Muncul Wacana Gibran Jadi Ketum Golkar, Pengamat: Airlangga Paling Tepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Muncul wacana Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar setelah terpilih bersama Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Akan tetapi, tidak sedikit pihak yang menolak wacana tersebut dengan alasan bahwa Gibran bukan kader dan pengurus partai berlambang pohon beringin itu.
Pengamat dan Analis Politik Hendri Satrio menegaskan figur ideal calon ketua umum pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar Desember 2024 mendatang adalah Airlangga Hartarto. Sebab kepemimpinan Airlangga saat ini cukup sukses memimpin dan membesarkan Golkar.
"Airlangga paling tepat. Kepemimpinan Airlangga itu sudah mampu membuat prestasi kinclong. Artinya tidak ada alasan untuk mengganggu Airlangga dengan prestasi kinclongnya di pileg yang nambah kursi dan menang pilpres," ujar Hendri Satrio, Senin (8/4/2024).
Pria yang akrab disapa Hensat itu menilai kelayakan Airlangga menjadi Ketua Umum Golkar untuk periode berikutnya berbanding terbalik dengan Gibran. Menurut Hensat, konstitusi atau AD/ART Golkar sama sekali tidak memberi ruang dan peluang bagi Gibran untuk menjadi ketua umum.
"Konstitusi dan AD/ART Golkar telah mampu menjaga Golkar sebagai partai modern yang mentradisikan leadership datang dan tumbuh secara original dari kader-kader Partai Golkar," jelas Hensat.
Dengan AD/ART Golkar saat ini, lanjut Hensat, maka siapa pun yang berprestasi dan berkontribusi besar bagi partai maka berpeluang menjadi ketua umum. Namun dengan syarat orang tersebut harus kader dan melewati tahapan seperti yang diatur secara tegas oleh AD/ART.
"Bila kemudian Golkar ingin mengubah AD/ART partai demi orang per orang, maka menurut saya salah satu akibat yang akan terjadi adalah Golkar bisa mundur dari partai modern menjadi partai keluarga," papar Founder Lembaga Survei KedaiKOPI itu.
Dia berpendapat saat ini Golkar salah satu partai yang menjadi contoh dan tauladan bagi partai politik lain. Proses regenerasi Golkar berjalan cukup baik.
Kepemimpinan di internal partai berlangsung secara demokratis. Citra dan keteladanan politik itu seketika akan hilang jika tiba-tiba Gibran diberi ruang menjadi ketua umum.
"Golkar bisa mundur dari partai modern menjadi partai keluarga yang mempersilakan orang per orang secara turun temurun menjadi pimpinan Golkar. Sehingga tidak ada lagi regenerasi yang baik yang sudah dicontohkan Golkar hingga saat ini," pungkasnya.
Lihat Juga: Kelakar Gibran di Depan Ketua PP Pemuda Katolik: Senasib, Baru Saja Dikeluarkan dari Partai
Pengamat dan Analis Politik Hendri Satrio menegaskan figur ideal calon ketua umum pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar Desember 2024 mendatang adalah Airlangga Hartarto. Sebab kepemimpinan Airlangga saat ini cukup sukses memimpin dan membesarkan Golkar.
"Airlangga paling tepat. Kepemimpinan Airlangga itu sudah mampu membuat prestasi kinclong. Artinya tidak ada alasan untuk mengganggu Airlangga dengan prestasi kinclongnya di pileg yang nambah kursi dan menang pilpres," ujar Hendri Satrio, Senin (8/4/2024).
Pria yang akrab disapa Hensat itu menilai kelayakan Airlangga menjadi Ketua Umum Golkar untuk periode berikutnya berbanding terbalik dengan Gibran. Menurut Hensat, konstitusi atau AD/ART Golkar sama sekali tidak memberi ruang dan peluang bagi Gibran untuk menjadi ketua umum.
"Konstitusi dan AD/ART Golkar telah mampu menjaga Golkar sebagai partai modern yang mentradisikan leadership datang dan tumbuh secara original dari kader-kader Partai Golkar," jelas Hensat.
Dengan AD/ART Golkar saat ini, lanjut Hensat, maka siapa pun yang berprestasi dan berkontribusi besar bagi partai maka berpeluang menjadi ketua umum. Namun dengan syarat orang tersebut harus kader dan melewati tahapan seperti yang diatur secara tegas oleh AD/ART.
"Bila kemudian Golkar ingin mengubah AD/ART partai demi orang per orang, maka menurut saya salah satu akibat yang akan terjadi adalah Golkar bisa mundur dari partai modern menjadi partai keluarga," papar Founder Lembaga Survei KedaiKOPI itu.
Dia berpendapat saat ini Golkar salah satu partai yang menjadi contoh dan tauladan bagi partai politik lain. Proses regenerasi Golkar berjalan cukup baik.
Kepemimpinan di internal partai berlangsung secara demokratis. Citra dan keteladanan politik itu seketika akan hilang jika tiba-tiba Gibran diberi ruang menjadi ketua umum.
"Golkar bisa mundur dari partai modern menjadi partai keluarga yang mempersilakan orang per orang secara turun temurun menjadi pimpinan Golkar. Sehingga tidak ada lagi regenerasi yang baik yang sudah dicontohkan Golkar hingga saat ini," pungkasnya.
Lihat Juga: Kelakar Gibran di Depan Ketua PP Pemuda Katolik: Senasib, Baru Saja Dikeluarkan dari Partai
(kri)