HIPMI Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi Pemerintahan Prabowo Tercapai

Selasa, 09 Juli 2024 - 18:19 WIB
loading...
HIPMI Optimistis Target...
Calon Ketum HIPMI Jaya Rangga Derana Niode dan Ketua Umum Badan Pengurus Cabang (BPC Hipmi) Jakarta Selatan (Jaksel) Muhammad Assad. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto optimistis ekonomi Indonesia mampu mencapai pertumbuhan hingga 8% dapat diwujudkan dalam dua sampai tiga tahun di era kepemimpinannya bersama wakilnya Gibran Rakabuming Raka.

“Saya sangat yakin, saya sudah berbicara dengan para pakar dan mempelajari angkanya. Saya bertekad melampauinya,” ujar Prabowo saat menghadiri Qatar Economic Forum 2024 di Doha, Rabu, 15 Mei 2024 lalu.

Menanggapi optimisme Prabowo Subianto, Ketua Umum BPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kepulauan Seribu, Rangga Derana Niode menilai keyakinan Presiden terpilih tersebut sangat wajar, jika melihat rancangan program dan langkah kebijakan ekonomi yang dibuat pada awal pemerintahannya.



Tepat (apa yang dikatakan Prabowo Subianto), kebijakan hilirisasi produksi dan distribusi menjadi salah satu kunci sekaligus aspek untuk mendorong mencapai pertumbuhan ekonomi di tahun pertama pemerintahannya,“ ujar Derana, Selasa (9/7/2024).

Pertumbuhan ekonomi di 2026 dan seterusnya, lanjut Derana, sangat ditentukan oleh kebijakan dan program-program yang diambil pemerintah, misalnya bagaimana mendorong konsumsi, ekspor, impor, serta investasi.



“Tingkat efisien dari sistem ekonomi juga perlu diperhatikan, agar angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dari 6 saat ini, menjadi lebih kecil daripada 4, untuk menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi tumbuh, memperbaiki iklim investasi, membangun industri dan lainnya. Saya yakin, itu akan dilakukan oleh Prabowo, di awal 2025 dan seterusnya,” ucap Derana.

Calon Ketua Umum Hipmi Jaya ini meyakini Prabowo dapat menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif, salah satunya dengan secepatnya mengatasi rendahnya kualitas angkatan kerja dan mencegah deindustrialisasi dini.

Rangga menilai rendahnya kualitas angkatan kerja menyebabkan bonus demografi, tidak banyak memberi manfaat ke industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi.

“Selain untuk mencapai pertumbuhan 8%, industrialisasi dengan bonus demografi yang berkualitas, tentunya akan mengakselerasi perekonomian Indonesia, bahkan kita dapat keluar dari middle income trap, menumu negara berpenghasilan tertinggi,” katanya.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1420 seconds (0.1#10.140)