Diduga Terlibat Jaringan Teroris, Densus Amankan Satu Keluarga di Sleman

Rabu, 11 Juli 2018 - 20:30 WIB
Diduga Terlibat Jaringan Teroris, Densus Amankan Satu Keluarga di Sleman
Diduga Terlibat Jaringan Teroris, Densus Amankan Satu Keluarga di Sleman
A A A
SLEMAN - Densus 88 Polri mengamankan keluarga Saefullah (45) yang mengontrak di Bedingin Wetan, Sumberadi, Mlati, Sleman, Rabu
(11/7/2018). Keluagra yang terdiri dari suami, istri, dan dua anak tersebut diamankan karena diduga terlibat jaringan teroris.

Petugas juga mengamankan buku, laptop, berkas, flashdisk, pedang, pisau, busur, dan panah. Selain itu, mobil kijang dan motor beat
juga diamankan petugas. Berdasarkan informasi, petugas awalnya menangkap Saefulloh yang hendak membeli makanan tidak jauh dari rumah kontrakannya. Setelah itu, istri dan anaknya juga ikut diamankan.

Ketua RT 05/35 Bedingin Wetan, Sumberadi, Mlati, Sleman, Sumarjono mengatakan, dirinya tidak secara langsung menyaksikan penangkapan satu keluarga tersebut. Namun sebelum melakukan pengeledahan rumah yang ditempati keluarga itu, ada dua orang pria yang ke rumahnya dan minta izin akan melakukan pengeledahan di rumah tersebut. dan menjadi saksi.

Sementara, dirinya selaku ketua RT hanya diminta untuk menjadi saksi. Sementara, tujuan penggeledahan tersebut ditidak diberitahukan sebelumnya. “Hanya membisikan Densus 88 mau periksa rumah itu dan meminta saya untukmenyaksikan. Saya pun bilang monggo silakah,” kata Sumarjono di lokasi rumah kontrakan itu.

Sumarjono mengaku kaget saat diminta petugas untuk menyaksikan penggeledahan rumah. Pasalnya, dia tidak diberitahu penggeledahan yang dilakukan ini berkaitan dengan kasus apa.

"Hanya saya yang diperbolehkan masuk (rumah) menyaksikan. Dari yang saya lihat yang dibawa itu ada kardus berisi buku dan kertas foto
copy. Terus ada laptop, satu ponsel kecil, pedang, pisau sangkur, dan busur serta anak panah. Pedang, pisau, sama panah ditemukan di
samping timur rumah. Selain itu juga mobil satu dan motor satu," jelasnya.

Sumarjono menjelaskan, keluarga itu mengontrak di rumah milik warganya Pramono sejak Februari lalu. Mereka mengaku berasal dari Tegal, tetapi dalam kartu keluarga (KK) yang tertera berasal dari Babadan, Banguntapan, Bantul.

Saefulloh dan istrinya keseharianya berdagang bakso tusuk dan martabak di depan toko berjejaring yang tidak jauh dari rumah itu. “Untuk kesehariannya juga biasa, bergaul dan ikut kegiatan masyarakat serta sholat di masjid. Hanya saja kalau sholat di masjid, Saefuloh datangnya saat akhir jamaah, sehingga hanya sholat sendiri,” papar pensiuna perwira polisi pertama (Pama) di Polresta Yogyakarta itu.

Menurut Sumarjono, sebenarnya warga sempat curiga terhadap keluarga tersebut. Selain penampilan, juga ada informasi jika Saefulloh dalam pengawasan petugas. Meski begitu karena saat datang memberikan identitas yang jelas, serta bergaul seperti masyarakat umumnya, warga tetap dapat menerimanya. “Jika tidak ada identitas yang jelas, tidak saya terima,” ungkapnya.

Tetangga kontrakan Saefulloh, Margo (50) mengaku selama berinterksi dengan keluarga tersebut biasa saja, bila bertemu saling tegur sapa.
Namun, saat penangkapan dia tidak mengetahuinya, sebab waktu itu sedang bekerja. Terakhir ketemu dengan Saefulloh saat sholat subuh.

“Kalau yang sholat ke masjid hanya suaminya, untuk istri dan anaknya tidak,” kata warga Jambi yang bertugas di Lapas Cebongan, Sleman itu.

Ridwan Dwi Utomo (22), yang tinggal persis di samping rumah yang digeledah tersebut mengaku sempat menyaksikan penggedahan. Namun
diminta petugas polisi bersebo yang berada di lokasi untuk kembali ke rumah. “Petugas bilang kalau tidak ada kepentingan diminta meninggalkan tempat itu,” akunya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7804 seconds (0.1#10.140)