dan Q.S al-Taubah ayat 122.

“Ketika ada yang mengatakan bahwa nasionalisme itu tidak ada dalilnya tentu itu adalah ungkapan yang sangat sembrono, karena hanya berdasarkan pembacaan yang dangkal atas Islam,” ungkapnya.

Selain itu, Gus Najih juga menggarisbawahi pentingnya moderasi beragama sebagai cara untuk menjaga persatuan dan mengembalikan esensi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Menurutnya, masih banyak umat yang belum sepenuhnya memahami semangat kasih sayang yang diajarkan Islam. Penafsiran yang kaku dan tidak melihat karakter budaya bangsa memicu kegaduhan, intoleransi dan radikali-terorisme yang mengatasnamakan agama.

“Kita perlu kembalikan agama ini kepada jati diri yang asli, yaitu rahmatan lil alamin atau yang karakternya adalah wasatiyah, ini dalam bahasa Indonesia disebut moderasi beragama,” tandasnya.

Menurut Gus Najih moderasi beragama menjadi solusi untuk membentengi generasi muda dalam menghadapi ideologi transnasional yang berpotensi mengarah kepada extremisme dan radikal-terorisme.

Moderasi beragama menekankan pentingnya sikap toleran, menerima perbedaan dan menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama.

Pendekatan ini tidak hanya bersifat vertikal dengan Tuhan, melainkan juga menjaga hubungan antar sesama, karena mengajak umat untuk fokus pada nilai-nilai luhur agama tanpa merusak prinsip kebangsaan.

Harapannya, moderasi beragama mampu memberikan ‘vaksin’ kekebalan kepada masyarakat untuk menangkal pengaruh paham-paham radikal yang merusak persatuan bangsa.

“Moderasi agama itu bukan menciptakan agama atau aliran yang baru tetapi sebetulnya adalah mengembalikan agama, memperkokoh posisinya posisi agama dalam jati diri yang aslinya tanpa ada penyimpangan-penyimpangan,” kata Gus Najih.

Gus Najih berharap, melalui semangat hubbul wathan minal iman dan moderasi beragama, dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, menjaga keharmonian di tengah keberagaman.

“Ideologi transnasional, paham radikal dan ekstremisme dapat dilawan dengan sikap moderat, yang menghargai perbedaan dan menolak segala bentuk kekerasan,” tandas Gus Najih.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1296 seconds (0.1#10.140)