Grand Syekh Al Azhar Kunjungi PP Muhammadiyah Bahas Sejumlah Isu Penting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Grand Syekh Al Azhar Mesir Ahmad Al Thayyib mengunjungi Kantor PP Muhammadiyah di Menteng, Jakarta Pusat. Sejumlah isu penting dibahas dalam pertemuan tersebut.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan, pihaknya bersama Al Azhar memiliki sejarah yang panjang. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan terima kasih atas kunjungan Grand Syekh dan kami menyampaikan bahwa antara Muhammadiyah dan Al-Azhar maupun sebenarnya umat Islam dan bangsa Indonesia dengan Al-Azhar itu punya sejarah yang panjang,” kata Haedar Nashir kepada wartawan, Kamis (11/7/2024).
Haedar menceritakan, sejak pendiri Muhammadiyah Kiai Dahlan, bermukim di Makkah dan belajar dari Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, pemikiran pembaruan telah menginspirasi Muhammadiyah. Sejumlah tokoh Muhammadiyah, seperti Kiai Mas Mansur, yang menjabat Ketua PP Muhammadiyah pada 1937 itu, juga merupakan lulusan Al-Azhar.
“Al-Azhar menjadi pusat pemikiran-pemikiran maju. Al-Azhar menjadi pusat untuk lahirnya para ulama besar di Indonesia,” ujar dia.
Dalam ceramahnya, lanjut Haedar, Grand Syaikh Al-Azhar menekankan pentingnya moderasi (wasathiyah) dalam beragama dan memegang teguh prinsip ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Imam Besar juga menyoroti pentingnya ilmu hadis dalam Islam, yang dinilai sangat kompleks dan menjadi rujukan bagi para orientalis.
"Beliau sampaikan bahwa Al Azhar dan Muhammadiyah itu terus perlu meningkatkan kerja sama, bukan hanya dalam hal wasathiyah, tetapi membawa kemajuan umat Islam. Kata beliau perbedaan paham, perbedaan mazhab dan lain sebagainya yang ini juga sejalan dengan kami. Tidak menjadi kendala kita untuk bersatu, tetapi lebih penting dari itu bersatu dan maju,” ungkapnya.
Grand Syaikh juga menegaskan hubungan antara Indonesia dan Mesir, serta hubungan antara organisasi Islam, harus terus dipererat. Lebih lanjut, Al-Azhar berkomitmen untuk terus menambah beasiswa bagi siswa-siswa Indonesia, termasuk dari Muhammadiyah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan, pihaknya bersama Al Azhar memiliki sejarah yang panjang. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan terima kasih atas kunjungan Grand Syekh dan kami menyampaikan bahwa antara Muhammadiyah dan Al-Azhar maupun sebenarnya umat Islam dan bangsa Indonesia dengan Al-Azhar itu punya sejarah yang panjang,” kata Haedar Nashir kepada wartawan, Kamis (11/7/2024).
Haedar menceritakan, sejak pendiri Muhammadiyah Kiai Dahlan, bermukim di Makkah dan belajar dari Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, pemikiran pembaruan telah menginspirasi Muhammadiyah. Sejumlah tokoh Muhammadiyah, seperti Kiai Mas Mansur, yang menjabat Ketua PP Muhammadiyah pada 1937 itu, juga merupakan lulusan Al-Azhar.
“Al-Azhar menjadi pusat pemikiran-pemikiran maju. Al-Azhar menjadi pusat untuk lahirnya para ulama besar di Indonesia,” ujar dia.
Dalam ceramahnya, lanjut Haedar, Grand Syaikh Al-Azhar menekankan pentingnya moderasi (wasathiyah) dalam beragama dan memegang teguh prinsip ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Imam Besar juga menyoroti pentingnya ilmu hadis dalam Islam, yang dinilai sangat kompleks dan menjadi rujukan bagi para orientalis.
"Beliau sampaikan bahwa Al Azhar dan Muhammadiyah itu terus perlu meningkatkan kerja sama, bukan hanya dalam hal wasathiyah, tetapi membawa kemajuan umat Islam. Kata beliau perbedaan paham, perbedaan mazhab dan lain sebagainya yang ini juga sejalan dengan kami. Tidak menjadi kendala kita untuk bersatu, tetapi lebih penting dari itu bersatu dan maju,” ungkapnya.
Grand Syaikh juga menegaskan hubungan antara Indonesia dan Mesir, serta hubungan antara organisasi Islam, harus terus dipererat. Lebih lanjut, Al-Azhar berkomitmen untuk terus menambah beasiswa bagi siswa-siswa Indonesia, termasuk dari Muhammadiyah.
(cip)