Memimpin Sudah Menjadi Jiwa Prabowo Subianto Sejak Muda

Jum'at, 29 Maret 2019 - 13:29 WIB
Memimpin Sudah Menjadi Jiwa Prabowo Subianto Sejak Muda
Memimpin Sudah Menjadi Jiwa Prabowo Subianto Sejak Muda
A A A
SOLO - Tanggung jawab dan beban moral menjadikan Prabowo Subianto tersentuh untuk memimpin dan membawa Indonesia menjadi bangsa besar di dunia. Hal itu karena kepemimpinan telah menjadi jiwa Prabowo sejak ia muda.

Demikian dikatakan Siti Hediati Heriyadi, caleg DPR RI dari Partai Berkarya saat menggelar khitanan bersama (sunatan massal) di Dalem Kalitan, Kota Solo, Jumat (29/3/ 2019). Pernyataan itu merupakan jawaban Titiek saat ditanya wartawan mengenai kesiapan Prabowo memimpin bangsa.

Menurut putri kedua Presiden Soeharto yang akrab dipanggil Mbak Titiek itu, kondisi Indonesia yang tak kunjung membaik sejak reformasi telah menyentuh hati nurani Prabowo untuk benar-benar tulus mewakafkan jiwa, tenaga dan raganya buat bangsa Indonesia lepas dari keperpurukan.

“Karena kepemimpinan itu dijalani sejak beliau masih muda, Pak Prabowo tahu betul apa yang harus dilakukannya bersama seluruh bangsa. Hati nuraninya terketuk untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa besar, berdaulat dan bermartabat di mata dunia,” kata Titiek.

Khitanan bersama yang digelar tersebut diikuti setidaknya 68 anak yang didaftarkan orang tua mereka secara online. “Sampai pukul 10.00 WIB, sudah 62 anak yang datang,” kata seorang anggota panitia.

Koordinator Padi Medika, dokter yang menangani khitanan tersebut yakni dr Alfi Rizal mengatakan, khitan dilakukan dengan sistem sirkumsisi laser yang mutakhir. Ia menjamin pasien kembali bisa beraktivitas normal dalam tiga hari.

Dengan metode itu plus jahitan dengan benang yang bisa diserap oleh tubuh, dalam waktu tiga hari sudah bisa sembuh dan tak perlu kontrol maupun ganti perban sendiri. “Jadi, anak-anak ini Senin depan sudah bisa kembali bersekolah seperti biasa,” kata Alfi.

Hampir bisa dipastikan, setiap tahun putra-putri Pak Harto menggelar sunatan massal. Acara bisa digelar di berbagai kota. Misalnya pada 2015 lalu dilakukan di Monumen Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, di Dusun Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. Saat itu dikhitan 117 anak.

Tahun lalu, di Masjid At-Tin juga dikhitan 205 anak. “Ini bentuk kepedulian keluarga kami, membantu masyarakat menjalankan perintah Rasulullah SAW,” kata Titiek.

Ia juga menegaskan, kepedulian itu ditanamkan dan terus dipupuk Pak Harto kepada mereka, anak-anaknya. “Bapak selalu menasihati kami untuk senantiasa peduli kepada rakyat kecil,” tuturnya.

Malam sebelum acara digelar, Titiek dan sebagian panitia melakukan ziarah dan nyekar ke makam Pak Harto dan Ibu Tien di Astana Giribangun, Matesih, Kabupaten Karanganyar. Kompleks makam keluarga yang berdiri 660 meter di lereng Gunung Lawu itu berjarak sekitar 35 km dari kota Solo.

Setelah membaca serangkaian doa dan surat Yasin, Titiek sempat beramah tamah dengan panitia. Keguyuban suasana membuat rombongan baru meninggalkan Astana Giribangun sekitar pukul 23.50 WIB.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6370 seconds (0.1#10.140)