Pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku: Interpretasi Makna Kepahlawanan

Selasa, 12 November 2024 - 14:44 WIB
loading...
Pameran Indonesia Tanah...
Menteri Perumahan dan Permukiman Maruarar Sirait membuka pameran yang digelar Ginting Institute bekerja sama dengan Galeri Zen 1 Jakarta, Minggu (10/11/2024). Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ginting Institute bekerja sama dengan Galeri Zen 1 Jakarta menggelar pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku. Pameran ini dalam rangka memperingati Hari Pahlawan .

Pameran ini dibuka Menteri Perumahan dan Permukiman Maruarar Sirait , Minggu (10/11/2024). Ginting Institute didirikan advokat korporat, keuangan, dan konsultan hukum pasar modal yang juga seorang kolektor seni Daniel Ginting.

Judul pameran ini diambil dari judul sketsa berjudul sama karya S Sudjojono yang dibuat pada 1964 dan disinyalir merupakan inspirasi bagi karya berjudul “Mengatur Siasat”. Merupakan sebuah lukisan legendaris karya seniman yang biasa disapa dengan nama Djon itu. Lihat grafis: 8 Lukisan Termahal Para Maestro Pelukis Indonesia

Maruarar Sirait menyampaikan apresiasinya atas gagasan penyelenggaraan pameran ini. ”Pameran merupakan sebuah tahap penting meningkatkan apresiasi dan nilai ekonomi sebuah karya yang diciptakan oleh seorang seniman,” katanya.

Berlatar profesi sebagai seorang pengusaha, Maruarar yakin, ekosistem dan pasar seni yang sehat dan fair, akan berdampak baik bagi perkembangan seni rupa Indonesia. Ia juga menyoroti tentang fakta bahwa seorang seniman cenderung berfokus pada perkembangan gagasan dan bagaimana menuangkannya dengan baik ke dalam karya. Tentu dengan teknik dan pendekatan artistik yang mereka kuasai, namun kerap abai pada persoalan nilai ekonomi dari karya mereka.

Maka tak jarang, ada seniman yang kurang beruntung dan terpaksa menjalani masa tua dalam kondisi yang memprihatinkan. Kondisi seperti itu menjadi alasan utama mengapa seorang seniman harus memiliki support system yang bisa mengembangkan sisi ekonominya.

”Entah itu pasangan, keluarga atau galeri, agar seniman bisa berfokus berkarya sebebasnya, sementara valuasi karyanya pun dapat terus meningkat di pasar seni,” ujar Maruarar yang terlihat sempat berbelanja beberapa karya yang disukainya seusai membuka acara.

Seperti yang tertera pada penjelasan mengenai sketsa Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku itu, lukisan “Mengatur Siasat” merupakan sebuah karya monumental dari S. Sudjojono yang kini menjadi salah satu aset seni bangsa Indonesia yang tersimpan di Istana Kepresidenan di Bogor.

Dikuratori Rizki Zaelani, pameran di Galeri Zen 1 ini menampilkan karya-karya dari Andang Iskandar, Arafura, Chusin Setiadikara, Ida Bagus Purwa, Nuraeni Hendra Gunawan, Oco Santoso, Ronald Apriyan, S. Dwi Stya Acong, Teja Astawa, Toni Antonius, dan Ugo Untoro. Oleh Rizki, para seniman diminta untuk merespons sketsa yang kini merupakan koleksi Daniel Ginting tersebut dan menuangkan interpretasi mereka atas makna pahlawan dan Tanah Air dalam konteks masa kini.

Terdapat pula karya fotografi yang dicetak di atas aluminium yang melihat tindakan kepahlawanan dan bela negara. Sementara sebuah karya instalasi video juga dihadirkan Arafura Media Design yang membuat 45 interpretasi gambar digital yang dapat dialami secara interaktif oleh para pengunjung.

Pita Tjokronegoro, salah seorang desainer dari Arafura ingin mengajak para pengunjung pameran memahami dan mengalami secara langsung perspektif mereka dalam menginterpretasi sketsa Pak Djon yang kuat sekali goresannya. ”Maka, kami pun mencoba menghadirkan serangkaian gambar yang akan selalu berbeda seturut posisi para pengunjung memindainya,” katanya.

Acara ini disisipi peresmian Yayasan Nuraeni Hendra Gunawan yang digagas Daniel Ginting sebagai bentuk penghargaan atas karya-karya Hendra yang cukup banyak dikoleksinya. ”Pendirian yayasan ini merupakan sebuah upaya untuk membangun ekosistem yang dapat memberikan dukungan terhadap perkembangan kekaryaan sekaligus juga menjadi mitra untuk bertukar pikiran perihal soal-soal keuangan,”kata Daniel Ginting.

Lebih dari dua dekade menjadi kolektor seni, Daniel Ginting dan istrinya Quoriena telah memiliki pengalaman panjang dari interaksinya dengan para pemangku dunia seni rupa Indonesia. Mulai dari para seniman, kurator dan pengamat, para pemilik galeri serta sesame kolektor.

Dalam perjalanan panjang tersebut, baik Daniel maupun Quoriena menemukan banyak pengetahuan yang mengasah kematangan mereka membaca dan menilai berbagai dinamika yang terjadi dalam dunia seni rupa Indonesia. Pengalaman-pengalaman tersebut menggerakkan mereka untuk juga menyumbang pemikiran dan dukungan yang lebih nyata dalam laku filantropi seperti yang salah satunya mereka tuangkan dalam pendiran yayasan seni.
(poe)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1145 seconds (0.1#10.140)