SPS Harap Perpres No 32 Wujudkan Kesetaraan Perusahaan Pers dengan Platform Digital
loading...
A
A
A
Dari sekitar 185 juta pengguna internet, rata-rata mereka menghabiskan 7,5 jam di internet setiap harinya, dan hanya 1,5 jam untuk membaca berita melalui media pers.
“Maka dari itu kita harus memunculkan peluang baru, seperti yang sudah dimulai oleh konglomerat media, yakni subscription. Tidak hanya konten, pengelolaan data pelanggan juga penting untuk memastikan pengalaman berkunjung yang tepat dan peluang baru dalam monetisasi iklan,” ucapnya
Ilona menambahkan, setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk membuat pembaca menjadi pelanggan. Bisa pakai artikel rekomendasi, kirim email newsletter yang lebih personal, banner pengingat konten yang belum dibaca, dan setelah itu memberikan formulir berlangganan.
”Agar lebih fun, gamification juga perlu, ketika pembaca berkunjung, kita bisa gunakan spin the wheel atau gim lainnya. Ketika semua segmentasi audiens sudah terkumpul, maka kita bisa monetisasi iklan," ucapnya.
Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto mengungkapkan, dalam dua bulan ini, pencarian di platform utama menurun. Bukan di Google Search, pengguna lebih memilih mencari di social search.
”Sekarang kita sedang mencari jalan keluar proporsional yang membuat transaksi itu lebih adil. Kita bisa mengembangkan satu website yang tidak bergantung ke raksasa digital (engagement besar, konten niche, iklan direct, tidak pakai programmatic buying, deal bisnis langsung ke korporasi), tapi tidak lama bertahan,” katanya.
Solusi yang menihilkan peran raksasa digital mungkin saja, tetapi tidak gampang. Ada beberapa solusi yang bisa dikembangkan, mulai dari Data Audiens, Multiplatform form, dan Customization. “Kalau kita bisa melakukannya, maka kita bisa pelan-pelan melepaskan ketergantngan pada platform raksasa tadi," katanya.
Media Manager Planner Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) Yusuf Widjanarko mengatakan, membangun kesadaran pola konsumsi informasi di Indonesia adalah tantangan yang luar biasa besar. Mengikuti apa yang dicontohkan industri lain, ada pilihan model bisnis subscription dan crowdfunding bagi industri media.
“Kenapa ini dianggap akan menjadi tren baru di tengah infodemik, karena ikatan yang lebih kuat dengan audiens, konten lebih berkualitas, dan pendapatan lebih stabil,” ujarnya.
Lihat Juga: Berbagai Platform E-Commerce Berlomba Tingkatkan Kualitas Layanan Menyambut Hari Belanja Nasional
“Maka dari itu kita harus memunculkan peluang baru, seperti yang sudah dimulai oleh konglomerat media, yakni subscription. Tidak hanya konten, pengelolaan data pelanggan juga penting untuk memastikan pengalaman berkunjung yang tepat dan peluang baru dalam monetisasi iklan,” ucapnya
Ilona menambahkan, setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk membuat pembaca menjadi pelanggan. Bisa pakai artikel rekomendasi, kirim email newsletter yang lebih personal, banner pengingat konten yang belum dibaca, dan setelah itu memberikan formulir berlangganan.
”Agar lebih fun, gamification juga perlu, ketika pembaca berkunjung, kita bisa gunakan spin the wheel atau gim lainnya. Ketika semua segmentasi audiens sudah terkumpul, maka kita bisa monetisasi iklan," ucapnya.
Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto mengungkapkan, dalam dua bulan ini, pencarian di platform utama menurun. Bukan di Google Search, pengguna lebih memilih mencari di social search.
”Sekarang kita sedang mencari jalan keluar proporsional yang membuat transaksi itu lebih adil. Kita bisa mengembangkan satu website yang tidak bergantung ke raksasa digital (engagement besar, konten niche, iklan direct, tidak pakai programmatic buying, deal bisnis langsung ke korporasi), tapi tidak lama bertahan,” katanya.
Solusi yang menihilkan peran raksasa digital mungkin saja, tetapi tidak gampang. Ada beberapa solusi yang bisa dikembangkan, mulai dari Data Audiens, Multiplatform form, dan Customization. “Kalau kita bisa melakukannya, maka kita bisa pelan-pelan melepaskan ketergantngan pada platform raksasa tadi," katanya.
Media Manager Planner Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) Yusuf Widjanarko mengatakan, membangun kesadaran pola konsumsi informasi di Indonesia adalah tantangan yang luar biasa besar. Mengikuti apa yang dicontohkan industri lain, ada pilihan model bisnis subscription dan crowdfunding bagi industri media.
“Kenapa ini dianggap akan menjadi tren baru di tengah infodemik, karena ikatan yang lebih kuat dengan audiens, konten lebih berkualitas, dan pendapatan lebih stabil,” ujarnya.
Lihat Juga: Berbagai Platform E-Commerce Berlomba Tingkatkan Kualitas Layanan Menyambut Hari Belanja Nasional
(cip)