Prabowo Diundang ke China dan AS: Prinsip Bebas dan Aktif dalam Lanskap Geopolitik Modern

Senin, 04 November 2024 - 15:11 WIB
loading...
Prabowo Diundang ke...
Harryanto Aryodiguno, Ph.D, Dosen Hubungan Internasional, President University. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
Harryanto Aryodiguno, PhD
Dosen Hubungan Internasional President University

PADA 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia. Menggantikan Joko Widodo (Jokowi), yang selama dua periode telah membawa Indonesia ke arah kemajuan ekonomi dan diplomasi.

Dengan dilantiknya Prabowo, banyak pihak mempertanyakan arah kebijakan luar negeri Indonesia. Terutama dalam hubungannya dengan negara-negara besar seperti China dan Amerika Serikat.

Langkah awal Prabowo menunjukkan komitmen kuat untuk mempertahankan prinsip "bebas dan aktif," yang telah lama menjadi landasan diplomasi Indonesia. Presiden Prabowo bakal melakukan kunjungan kenegaraan ke China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri China Li Qiang dan Partai Komunis China atau National People’s Congress (NPC) di Beijing.

Selanjutnya, Prabowo menemui Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih, Washington DC, AS. Lantas bagaimana Langkah kebijakan luar negeri Prabowo sebelum 100 hari menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia?

Prioritas Politik Domestik dan Kebijakan Ekonomi sebagai Pilar Diplomasi
Kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Prabowo sangat terkait dengan prioritas politik domestik, terutama dalam memperkuat stabilitas ekonomi. Komitmen Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% mencerminkan bahwa kebijakan luar negeri harus mendukung agenda pembangunan dalam negeri.

Dengan mengunjungi China sebagai tujuan pertamanya, Prabowo menunjukkan keseriusan untuk melanjutkan kerja sama ekonomi strategis dengan negara tersebut. Terutama dalam sektor investasi infrastruktur dan industrialisasi, yang diharapkan akan mengakselerasi proyek-proyek besar di Indonesia.

Dalam teori diplomasi ekonomi, hal ini disebut sebagai pendekatan “interdependensi ekonomi”. Di mana kerja sama ekonomi dimanfaatkan untuk memperkuat fondasi politik domestik sekaligus daya tawar internasional.

Strategi Ambiguitas: Menerapkan Kerangka Diplomasi Multi-Arah
Prabowo memilih diplomasi multi-arah yang dikenal sebagai “strategi ambiguitas.” Teori ini sering diterapkan oleh negara-negara yang berada di antara kekuatan besar, seperti China dan Amerika Serikat.

Strategi ini memungkinkan Indonesia menerima investasi asing tanpa terikat secara politis, yang tercermin dalam keputusan Prabowo untuk menjaga keseimbangan hubungan antara kedua negara ini. Kehadirannya dalam forum-forum multilateral seperti APEC dan G20, serta keterlibatan dalam kelompok BRICS, menunjukkan bahwa Indonesia tetap terbuka untuk bekerja sama dalam berbagai aliansi ekonomi dan diplomatik tanpa kehilangan otonomi.

Prinsip “bebas dan aktif” ini memberi Indonesia ruang untuk tetap pragmatis dalam menerima investasi, khususnya dari China, sambil menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat. Dengan pendekatan seperti ini, Indonesia dapat memainkan peran fleksibel yang menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional.

Tindakan Prabowo ini merefleksikan teori “diplomasi keseimbangan kekuatan” (balance of power), yang mendasari kebijakan non-blok dan menghindarkan Indonesia dari terikat pada satu pihak dalam persaingan geopolitik yang semakin intensif.

Keterkaitan dengan Kompetisi Politik Domestik: Citra Prabowo sebagai Pemimpin Global
Langkah-langkah Prabowo dalam diplomasi juga terkait erat dengan dinamika politik domestic. Terutama dalam memperkuat citra dirinya sebagai pemimpin yang mampu menjamin kepentingan nasional di tengah ketidakpastian global.

Latar belakang Prabowo sebagai mantan menteri pertahanan dan eksposur internasionalnya sejak muda memberinya keyakinan untuk tampil lebih aktif dalam diplomasi. Berbeda dengan Jokowi yang lebih fokus pada pembangunan domestik di awal masa jabatannya, Prabowo tampaknya lebih cepat bergerak ke ranah diplomasi internasional.

Ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional, tetapi juga memperkuat posisinya di dalam negeri, dengan menggalang dukungan untuk proyek-proyek besar seperti industrialisasi berbasis nikel yang didukung oleh investasi China.

Bagaimana China Harus Menyikapi Langkah Diplomasi Prabowo
Dari perspektif diplomasi ekonomi, China seharusnya merespons langkah proaktif Prabowo dengan menawarkan kerja sama yang lebih simetris dan transparan, yang dapat memperkuat posisi ekonomi Indonesia tanpa menciptakan ketergantungan yang merugikan. Pendekatan yang lebih kooperatif dan fleksibel ini sejalan dengan “teori diplomasi win-win,” yang mengedepankan keuntungan bersama (mutual benefit) dalam hubungan bilateral.

Dengan menyesuaikan pendekatannya, China dapat mempertahankan pengaruh positif di Indonesia sambil memastikan bahwa proyek-proyek investasi yang didukungnya benar-benar menguntungkan kedua belah pihak.

Kebijakan Luar Negeri Prabowo yang Fleksibel dan Proaktif
Secara keseluruhan, kebijakan luar negeri Prabowo masih mengikuti prinsip “bebas dan aktif” yang khas, tetapi dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan proaktif. Dengan tetap menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan peran aktif di kancah global,Prabowo telah menciptakan ruang bagi Indonesia untuk menjadi pemain global yang berdiri di tengah, bebas namun lebih aktif.

Kebijakan ini memungkinkan Indonesia memperkuat daya tawar internasional tanpa mengorbankan otonomi, menciptakan posisi yang independen dan kompetitif di tengah persaingan global.
(poe)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Kronologi Imigrasi Tangkap...
Kronologi Imigrasi Tangkap 2 Buron asal China Pelaku Kejahatan Ekonomi
Prabowo dan Menlu Prancis...
Prabowo dan Menlu Prancis Perkuat Kerja Sama Pertahanan dan Modernisasi Alutsista
Indonesia Menang 1-0...
Indonesia Menang 1-0 dari Bahrain, Presiden Prabowo: Timnas Berhasil, Maju Terus!
Momen Prabowo Bertemu...
Momen Prabowo Bertemu Ustaz Adi Hidayat dan Perwakilan Al Azhar Kairo
Luhut hingga Sri Mulyani...
Luhut hingga Sri Mulyani Temui Prabowo di Istana, Bahas Apa?
Presiden Prabowo Panggil...
Presiden Prabowo Panggil Menko Airlangga, Ini yang Dibahas
Sepakat Prabowo Bangun...
Sepakat Prabowo Bangun Tahanan Koruptor di Pulau Terpencil, KPK: Tak Perlu Makanan, Cukup Alat Pertanian
Trump dan Ilusi Perombakan...
Trump dan Ilusi Perombakan Tatanan Dunia
Celetuk Prabowo: Politisi...
Celetuk Prabowo: Politisi Tuh Enggak Pernah Berhenti Kampanye
Rekomendasi
Oknum Polisi di Sukabumi...
Oknum Polisi di Sukabumi Digerebek saat Bersama Istri Orang, Kini Ditahan Propam
Cara Kirim Uang Gratis...
Cara Kirim Uang Gratis dari ShopeePay ke Semua Bank, e-Wallet, dan Sesama Pengguna
Pantauan Jalur Mudik...
Pantauan Jalur Mudik Arteri Kalimalang Arah Pantura, Pemudik Mulai Berkurang Didominasi Pemotor
Berita Terkini
2 Pati Polri Naik Pangkat...
2 Pati Polri Naik Pangkat Jadi Jenderal Bintang 3, Nomor 1 Jebolan Akpol 1992
1 jam yang lalu
Mudik Lebaran 2025:...
Mudik Lebaran 2025: Terjadi 150 Kasus Kecelakaan, 8 Orang Tewas
4 jam yang lalu
SBY dan Jokowi Bakal...
SBY dan Jokowi Bakal Salat Idulfitri 2025 di Masjid Istiqlal
5 jam yang lalu
379 Penyandang Disabilitas...
379 Penyandang Disabilitas Mendapatkan Kemudahan Mudik Lebaran
5 jam yang lalu
Jelang Idulfitri, Megawati...
Jelang Idulfitri, Megawati Nyekar ke Makam Taufiq Kiemas dan Fatmawati Soekarno
7 jam yang lalu
Meneladani Sikap Pemaaf...
Meneladani Sikap Pemaaf Menag Nasaruddin Umar di Momen Idulfitri
7 jam yang lalu
Infografis
AS Tolak Rencana Inggris...
AS Tolak Rencana Inggris untuk Kirim Pasukan ke Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved