BMKG: Puncak Musim Kemarau Terjadi Juli hingga Agustus 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) , Dwikorita Karnawati memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada periode Juli hingga Agustus 2024.
Dwikorita mengatakan sebanyak 317 zona musim (ZOM) atau 45,61% akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2024.
“Yaitu meliputi sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers melalui Zoom, Jumat (15/3/2024).
Meski begitu, ia mengatakan ada sebagian wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada bulan Juli atau lebih awal yaitu sebanyak 217 ZOM atau 31,22% dan September atau lebih akhir 9,78% atau 68 ZOM.
“Puncak musim kemarau pada bulan Juli adapun wilayahnya Pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat dan sebagian Kalimantan Utara,” jelasnya.
Secara umum, lanjut Dwikorita, awal kemarau akan terjadi pada April 2024. Kemudian mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2024.
Secara rinci, sebanyak 90 zona musim (ZOM) atau 13 persen dari total 699 ZOM diprediksi akan memasuki musim kemarau pada April 2024.
Wilayah yang masuk dalam 90 ZOM itu meliputi sebagian Bali, NTB, NTT, pesisir utara dari Banten, Jakarta, dan Jawa Barat (pesisir utara Jawa), dan bagian pesisir Jawa Timur.
Lalu, sebanyak 133 ZOM atau 19% wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024, meliputi wilayah Jakarta, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua, dan Papua Selatan.
Sebanyak 167 ZOM atau 24% wilayah akan memasuki musim kemarau pada Juni.
"Meliputi sebagian besar Pulau Sumatera, Banten, sebagian besar Jawa Barat, sebagian Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar," pungkasnya.
Adapun Curah hujan yang turun selama periode musim kemarau 2024 diprediksi normal hingga lebih basah dibandingkan dengan kondisi normal.
Meski begitu, beberapa daerah diprediksi mengalami curah hujan yang lebih rendah dibandingkan kondisi normal.
Dwikorita mengatakan sebanyak 317 zona musim (ZOM) atau 45,61% akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2024.
“Yaitu meliputi sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers melalui Zoom, Jumat (15/3/2024).
Meski begitu, ia mengatakan ada sebagian wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada bulan Juli atau lebih awal yaitu sebanyak 217 ZOM atau 31,22% dan September atau lebih akhir 9,78% atau 68 ZOM.
“Puncak musim kemarau pada bulan Juli adapun wilayahnya Pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat dan sebagian Kalimantan Utara,” jelasnya.
Secara umum, lanjut Dwikorita, awal kemarau akan terjadi pada April 2024. Kemudian mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei hingga Agustus 2024.
Secara rinci, sebanyak 90 zona musim (ZOM) atau 13 persen dari total 699 ZOM diprediksi akan memasuki musim kemarau pada April 2024.
Wilayah yang masuk dalam 90 ZOM itu meliputi sebagian Bali, NTB, NTT, pesisir utara dari Banten, Jakarta, dan Jawa Barat (pesisir utara Jawa), dan bagian pesisir Jawa Timur.
Lalu, sebanyak 133 ZOM atau 19% wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024, meliputi wilayah Jakarta, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua, dan Papua Selatan.
Sebanyak 167 ZOM atau 24% wilayah akan memasuki musim kemarau pada Juni.
"Meliputi sebagian besar Pulau Sumatera, Banten, sebagian besar Jawa Barat, sebagian Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar," pungkasnya.
Adapun Curah hujan yang turun selama periode musim kemarau 2024 diprediksi normal hingga lebih basah dibandingkan dengan kondisi normal.
Meski begitu, beberapa daerah diprediksi mengalami curah hujan yang lebih rendah dibandingkan kondisi normal.
(kri)