RI Miliki Daya Tahan Hadapi Dampak Krisis Timur Tengah

Kamis, 18 April 2024 - 19:23 WIB
loading...
RI Miliki Daya Tahan...
Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie bersama Sekjen Kadin Internasional (International Chamber of Commerce/ICC) John Denton di Kantor Pusat ICC, Paris, Prancis, Rabu (17/4/2024). Foto: Ist
A A A
PARIS - Indonesia cukup kuat menghadapi ancaman dampak krisis Timur Tengah baik yang disebabkan eskalasi geopolitik maupun geoekonomi global.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie saat bertemu Sekretaris Jenderal Kadin Internasional (International Chamber of Commerce/ICC) John Denton di Kantor Pusat ICC, Paris, Prancis, Rabu (17/4/2024).



“Kepada Sekjen ICC, saya menyampaikan optimisme bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi tekanan dan ancaman krisis akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah seperti tekanan yang dialami nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pekan ini,” ujar Anindya, Kamis (18/4/2024).

Sejumlah indikator yang menunjukkan kekuatan ekonomi makro antara lain Indonesia masih mampu mencatat pertumbuhan di atas 5 persen.

"Ketika ekonomi global hanya tumbuh rata-rata 2 persen, kita dan segelintir negara seperti India dan China yang mampu tumbuh di atas 5 persen,” katanya.

Indikator lainnya adalah laju inflasi yang terkendali jauh di bawah negara maju anggota OECD lainnya. Laju inflasi Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2024 sebesar 3,05 persen secara tahunan.

Mengenai penurunan nilai tukar rupiah yang menembus level psikologis Rp16.000 per dolar AS bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada April 2020 kurs rupiah juga pernah bernasib sama. Pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami rupiah, tetapi juga mata uang regional lainnya.

“Ini disebabkan ketidakpastikan kondisi geopolitik akibat memanasnya Timur Tengah. Belum lagi perang dagang yang meruncing antara AS dan China,” ucapnya.

Pemerintah dan Bank Indonesia sudah memiliki pengalaman menghadapi situasi tekanan seperti yang terjadi saat ini. “Yang terpenting komunikasi dengan dunia usaha terus dijaga agar dapat diambil kebijakan tepat sasaran,” katanya.

Anindya juga menekankan kondisi demokrasi di Tanah Air juga mendukung situasi ekonomi tetap kondusif. Demokrasi di Indonesia dilihat dari proses transisi kepemimpinan nasional saat ini dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Prabowo Subianto menyusul terselenggaranya pemilu pada Februari 2024 lalu.

“Sebanyak 82 persen penduduk ikut memilih dan lebih dari setengahnya merupakan pemilih muda atau pemula. Ini penting karena setengah dari penduduk dunia tahun ini juga menghadapi pemilu,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Indonesia bukan saja pemimpin ekonomi di ASEAN, tetapi juga satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20. Lebih dari itu, Indonesia tengah dalam proses aksesi menjadi anggota OECD.

“Dalam konteks global, Indonesia merupakan Middle Force dari Global South,” ucapnya.

Menanggapi itu, John Denton menyambut baik posisi Indonesia sebagai harapan untuk dapat menopang pertumbuhan ekonomi dunia. Selain itu, Indonesia juga diharapkan menjadi kekuatan penyeimbang geopolitik dunia.

“Apalagi posisi Indonesia di Indo Pacific sebagai negara berpenduduk muslim terbesar,” ujar Sekjen ICC itu.

ICC adalah lembaga yang mempromosikan sistem perdagangan dan investasi internasional. ICC memiliki jaringan menjangkau lebih dari 170 negara mencakup lebih dari 45 juta bisnis mulai dari UMKM hingga perusahaan multinasional besar.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2095 seconds (0.1#10.140)