Hakim yang Vonis Bebas Ronald Tannur Dilaporkan ke Badan Pengawas MA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya yang memvonis bebas terdakwa pembunuhan dan penganiayaan, Gregorius Ronald Tannur dilaporkan ke Badan Pengawas Mahkamah Agung (MA). Ronald Tannur merupakan terdakwa kasus pembunuhan terhadap Dini Sera Afriyanti.
"Agenda kami hari ini adalah melaporkan 3 Majelis Hakim yang ada di Pengadilan Negeri Surabaya yang mengadili perkara kami, perkara almarhum Dini Sera Afriyanti," kata kuasa hukum keluarga Dini Sera Afrianti, Dimas Yemahura kepada wartawan di Kantor Badan Pengawas MA, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2024).
Dimas menjelaskan, laporan ini merupakan tindak lanjut dari laporan sebelumnya yang sudah dikirimkan ke Komisi Yudisial (KY) terkait ketiga majelis hakim tersebut. Ia menjelaskan, ada sejumlah materi pelaporan yang diadukan seperti sifat dan etika hakim selama proses persidangan berlangsung.
"Yang kedua adalah bagaimana hakim pada saat bersidang itu menurut kami tidak berjalan dengan fair, tidak berjalan dengan bagaimana peradilan itu berjalan dengan adil, jujur, dan bijaksana," ujarnya.
"Karena di sana kita melihat, saya juga mengalami juga bahwasannya dalam pemeriksaan saksi ada sikap-sikap hakim yang lebih ke tendensius, menghentikan saksi pada saat memberikan keterangan dan terbukti dari hasil pertimbangan hakim kita ketahui," katanya.
Lebih jauh, ia juga mempermasalahkan adanya pertimbangan hakim yang seolah-olah mentiadakan alat bukti yang sah tanpa pembanding alat bukti yang sah. "Artinya apa? Ini ada alat bukti yang sah, ditiadakan, dianggap alat bukti ini tidak ada tanpa ada pembandingnya dan hanya dengan asumsi dan pertimbangan hakim secara pribadi. Tentu ini sangat mencederai asas-asas objektifitas dan asas-asas kebenaran dalam menentukan pertimbangan hakim untuk memutuskan suatu perkara," katanya.
Sebagai informasi, Ketua Majelis Halim PN Surabaya Erintuah Damanik membebaskan Gregorius Ronald Tannur dari dakwaan pembunuhan terhadap Dini Sera Afriyanti. Hakim menyatakan Ronald Tannur tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan maupun penganiayaan yang menyebabkan tewasnya korban. Dia dibebaskan dari segala dakwaan JPU.
"Agenda kami hari ini adalah melaporkan 3 Majelis Hakim yang ada di Pengadilan Negeri Surabaya yang mengadili perkara kami, perkara almarhum Dini Sera Afriyanti," kata kuasa hukum keluarga Dini Sera Afrianti, Dimas Yemahura kepada wartawan di Kantor Badan Pengawas MA, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2024).
Dimas menjelaskan, laporan ini merupakan tindak lanjut dari laporan sebelumnya yang sudah dikirimkan ke Komisi Yudisial (KY) terkait ketiga majelis hakim tersebut. Ia menjelaskan, ada sejumlah materi pelaporan yang diadukan seperti sifat dan etika hakim selama proses persidangan berlangsung.
"Yang kedua adalah bagaimana hakim pada saat bersidang itu menurut kami tidak berjalan dengan fair, tidak berjalan dengan bagaimana peradilan itu berjalan dengan adil, jujur, dan bijaksana," ujarnya.
"Karena di sana kita melihat, saya juga mengalami juga bahwasannya dalam pemeriksaan saksi ada sikap-sikap hakim yang lebih ke tendensius, menghentikan saksi pada saat memberikan keterangan dan terbukti dari hasil pertimbangan hakim kita ketahui," katanya.
Lebih jauh, ia juga mempermasalahkan adanya pertimbangan hakim yang seolah-olah mentiadakan alat bukti yang sah tanpa pembanding alat bukti yang sah. "Artinya apa? Ini ada alat bukti yang sah, ditiadakan, dianggap alat bukti ini tidak ada tanpa ada pembandingnya dan hanya dengan asumsi dan pertimbangan hakim secara pribadi. Tentu ini sangat mencederai asas-asas objektifitas dan asas-asas kebenaran dalam menentukan pertimbangan hakim untuk memutuskan suatu perkara," katanya.
Sebagai informasi, Ketua Majelis Halim PN Surabaya Erintuah Damanik membebaskan Gregorius Ronald Tannur dari dakwaan pembunuhan terhadap Dini Sera Afriyanti. Hakim menyatakan Ronald Tannur tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan maupun penganiayaan yang menyebabkan tewasnya korban. Dia dibebaskan dari segala dakwaan JPU.
(abd)