Denny JA Terbitkan Buku Puisi Esai ke-6 soal Sisi Gelap Sejarah Kemerdekaan
loading...
A
A
A
Namun Mardiem kaget sekali ketika sampai di Kalimantan. Ia dimasukkan di kamar yang kecil. Ia dipaksa melayani tentara Jepang. Ia diperkosa katanya sehari kadang-kadang sampai 10 dan sampai 15 tentara Jepang.
Ia alami ini bertahun-tahun. Itu dialami juga tidak hanya oleh Mardiem tapi oleh ribuan gadis pribumi Indonesia lainnya.
Sebelum Jepang pun banyak gadis pribumi yang juga mengalami hal serupa. Tapi yang ini terjadi di rumah-rumah tuan Belanda.
Umumnya para lelaki Belanda ketika datang menjajah Indonesia, mereka tidak membawa istrinya. Mereka menjadikan banyak gadis pribumi sebagai pembantunya.
Namun dalam perjalanan, pembantunya ini pun dijadikan sebagai gundiknya, sebagai sejenis istri tapi tidak dinikahi secara resmi. Mereka dijadikan nyai.
Para nyai ini beranak-pinak. Tapi sekali lagi sang istri yang tidak dinikahi ini atau disebut nyai atau gundik ini, tidak punya hak atas anak-anak yang dilahirkannya. Banyak dari anak anak mereka pun yang akhirnya diambil oleh tuan Belanda dan dibawa ke Belanda.
Ini kisah-kisah yang kelam di era kemerdekaan dan diangkat oleh Denny JA dalam puisi esainya. Tapi apa itu puisi esai? Puisi esai adalah puisi yang digagas oleh Denny JA yang merupakan inovasi cara bertutur.
Ketika kita ingin menuliskan kisah sejarah atau true story misalnya, kisah itu bisa dibuatkan dalam bentuk makalah ilmiah. Atau kisah itu bisa dibuatkan reportase jurnalisme. Kedua cara berturut ini harus bersandar pada fakta.
Denny JA mengembangkan cara lain bahwa kisah true story itu, yang acap kali dramatis, itu dilaporkan dalam bentuk puisi esai. Dalam puisi esai, elemen fiksi begitu kokohnya. Sementara elemen fakta disampaikan lewat catatan kaki yang sentral dalam puisi esai.
Benar itu peristiwa terjadi. Benar itu terjadi di tahun dan tempat tertentu. Tapi dihadirkan di sana drama-drama yang fiksi, agar peristiwa itu lebih mudah diingat, lebih dramatis, dan lebih menyentuh hati. Itulah puisi esai yang digagas Denny JA sejak tahun 2012.
Ia alami ini bertahun-tahun. Itu dialami juga tidak hanya oleh Mardiem tapi oleh ribuan gadis pribumi Indonesia lainnya.
Sebelum Jepang pun banyak gadis pribumi yang juga mengalami hal serupa. Tapi yang ini terjadi di rumah-rumah tuan Belanda.
Umumnya para lelaki Belanda ketika datang menjajah Indonesia, mereka tidak membawa istrinya. Mereka menjadikan banyak gadis pribumi sebagai pembantunya.
Namun dalam perjalanan, pembantunya ini pun dijadikan sebagai gundiknya, sebagai sejenis istri tapi tidak dinikahi secara resmi. Mereka dijadikan nyai.
Para nyai ini beranak-pinak. Tapi sekali lagi sang istri yang tidak dinikahi ini atau disebut nyai atau gundik ini, tidak punya hak atas anak-anak yang dilahirkannya. Banyak dari anak anak mereka pun yang akhirnya diambil oleh tuan Belanda dan dibawa ke Belanda.
Ini kisah-kisah yang kelam di era kemerdekaan dan diangkat oleh Denny JA dalam puisi esainya. Tapi apa itu puisi esai? Puisi esai adalah puisi yang digagas oleh Denny JA yang merupakan inovasi cara bertutur.
Ketika kita ingin menuliskan kisah sejarah atau true story misalnya, kisah itu bisa dibuatkan dalam bentuk makalah ilmiah. Atau kisah itu bisa dibuatkan reportase jurnalisme. Kedua cara berturut ini harus bersandar pada fakta.
Denny JA mengembangkan cara lain bahwa kisah true story itu, yang acap kali dramatis, itu dilaporkan dalam bentuk puisi esai. Dalam puisi esai, elemen fiksi begitu kokohnya. Sementara elemen fakta disampaikan lewat catatan kaki yang sentral dalam puisi esai.
Benar itu peristiwa terjadi. Benar itu terjadi di tahun dan tempat tertentu. Tapi dihadirkan di sana drama-drama yang fiksi, agar peristiwa itu lebih mudah diingat, lebih dramatis, dan lebih menyentuh hati. Itulah puisi esai yang digagas Denny JA sejak tahun 2012.