Mahfud MD Sebut Berbeda Itu Fitrah, Bersatu Adalah Kebutuhan

Rabu, 13 Februari 2019 - 12:59 WIB
Mahfud MD Sebut Berbeda Itu Fitrah, Bersatu Adalah Kebutuhan
Mahfud MD Sebut Berbeda Itu Fitrah, Bersatu Adalah Kebutuhan
A A A
JAKARTA - Diskusi Kebangsaan Indonesia Emas 2045 digelar di Universitas Paramadina. Pemerintah sudah mencanangkan Indonesia Emas pada 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan.

Apa bisa Indonesia Emas tercapai di tahun 2045? Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD optimistis target Indonesia Emas bakal tercapai. Salah satu faktor pendukungnya adalah kekuatan sumber daya manusia Indonesia yang terus meningkat.

Mahfud MD mengingatkan, ada syarat wajib untuk mencapai kemajuan tersebut yakni bersatu dan kolaborasi. Agenda besar untuk bersatu dan menghimpun segenap kekuatan itu adalah mengusung persatuan di tengah perbedaan Indonesia.

"Berbeda itu fitrah, kita memang berbeda-beda. Namun bersatu itu kebutuhan," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut, dalam Diskusi Kebangsaan Indonesia Emas 2045 di Kampus Paramadina, Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Karena itu kata dia, pemahaman akan pluralisme harus terus diserukan. Mengutip tokoh bangsa Abdurahman Wahid, Makhfud menjelaskan cara sederhana memahami soal pluralisme.

"Pluralisme itu seperti engkau hidup di rumah dengan kamar yang berbeda-beda," ucap Mahfud.

(Baca juga: Persiapkan Diri, Dua Kubu Capres-Cawapres Matangkan Materi Debat)

Jika masih di dalam kamar masing-masing, jelas Mahfud, semua bebas mengenakan identitas masing-masing, menyetel televisi masing-masing. Namun ketika sudah di ruang bersama, maka semua menggunakan aset bersama.

Contoh rumah bersama menurut Mahfud, terlihat di Rumah Betang di Kalimantan. Dia menceritakan, dalam kunjungannya ke rumah itu, menyaksikan beberapa keluarga dari suku Dayak yang berbeda-beda tinggal di kamar yang berbeda-beda.

"Namun mereka mengusung satu identitas Dayak. Ilustrasi tersebut sesuai dengan kondisi kebangsaan Indonesia yang beragam suku, agama, dan budayanya. Masing-masing menggenggam identitasnya, namun ketika bicara dalam konteks ke-Indonesiaan, maka semua menjunjung identitas Indonesia," ungkap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.

Rektor Universitas Paramadina Firmansyah mengemukakan penjelasan senada. Menurutnya, dewasa ini ada potensi perpecahan yang tidak produktif.

"Seperti over politized society, semuanya ngomong politik dan melupakan kolaborasi," kata Firmansyah.

Padahal menurut Firmansyah, hanya dengan kolaborasi kemajuan akan tercapai. Dia mencontohkan, pabrikan-pabrikan besar di dunia saat ini memang bersaing. Namun mereka berkolaborasi untuk melakukan inovasi.

Firmansyah menambahkan, ada fase lanjutan dari Bhineka Tunggal Ika. Menurut dia, saat ini yang perlu diprioritaskan bukan lagi semangat kebhinekaan, namun semangat tunggal ika.

"Sudah selesai, kita memang berbeda-beda. Sudah waktunya kedepankan semangat tunggal ika, kesatuannya," tuturnya.

Sementara aktivis Allisa Wahid mengingatkan jika kelompok-kelompok di Indonesia hanya memikirkan kepentingannya sendiri, maka target Indonesia 2045 sulit tercapai. Saatnya bersatu mengusung Indonesia.

"Kunci Indonesia 2045 adalah tetap menjaga nilai-nilai Indonesia," singkatnya.

Hadar dalam diskusi ini antara lain, aktor Reza Rahadian, sutradara Livi Zheng, komika Ari Kriting. Mereka sama-sama mengisahkan bagaimana potensialnya Indonesia. Diskusi Kebangsaan Indonesia 2045 berlangsung meriah diikuti ratusan mahasiswa.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5169 seconds (0.1#10.140)