Strategi Prabowo di Tengah Geopolitik Dunia Dinanti

Rabu, 11 September 2024 - 16:43 WIB
loading...
Strategi Prabowo di...
Strategi Presiden Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto di tengah geopolitik dunia dinanti. Foto/Dok SINDOnews/Raka Dwi Novianto
A A A
JAKARTA - Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2024. Strategi Prabowo di tengah geopolitik dunia dinanti.

Pengamat Politik Pieter C. Zulkifli melihat ketegangan geopolitik internasional, terutama di kawasan Timur Tengah tidak menunjukkan tanda-tanda mereda jelang pelantikan Prabowo-Gibran. Dia menekankan, Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbuka tidak bisa menghindar dari dampak buruk ketidakstabilan global.

Bahkan, lanjut dia, di tengah optimisme yang dirasakan banyak pihak, dinamika global yang makin mengkhawatirkan menciptakan tantangan berat bagi pemerintahan baru yang segera terbentuk. Hal tersebut, kata dia, berimbas pada lonjakan harga minyak dunia yang memperburuk tekanan inflasi global.

Strategi Prabowo di Tengah Geopolitik Dunia Dinanti

Pengamat Politik Pieter C. Zulkifli. Foto/Istimewa





“Bank sentral negara-negara maju pun enggan menurunkan suku bunga, menambah ketidakpastian ekonomi global yang berpengaruh pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Pieter, Rabu (11/9/2024).

Saat ini, kata Pieter, ekonomi dunia diproyeksikan mengalami perlambatan. Dia menuturkan, China sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut, menurut dia, mempengaruhi ekspor Indonesia, menekan sektor perdagangan luar negeri yang selama ini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional. Serangan drone Iran ke Israel baru-baru ini juga dianggap berdampak pada melonjaknya harga minyak dunia, sselain memperkeruh stabilitas di Timur Tengah.



"Ini menyebabkan biaya energi melonjak, meningkatkan biaya produksi dan transportasi di seluruh dunia. Akibatnya, inflasi menjadi ancaman serius bagi banyak negara, termasuk Indonesia yang masih sangat tergantung pada impor energi, obat-obatan, bahan pupuk, pangan, teknologi, dan sebagainya," imbuhnya.

Mantan Ketua Komisi III DPR ini berpendapat, pemerintahan Prabowo-Gibran nantinya dihadapkan pada situasi yang menuntut kebijakan ekonomi yang cermat. Di satu sisi, perlu mengendalikan inflasi domestik. Di sisi lain, mereka perlu menjaga daya beli masyarakat agar tetap stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa eskalasi ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukrania dengan berbagai peran negara Nato, bakal menimbulkan risiko tersendiri bagi Indonesia. Menurut dia, pengaruh geopolitik dan ekonomi dunia mengharuskan Indonesia membuat kalkulasi ulang yang cermat strategi kebijakan ekonomi dan dunia usaha.

Dia menuturkan, Rusia merupakan pemasok energi terbesar di dunia. Sementara itu, Ukrania merupakan pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Pieter berpendapat, kenaikan harga energi dan pangan global dapat memicu inflasi dalam jangka pendek.

Masalah tersebut diyakininya bakal sangat mempengaruhi semua kegiatan dunia usaha di Tanah Air. Adapun tantangan lainnya menurut dia adalah Indonesia harus cermat beradaptasi dengan krisis global. “Tren perubahan terjadi sangat signifikan, begitu juga dengan tren digitalisasi pemgaruhnya sangat dahsyat bagi dunia usaha,” jelasnya.

Akselerasi dan perubahan aspirasi terhadap isu lingkungan hidup dan perubahan iklim di tingkat global juga diyakininya menjadi tantangan tersendiri dan telah menghantui semua negara. Nah, kondisi tersebut memaksa Indonesia untuk ikut beradaptasi.

Dia menekankan bahwa tantangan masa depan Indonesia sangat kompleks. Bahkan, jika mengabaikan penegakan hukum yang berkeadilan, maka mimpi Indonesia dapat menghadapi dampak besar karena situasi geopolitik dan ekonomi dunia dan perubahan iklim yang sangat berdampak bagi stabilitas ekonomi Indonesia.

"Kepemimpinan Prabowo-Gibran harus memulai kebijakan yang serius tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Harus ada sinergitas lintas lembaga untuk melahirkan komitmen bersama, tidak ada ampun bagi koruptor," ucapnya.

Dia pun menanggapi kebijakan ekonomi Pancasila dan visi Prabowo. Dia menambahkan, Prabowo dalam bukunya berjudul Strategi Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045 menekankan pentingnya kembali ke prinsip Ekonomi Pancasila.

Pieter mengungkapkan, Prabowo percaya bahwa kembali ke nilai-nilai fundamental Pancasila, terutama dalam aspek ekonomi dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan dan oligarki yang selama ini menghambat pemerataan kesejahteraan. "Prabowo mengkritik dominasi segelintir kelompok yang menguasai sebagian besar sumber daya ekonomi nasional. Ketimpangan ini, menurutnya, menghambat terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," jelasnya.

Maka itu, kata dia, Prabowo berencana mendorong kebijakan yang lebih pro rakyat dengan memastikan sumber daya alam (SDA) Indonesia dikelola untuk kepentingan bangsa, bukan untuk keuntungan kelompok tertentu saja. Dia menambahkan, Prabowo dalam strategi ekonominya juga menekankan pentingnya memperkuat sektor industri domestik.

Dia mengatakan, Prabowo yakin Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dengan memproduksi sendiri barang-barang yang selama ini diimpor. Langkah ini, menurut dia, bisa menekan defisit perdagangan yang menjadi masalah struktural ekonomi Indonesia, selain menciptakan lapangan kerja.

Pieter juga optimistis visi Prabowo untuk Indonesia tidak hanya berhenti pada penanganan masalah jangka pendek. Dia yakin, Prabowo punya rencana jangka panjang untuk membawa Indonesia menjadi negara maju pada 2045. "Targetnya adalah pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 6 persen per tahun, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan," ucapnya.

Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 tidak bakal mudah. Pemerintahan Prabowo-Gibran harus menghadapi dinamika geopolitik yang semakin kompleks, selain tantangan ekonomi.

Sebab, dia menilai meningkatnya ketegangan di berbagai belahan dunia bisa berdampak pada stabilitas nasional. “Prabowo menyadari pentingnya menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional di tengah kondisi global yang serba tak menentu ini,” tuturnya.

Dia juga mengingatkan bahwa rakyat Indonesia menyimpan harapan besar kepada Prabowo dan Gibran. Keduanya diharapkan mampu membawa angin segar dalam pemerintahan, menciptakan kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil, dan mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi yang selama ini membelenggu bangsa.

“Sekali lagi, saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Dunia tengah memasuki era yang penuh ketidakpastian, di mana krisis energi, konflik geopolitik, dan perubahan iklim menjadi ancaman nyata. Pemerintahan Prabowo-Gibran dituntut untuk mampu merespons setiap dinamika global ini dengan kebijakan yang cerdas dan efektif, demi menjaga kepentingan nasional,” pungkasnya.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0769 seconds (0.1#10.140)