Cerita Komandan Denjaka Ditelepon Prabowo Selamatkan Kapal Eks Danjen Kopassus Mogok di Selat Sunda

Rabu, 26 Juni 2024 - 06:45 WIB
loading...
Cerita Komandan Denjaka...
Mantan Komandan Denjaka Mayjen TNI (Mar) (Purn) Yussuf Solichien mengisahkan pengalamannya menerima telepon dari Prabowo Subianto untuk menyelamatkan mantan Danjen Kopassus Letjen (Purn) Kuntara. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Mantan Komandan Denjaka Mayjen TNI (Mar) (Purn) Yussuf Solichien mengisahkan pengalamannya menerima telepon dari Prabowo Subianto untuk menyelamatkan mantan Danjen Kopassus Letjen (Purn) Kuntara. Pengalaman itu sangat mengesankan bagi Yussuf Solichien yang kala itu menjabat Komandan Satuan Marinir Armada Barat (Satmararmabar).

Yussuf menuturkan mendapat telepon pagi-pagi buta dari Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto sekira pukul 06.00 WIB pada akhir bulan September 1996. Prabowo mengabarkan bahwa kapal feri yang mengangkut rombongan mantan Pangkostrad Kuntara mogok di tengah laut dalam perjalanan dari Carita ke Krakatau di Selat Sunda.

Kuntara ternyata menghubungi Kopassus untuk meminta bantuan SAR. Namun, kesatuan yang dipimpin Prabowo kala itu tidak memiliki sarana prasarana untuk tindakan pencarian dan penyelamatan di laut.

Prabowo berpikir solusi terbaik adalah menghubungi TNI Angkatan Laut. Di benak Prabowo bila bicara TNI AL, hanya ada satu nama yang selalu diingat, yaitu Yussuf Solichien.

"Itulah mengapa dia menghubungi saya untuk minta bantuan. Saya menyarankan agar Danjen Kopassus itu menghubungi KSAL atau Panglima Armada," ujar Yussuf dikutip dari buku Against All Odds: Ada Kemauan, Tidak Ada yang Tak Mungkin Autobiografi Yussuf Solichien M, Prajurit Marinir Yang Menjadi "Panglima" Nelayan, Rabu (25/6/2024).

Mendengar jawaban Yussuf, Prabowo lalu menjawab, "Yussuf, di Angkatan Laut itu yang aku kenal hanya kamu, tolong, ya!"

"Ok, aku akan bantu segera, standby ya, nanti aku kabarin," jawab Yussuf sebagai sahabat mencoba memenuhi permintaan Prabowo.

Yussuf lantas tidak langsung melaporkan ke Panglima Armada, tetapi menghubungi Perwira Dinas (Padis) Armada Barat yang bertugas jaga hari itu. Dia menanyakan posisi kapal-kapal dan pesawat udara Armada Barat saat itu yang bisa cepat digerakkan ke Selat Sunda.

Dari Padis, Yussuf kemudian mendapat informasi bahwa kapal-kapal TNI AL yang posisinya dekat Selat Sunda terdapat di Tanjung Karang, Bangka, dan Palembang. Helikopter dan fixed wing TNI AL standby di Lanud Halim Jakarta dan Tanjung Pinang.

Dia kemudian menghubungi Komandan Denjaka, Mayor Marinir Alfan Baharudin dan memintanya menyiapkan satu tim yang bertugas melaksanakan SAR sambil menunggu perintah dari Pangarmabar. Mayor Alfan melaporkan kepada saya bahwa ada sebuah helikopter TNI AL yang siap di Markas Denjaka di Cilandak.

"Saya minta helikopter itu juga standby untuk memonitor evakuasi Pak Kuntara," ucapnya.

Setelah mengetahui posisi semua kapal dan pesawat udara Armabar yang berada di sekitar Selat Sunda, Yussuf menghadap Pangarmabar Laksamana Muda Ahmad Sutjipto pada pukul 07.00 WIB pagi. Pangarmabar saat itu berada di Lanud Halim Perdanakusuma dalam rangka persiapan Hari ABRI 1996.

"Saya melaporkan permintaan bantuan SAR dari Danjen Kopassus untuk melaksanakan evakuasi rombongan Pak Kuntara dan sekaligus melaporkan posisi dan kesiapan kapal-kapal dan pesawat udara Armabar yang bisa digerakkan ke Selat Sunda, termasuk kesiapan Tim Denjaka untuk membantu penyelamatan," tutur mantan Komandan Pangkalan Utama TNI AL V/Jayapura, Papua ini.

Yussuf juga memohon kepada Pangarmabar untuk meminta izin kepada KSAL agar bisa mengerahkan Tim Denjaka untuk membantu operasi penyelamatan. Setelah melaporkan situasi dan kondisi yang ada, selanjutnya Yussuf mohon petunjuk untuk melaksanakan operasi penyelamatan tersebut.

"Ya sudah, kamu bantu saja!" kata Yussuf menirukan ucapan Pangarmabar.

Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-19 tahun 1973 ini keudian menyarankan agar Asisten Operasi (Asops) Armabar yang mengendalikan operasi penyelamatan itu.

"Pak Tjipto (begitu kami memanggil beliau) langsung menjawab, 'Nggak usah, kamu saja yang mengendalikan dan segera kerjakan!'," katanya.

"Siap Panglima, laksanakan," Yussuf pun menjawab.

Padahal, hati kecilnya berpikir mengerahkan dan mengendalikan kapal-kapal dan pesawat udara kan tugas Asisten Operasi Armabar. Dirinya hanya Komandan Pasukan Marinir. Namun, Pangarmabar rupanya paham betul akan kemampuan dan leadership Yussuf, sehingga tanpa ragu memberikan tugas itu kepada saya.

Tak mau membuang waktu, Yussuf kemudian menghubungi Perwira Dinas Armabar dan menjelaskan bahwa dirinya diperintahkan oleh Pangarmabar untuk menggeser kapal perang yang berada di Tanjung Karang, Lampung, untuk digerakkan ke Selat Sunda. Komandan Denjaka Mayor Alfan atas seizin KSAL juga diarahkan untuk menggerakkan Tim Denjaka dengan helikopter yang berada di Cilandak menuju Selat Sunda di Banten.

Pesawat Nomad yang berpangkalan di Halim Perdanakusuma juga diterbangkan menuju lokasi kapal feri yang mogok itu. Tiga jam kemudian, sekitar pukul 10.00 WIB, evakuasi rombongan Letjen Kuntara selesai dilaksanakan.

Pelaksanaan evakuasi dipantau langsung dari helikopter oleh Tim Denjaka, sambil berjaga-jaga apabila ada orang yang tercebur ke laut. Mayor Alfan secara live dan terus-menerus melaporkan operasi penyelamatan dan pelaksanaan evakuasi kepada Yussuf. Mayor Alfan melaporkan bahwa kapal perang Armabar yang dari Tanjung Karang sudah pada posisi merapat dengan kapal feri yang mogok.

Selanjutnya, kapal feri lain yang datang dari Carita diarahkan untuk melakukan evakuasi. Selang beberapa lama, evakuasi seluruh rombongan Letjen Kuntara dapat dilaksanakan dengan aman dan lancar. Setelah evakuasi selesai, kapal feri yang mengevakuasi bergerak ke Carita dikawal oleh kapal perang Armabar.

Seketika operasi penyelamatan selesai. Yussuf melapor kepada Pangarmabar yang sedang berada di Halim bahwa operasi penyelamatan dan evakusi Letjen Kuntara telah berhasil dilaksanakan dengan aman dan lancar.

"Ok Yuss, terima kasih. Bagus, Yuss, kamu seperti Perwira Pelaut saja, dapat mengendalikan kapal perang dan pesawat udara," tutur Yussuf menirukan ucapan Pangarmabar Ahmad Sutjipto.

Pria yang pernah menjabat Komandan Kodikal ini hanya bisa menjawab, "Siap Panglima, terima kasih."

Ketika itu juga dirinya menghubungi Prabowo untuk menginformasikan bahwa "Bos" nya Letjen Kuntara dan rombongan telah berhasil dievakuasi dengan aman dan lancar. Prabowo tak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan Angkatan Laut, khususnya Pangarmabar dan dirinya.

Pada saat saya menginformasikan berita itu, Prabowo kaget, "Apa benar sudah dievakuasi, cepat amat?"

"Benar dong, masa aku bohong. Masa kamu nggak percaya sama aku. Marinir itu kalau dapat perintah harus gerak cepat," jawab Yussuf.

"Ok... ok... terima kasih, ya. Emang kamu hebat, Marinir hebat," kata Prabowo. "Sampaikan terima kasih saya kepada KSA dan Pangarmabar, ya," katanya lagi.

Pangarmabar meneruskan laporan Yussuf itu kepada KSAL dan mereka berdua sangat berterima kasih dan mengapresiasi kinerjanya dalam operasi penyelamatan tersebut. Setelah peristiwa itu, Yussuf mengaku Pangarmabar sangat senang dan menyukai cara kerjanya selaku Komandan Satmararmabar.

Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh Armada Barat yang bukan tugas pokoknya, diserahkan kepada Yussuf untuk dikerjakan dan diselesaikan. Termasuk tugas pengembalian pengungsi Vietnam dari Pulau Galang ke negaranya.

Dalam acara ramah-tamah setelah Upacara Serah Terima Jabatan, Panglima Armabar Laksamana Muda Ahmad Sutjipto yang merupakan mantan KSAL memberikan sambutan memberi pujian terhadap perilaku dan kinerja Yussuf.

"Saya tidak punya komentar banyak terhadap Kolonel Yuss, Komandan Satmararmabar yang lama ini. Ada satu hal yang saya perhatikan, dia tidak pernah bekerja dimulai dengan persnelling satu, tetapi langsung tancap gas."



"Kalau kita tidak bisa mengikutinya, kita akan tertinggal jauh. Untuk Kolonel Yuss ini, kalau dilepas dia akan bergerak sendiri. Saya berharap Komandan Korps Marinir nantinya betul-betul dapat mengikuti dan me-ngendalikan gerakan cepat Kolonel Yuss ini," sambung Ahmad Sutjipto yang masih terngiang dalam ingatan Yussuf.

Mendengar komentar Pangarmabar itu, para perwira yang hadir menengok ke arah Yussuf. Dia hanya bisa tersenyum merespons pujian Pangarmabar itu.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1602 seconds (0.1#10.140)