5 Penggerak Budaya Kategori Pembaru
loading...
A
A
A
Laura mendirikan sebuah sanggar tari yang diberi nama Simalungun Home Dancer (SIHODA) pada 2014. Melaui sanggar tarinya itu, Laura mampu melestarikan dan menyebarluaskan budaya Simalungun di festival kebudayaan nasional maupun mancanegara.
Sanggar tari SIHODA saat ini telah memiliki puluhan anggota dan Laura tetap aktif mengajar di sanggar. Laura berharap generasi muda di Simalungun seperti dirinya dapat mencintai dan melestarikan tradisi budaya kampung halamannya.
3. Lisabona sang pemanjang umur sinema nasional
Lisabona Rahman dengan kepeduliannya bekerja mengarsipkan dan merestorasi dokumen film nasional. Kerjanya menaruh kontribusi besar terhadap dunia perfilman Tanah Air.
Keja keras Lisabona dalam pengarsipan dan restorasi film membuatnya diundang sebagai pembicara di Goethe University, Frankfurt, Jerman, dan Johannes Guttenberg University Mainz, serta Jos University, Nigeria. Dia secara inisiatif mandiri pernah melakukan proyek kerja penelitian dan digitalisasi film berjudul Dr Samsi karya Ratna Asmara yang diproduksi pertama 1952.
Lisabona mengkolaborasi alur tahap belajar dan penelitian kolektif dengan kerja teknis digitalisasi. “Sudah seharusnya dokumen film Indonesia tersimpan dengan baik dan dijaga untuk pengetahuan masa depan. Setiap film perlu ditonton generasi selanjutnya, maka itulah saya mengarsipkannya,” pungkas Lisabona.
4. Konsistensi seni tari Mulyani
Perempuan berusia 59 tahun ini adalah inisiator sanggar tari Ngesti Laras yang didirikan pada 1992 dan menjadi ketuanya hingga kini. Perhatian Mulyani terhadap seni tari memang telah hadir sejak lama di tanah kelahirannya, Wonosobo, Jawa Tengah.
Dia bukan sebatas seorang seniman tari, lebih dari itu ia juga menciptakan banyak kerajinan tangan guna mendukung karya tarian tersebut. Secara konsisten, Mulyani juga menggali dan mengenalkan alat musik bundengan dan topeng lengger melalui souvenir, workshop, dan pementasan.
Kecintaan besar Mulyani pada seni tari juga ditunjukkan dengan melatih anak-anak berkebutuhan khusus tuna rungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dena Upakara. Mulyani memberikan kesempatan pada anak-anak tersebut untuk dapat menampilkan atraksi tari di tengah keterbatasan wicara.
5. Atraksi boneka imajinatif Papermoon Puppet Theatre
Papermoon Puppet Theatre dalam karya-karyanya terbukti mampu menjangkau dan diterima segala usia. Papermoon Puppet Theatre merupakan teater boneka yang didirikan pada April 2006 di Yogyakarta.
Papermoon Puppet Theatre menampilkan karyanya dengan isu keseharian kehidupan masyarakat, namun dikemas dengan penuh imajinasi. Papermoon Puppet Theatre dikategorikan sebagai pelopor media baru cerita anak yang menghadirkan nilai kearifan lokal dan tampilan artisitik indah.
Sanggar tari SIHODA saat ini telah memiliki puluhan anggota dan Laura tetap aktif mengajar di sanggar. Laura berharap generasi muda di Simalungun seperti dirinya dapat mencintai dan melestarikan tradisi budaya kampung halamannya.
3. Lisabona sang pemanjang umur sinema nasional
Lisabona Rahman dengan kepeduliannya bekerja mengarsipkan dan merestorasi dokumen film nasional. Kerjanya menaruh kontribusi besar terhadap dunia perfilman Tanah Air.
Keja keras Lisabona dalam pengarsipan dan restorasi film membuatnya diundang sebagai pembicara di Goethe University, Frankfurt, Jerman, dan Johannes Guttenberg University Mainz, serta Jos University, Nigeria. Dia secara inisiatif mandiri pernah melakukan proyek kerja penelitian dan digitalisasi film berjudul Dr Samsi karya Ratna Asmara yang diproduksi pertama 1952.
Lisabona mengkolaborasi alur tahap belajar dan penelitian kolektif dengan kerja teknis digitalisasi. “Sudah seharusnya dokumen film Indonesia tersimpan dengan baik dan dijaga untuk pengetahuan masa depan. Setiap film perlu ditonton generasi selanjutnya, maka itulah saya mengarsipkannya,” pungkas Lisabona.
4. Konsistensi seni tari Mulyani
Perempuan berusia 59 tahun ini adalah inisiator sanggar tari Ngesti Laras yang didirikan pada 1992 dan menjadi ketuanya hingga kini. Perhatian Mulyani terhadap seni tari memang telah hadir sejak lama di tanah kelahirannya, Wonosobo, Jawa Tengah.
Dia bukan sebatas seorang seniman tari, lebih dari itu ia juga menciptakan banyak kerajinan tangan guna mendukung karya tarian tersebut. Secara konsisten, Mulyani juga menggali dan mengenalkan alat musik bundengan dan topeng lengger melalui souvenir, workshop, dan pementasan.
Kecintaan besar Mulyani pada seni tari juga ditunjukkan dengan melatih anak-anak berkebutuhan khusus tuna rungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dena Upakara. Mulyani memberikan kesempatan pada anak-anak tersebut untuk dapat menampilkan atraksi tari di tengah keterbatasan wicara.
5. Atraksi boneka imajinatif Papermoon Puppet Theatre
Papermoon Puppet Theatre dalam karya-karyanya terbukti mampu menjangkau dan diterima segala usia. Papermoon Puppet Theatre merupakan teater boneka yang didirikan pada April 2006 di Yogyakarta.
Papermoon Puppet Theatre menampilkan karyanya dengan isu keseharian kehidupan masyarakat, namun dikemas dengan penuh imajinasi. Papermoon Puppet Theatre dikategorikan sebagai pelopor media baru cerita anak yang menghadirkan nilai kearifan lokal dan tampilan artisitik indah.