Etika Hakim Konstitusi, Antara Harapan dan Kenyataan

Selasa, 09 April 2024 - 13:35 WIB
loading...
A A A
Menjunjung Tinggi Nilai Luhur Bangsa

Harapan besar bangsa tercermin dari nilai-nilai luhur bangsa. Telah menjadi pengetahuan umum untuk menjunjung tinggi etika dan moral bangsa seperti nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia yang dapat digali dari nilai dan etika serta budaya bangsa, bukan dari cara "partemen jalanan" yang berujung pada anarkisme. Perlu dikedepankan cara yang santun dan bermoral sebagai berikut:

Pertama, mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain ketika pendapat tersebut untuk kepentingan publik. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain merupakan bentuk mengakui bahwa setiap orang punya derajat yang sama, sehingga harus saling menghargai dan menghormati pendapatnya. Jika ada orang yang menyampaikan pikiran, pendapat, kita harus mendengarkan dengan baik. Sementara itu, orang yang menyampaikan pendapat harus bersikap sopan, berbicara dengan jelas, tidak memotong pembicaraan orang lain, tidak memaksakan pendapat pada orang lain, mengutamakan kepentingan bersama, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

Kedua, menerima keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan. Sebuah rapat membahas sesuatu untuk menghasilkan kesepakatan atau keputusan terlebih lagi untuk kepentingan berbangsa dan bernegara. Keputusan yang diambil harus diterima dengan ikhlas dan terbuka, meskipun keputusan bersama itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi. Karena pendapat pribadi telah menjadi salah pertimbangan untuk membuat kesepakatan bersama.

Ketiga, dalam proses perumusan MK telah mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai luhur, keadilan untuk kepentingan kebangsaan yang dapat menjadi dasar dalam memutuskan perkara.

Keempat, rendah hati, merupakan nilai luhur yang telah lama dijunjung tingga bangsa Indonesia. Misalnya dalam persidangan MK telah terjadi perdebatan dan menyampaikan pendapat. Para hakim tidak sombong dengan pendapat atau pandangannya masing-masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara, mereka menerimanya.

Kelima, mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Meskipun berbeda pandangan, para hakim MK mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Contoh menerima ketidaksetujuan itu karena lebih mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Keenam, rela berkorban merupakan nilai luhur yang dijunjung tingga semua komponen, karena itu dapat dipahami rakyat Indonesia telah banyak pengorbanan, baik waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain demi kepentingan bangsa dan negara. Semua pengorbanan itu bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara.

Ketujuh, melaksanakan keputusan bersama. Artinya, apa pun keputusannya yang telah menjadi kesepakatan bersama. Maka, semua pihak harus menerima untuk kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar.

Rakyat Pengawal Moral Bangsa
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1561 seconds (0.1#10.140)