Menyaksikan dari Dekat Perjuangan Hidup-Mati Jemaah demi Mencium Hajar Aswad
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ini untuk kali ketiga, saya ikut menyaksikan langsung dari dekat bagaimana kerasnya perjuangan ribuan jemaah saling dorong, berdesakan merangsek berebut menjadi yang terdepan demi mencium batu surga, Hajar Aswad yang terletak di salah satu bagian Ka’bah.
Kali ini, saya berkesempatan umrah wajib haji Tamattu sebelum menjalani rangkaian ibadah haji 2024. Awalnya, saya mencoba untuk kembali berjuang mencoba keberuntungan demi mencium Hajar Aswad seperti yang pernah saya lakukan di umrah pertama.
Suhu Makkah pada Kamis (9/5/2024) dini hari waktu Arab Saudi sekitar pukul 02.30 tadi pagi tidak terlalu panas. Jemaah umrah yang melakukan tawaf memutari Ka’bah pun boleh dibilang tidak terlalu penuh.
Saya berpikir, kenapa enggak mencoba menjajal keberuntungan bisa mencium Hajar Aswad lagi. Toh, sekalipun kali ini gagal, tak masalah karena sudah pernah merasakan mencium Hajar Aswad.
Ok, saya putuskan menjawab mencium Hajar Aswad. Setelah selesai menunaikan umrah Badal untuk almarhum bapak saya, saya bergegas kembali tawaf.
Dari dekat saya lihat area dekat Hajar Aswad sudah penuh berjubel jemaah yang ingin mencium Hajar Aswad. Oke, saya pelan-pelan mendekat ke kerumunan sambil mendekap tas selempang supaya tidak putus akibat berdesakan.
Saat pas di depan Hajar Aswad, ada pria bertubuh pendek mendekat ke saya. Sambil berkata pelan, dia menawarkan jasa untuk membantu saya untuk bisa mencium Hajar Aswad."Mau dibantu?" tanya pria pendek itu pelan.
Saya langsung balas, "Nggak usah," sambil mengatakan sudah pernah sebelumnya. Pria itu pun pergi menjauhi saya. Setelah itu, saya pelan-pelan ikut merangkak ke depan mencoba menerobos jemaah yang badannya tinggi besar.
Sekitar 5 menit saya mencoba menerobos menyibak jemaah di depan. Saya pun ikut terombang-ambing ke kanan ke kiri mengikuti pergumulan. Napas pun terengah-engah melawan para jemaah yang tinggi besar. Akhirnya, saya pun menyerah dan memutuskan membatalkan niat untuk mencium Hajar Aswad.
Di dekat saya, terdengar teriakan suara jemaah perempuan yang dibantu suami atau saudara laki-lakinya demi mencium Hajar Aswad. Beberapa saat, teriakan jemaah perempuan itu makin kencang.
Sedangkan saya, tanpa sadar, malah terus terdorong keluar dari barisan depan yang tinggal satu gapaian tangan untuk setidaknya bisa memegang Hajar Aswad.
Namun, ternyata salah. Saya makin terdesak menjauh ketika ada jemaah yang mencoba keluar dari barisan terdepan. Akhirnya, saya putuskan menyerah. Saya pun akhirnya melipir ke kanan menjauhi Hajar Aswad.
Namun, saya sempatkan untuk memotret dan merekam perjuangan jemaah lainnya yang masih semangat demi mencium Hajar Aswad. Sementara semakin mendekati Subuh, gelombang jemaah yang tawaf mulai bertambah banyak.
Akhirnya saya menepi di belakang Maqam Ibrahim sambil duduk beristirahat. Dari kejauhan saya hanya duduk dan tersenyum tipis melihat Hajar Aswad.
Kali ini, saya berkesempatan umrah wajib haji Tamattu sebelum menjalani rangkaian ibadah haji 2024. Awalnya, saya mencoba untuk kembali berjuang mencoba keberuntungan demi mencium Hajar Aswad seperti yang pernah saya lakukan di umrah pertama.
Suhu Makkah pada Kamis (9/5/2024) dini hari waktu Arab Saudi sekitar pukul 02.30 tadi pagi tidak terlalu panas. Jemaah umrah yang melakukan tawaf memutari Ka’bah pun boleh dibilang tidak terlalu penuh.
Saya berpikir, kenapa enggak mencoba menjajal keberuntungan bisa mencium Hajar Aswad lagi. Toh, sekalipun kali ini gagal, tak masalah karena sudah pernah merasakan mencium Hajar Aswad.
Ok, saya putuskan menjawab mencium Hajar Aswad. Setelah selesai menunaikan umrah Badal untuk almarhum bapak saya, saya bergegas kembali tawaf.
Dari dekat saya lihat area dekat Hajar Aswad sudah penuh berjubel jemaah yang ingin mencium Hajar Aswad. Oke, saya pelan-pelan mendekat ke kerumunan sambil mendekap tas selempang supaya tidak putus akibat berdesakan.
Saat pas di depan Hajar Aswad, ada pria bertubuh pendek mendekat ke saya. Sambil berkata pelan, dia menawarkan jasa untuk membantu saya untuk bisa mencium Hajar Aswad."Mau dibantu?" tanya pria pendek itu pelan.
Saya langsung balas, "Nggak usah," sambil mengatakan sudah pernah sebelumnya. Pria itu pun pergi menjauhi saya. Setelah itu, saya pelan-pelan ikut merangkak ke depan mencoba menerobos jemaah yang badannya tinggi besar.
Sekitar 5 menit saya mencoba menerobos menyibak jemaah di depan. Saya pun ikut terombang-ambing ke kanan ke kiri mengikuti pergumulan. Napas pun terengah-engah melawan para jemaah yang tinggi besar. Akhirnya, saya pun menyerah dan memutuskan membatalkan niat untuk mencium Hajar Aswad.
Di dekat saya, terdengar teriakan suara jemaah perempuan yang dibantu suami atau saudara laki-lakinya demi mencium Hajar Aswad. Beberapa saat, teriakan jemaah perempuan itu makin kencang.
Sedangkan saya, tanpa sadar, malah terus terdorong keluar dari barisan depan yang tinggal satu gapaian tangan untuk setidaknya bisa memegang Hajar Aswad.
Namun, ternyata salah. Saya makin terdesak menjauh ketika ada jemaah yang mencoba keluar dari barisan terdepan. Akhirnya, saya putuskan menyerah. Saya pun akhirnya melipir ke kanan menjauhi Hajar Aswad.
Namun, saya sempatkan untuk memotret dan merekam perjuangan jemaah lainnya yang masih semangat demi mencium Hajar Aswad. Sementara semakin mendekati Subuh, gelombang jemaah yang tawaf mulai bertambah banyak.
Akhirnya saya menepi di belakang Maqam Ibrahim sambil duduk beristirahat. Dari kejauhan saya hanya duduk dan tersenyum tipis melihat Hajar Aswad.
(cip)