Idul Fitri Muara dari Dua Dimensi yang Saling Mengisi dan Bersifat Integratif

Rabu, 05 Juni 2019 - 13:36 WIB
Idul Fitri Muara dari Dua Dimensi yang Saling Mengisi dan Bersifat Integratif
Idul Fitri Muara dari Dua Dimensi yang Saling Mengisi dan Bersifat Integratif
A A A
JAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily mengatakan bahwa Idul Fitri adalah muara dari dua dimensi yang saling mengisi dan bersifat integratif, yaitu dimensi vertikal-spiritual dan dimensi horizontal-sosial. Hal demikian dikatakannya dalam ceramahnya sebagai khatib Salat Idul Fitri di Masjid Syajarataun Thayyibah, Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (5/6/2019).

"Artinya, pribadi muslim dituntut untuk dapat mengintegrasikan dan mempersatukan aspek ketaqwaan kepada Allah yang sangat personal dengan sikap dan perilaku sosial yang saling berbagi dan peduli dalam kehidupan sosial. Inilah yang sering disebut sebagai perpaduan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial," ujar Ace.

Dia mengatakan, setiap umat Islam memang diperintahkan Allah SWT untuk bersyahadat, salat, puasa, serta untuk menunaikan ibadah zakat. "Kita memang diperintahkan oleh untuk senantiasa berzikir dalam kesendirian dan kesunyian dengan salat dan berdoa, namun kita pula dituntut selalu peduli dan berbagi antar sesama dengan menunaikan ibadah zakat sebagai bentuk rasa kasih sayang," ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini.

Ace melanjutkan, apa artinya salat dan ibadah yang rajin dan taat, kalau kita tidak memiliki kepedulian dan solidaritas sosial diantara kita semua. Dia menambahkan, dengan menghayati dan mengamalkan makna terdalam dan hakikat ibadah puasa dan ibadah zakat, maka sesungguhnya kita dapat mencapai maqom pribadi muslim yang excellent, paripurna (insan kamil), pribadi yang selalu bertaqwa kepada Allah.

"Pribadi itulah yang termasuk dalam kelompok orang-orang yang kembali dalam kesucian dan kemenangan (minnal aidzina wal faizin)," katanya.

Dalam kesempatan itu, dia menuturkan bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan kaya raya, baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Namun, kata dia, mungkin masyarakat masih belum sepenuh dapat mendayagunakan dan memanfaatkan (tasharruf) potensi kekayaan tersebut dengan sebaik-baiknya dengan kerja keras dan ikhtiar. Kerja keras dan ikhtiar ini merupakan implementasi dari rasa syukur kepada Allah.

"Oleh karena itu, marilah melalui momentum Idul Fitri kita selalu mereflekasikan diri kita untuk menjadi jiwa-jiwa suci yang muttaqin (orang bertaqwa sebagai tujuan puasa) dan syakiriin (orang-orang yang bersyukur). Demikianlah, antara kesalehan pribadi melalui ibadah puasa dan kesalehan sosial dengan zakat harus pula disertai pula dengan perilaku syukur kepada Allah SWT dengan memelihara dan memanfaatkan anugerah-Nya melalui kerja keras dan ikhtiar untuk kemakmuran dan kesejateraan bangsa," pungkasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6553 seconds (0.1#10.140)