Idrus Marham Ungkap Alasan Prabowo dan Megawati Belum Bertemu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Idrus Marham buka suara mengenai pertemuan antara Presiden Terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang belum terealisasi. Idrus yakin, perbedaan ideologi bukan menjadi penyebab belum terealisasinya rencana pertemuan Prabowo denga Mega.
"Saya ingin mengatakan bahwa mereka belum ketemu bukan persoalan perbedaan ideologi, bukan perbedaan konsep, tetapi masalah strategi," kata Idrus saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (12/4/2024).
Bicara masalah strategi, kata dia, tentu ada kaitannya dengan persoalan waktu atau momentumnya. Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar itu menduga saat ini belum momentum yang tepat untuk digelarnya pertemuan.
Pasalnya, tutur Idrus, untuk menentukan momentum yang tepat, tentu perlu pertimbangan-pertimbangan politik yang harus sudah diselesaikan sebelumnya. Salah satu di antaranya, adalah mereka harus tetap melakukan komunikasi politik secara intensif dengan para pendukungnya, baik Prabowo maupun Megawati tentu harus merawat suasana kebatinan pendukungnya tersebut.
"Sebab kalau tidak merawat suasana kebatinan, secara serta merta pendukung-pendukungnya itu pasti memvonis bahwa pimpinan ini dari partai ini tidak boleh dipercaya karena mengkhianati aspirasi kami. Nah ini kan perlu dirawat," ujarnya.
Pertimbangan selanjutnya, Idrus tak memungkiri jika berkaitan dengan politik praktis. Dia mengira, komunikasi yang dilakukan Prabowo maupun Megawati dengan masing-masing mitra partai politiknya belum tuntas.
"Boleh jadi karena setiap paslon ada beberapa partai di situ, tentu juga perlu ada komunikasi. Misal ada paslon, ada 5-6 partai yang mendukung, kan komunikasi yang satu belum tuntas betul ini akan timbulkan masalah baru secara politik praktis," tuturnya
Idrus menjelaskan, kaitannya dengan politik praktis ini adalah bagaimana komunikasi politik tersebut dibicarakan tentang peran-peran politik ke depan dari masing-masing partai politik pendukung. "Kalau gabung misalkan seperti apa, harmonisasinya seperti apa dan lain sebagainya. Polanya seperti apa, nah ini semua pertimbangan-pertimbangan politik praktis yang belum tuntas sehingga momentumnya belum ada," katanya.
Pertimbangan selanjutnya, kata dia, berkaitan dengan tahapan hukum yang sedang berjalan. Sebab, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 baru dibacakan pada 22 April mendatang.
"Ini semua pertimbangan-pertimbangan yang harus dijadikan dasar untuk menentukan apakah sudah timingnya atau momentumnya sudah tepat atau tidak. Karena kalau bicara strategi politik itu bukan bicara salah benar tapi bicara efektif atau tidak efektif," ujar Idrus.
"(Tapi) Saya punya keyakinan mereka-mereka ini masih berpandangan belum saatnya. Tapi bukan berarti tidak," pungkasnya.
"Saya ingin mengatakan bahwa mereka belum ketemu bukan persoalan perbedaan ideologi, bukan perbedaan konsep, tetapi masalah strategi," kata Idrus saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (12/4/2024).
Bicara masalah strategi, kata dia, tentu ada kaitannya dengan persoalan waktu atau momentumnya. Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar itu menduga saat ini belum momentum yang tepat untuk digelarnya pertemuan.
Pasalnya, tutur Idrus, untuk menentukan momentum yang tepat, tentu perlu pertimbangan-pertimbangan politik yang harus sudah diselesaikan sebelumnya. Salah satu di antaranya, adalah mereka harus tetap melakukan komunikasi politik secara intensif dengan para pendukungnya, baik Prabowo maupun Megawati tentu harus merawat suasana kebatinan pendukungnya tersebut.
"Sebab kalau tidak merawat suasana kebatinan, secara serta merta pendukung-pendukungnya itu pasti memvonis bahwa pimpinan ini dari partai ini tidak boleh dipercaya karena mengkhianati aspirasi kami. Nah ini kan perlu dirawat," ujarnya.
Pertimbangan selanjutnya, Idrus tak memungkiri jika berkaitan dengan politik praktis. Dia mengira, komunikasi yang dilakukan Prabowo maupun Megawati dengan masing-masing mitra partai politiknya belum tuntas.
"Boleh jadi karena setiap paslon ada beberapa partai di situ, tentu juga perlu ada komunikasi. Misal ada paslon, ada 5-6 partai yang mendukung, kan komunikasi yang satu belum tuntas betul ini akan timbulkan masalah baru secara politik praktis," tuturnya
Idrus menjelaskan, kaitannya dengan politik praktis ini adalah bagaimana komunikasi politik tersebut dibicarakan tentang peran-peran politik ke depan dari masing-masing partai politik pendukung. "Kalau gabung misalkan seperti apa, harmonisasinya seperti apa dan lain sebagainya. Polanya seperti apa, nah ini semua pertimbangan-pertimbangan politik praktis yang belum tuntas sehingga momentumnya belum ada," katanya.
Pertimbangan selanjutnya, kata dia, berkaitan dengan tahapan hukum yang sedang berjalan. Sebab, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 baru dibacakan pada 22 April mendatang.
"Ini semua pertimbangan-pertimbangan yang harus dijadikan dasar untuk menentukan apakah sudah timingnya atau momentumnya sudah tepat atau tidak. Karena kalau bicara strategi politik itu bukan bicara salah benar tapi bicara efektif atau tidak efektif," ujar Idrus.
"(Tapi) Saya punya keyakinan mereka-mereka ini masih berpandangan belum saatnya. Tapi bukan berarti tidak," pungkasnya.
(rca)