Kampanye Terbuka Prabowo-Gibran Sepi Massa Golkar Imbas Perlawanan Internal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kampanye yang digelar pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka selama beberapa pekan terakhir ini sepi atribut dan kehadiran massa pendukung Partai Golkar.
Deklarator Kaukus Muda Beringin pendukung Ganjar-Mahfud, Ton Abdillah Has mengatakan kegagalan mobilisasi massa di acara kampanye Prabowo-Gibran dipicu penolakan dari kader dan pengurus DPP Partai Golkar.
"Dukungan Prabowo-Gibran bukan saja menabrak keputusan Munas melainkan juga abai aspirasi dan tidak melalui proses demokratis. Terlebih pencalonan Gibran melalui Partai Golkar telah melukai semangat pengurus, caleg, kader hingga para senior," ujar Ton Abdillah.
Mantan pengurus pleno DPP Partai Golkar dan Ketua Umum Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyah ini mengatakan, segelintir fungsionaris Golkar telah membentuk kaukus perlawanan. Hal itulah yang akhirnya memicu keberanian struktur dan caleg Golkar untuk membangkang.
"Kita bisa lihat di hampir semua kampanye terbuka Prabowo-Gibran hanya dihadiri segelintir pengurus daerah dan caleg nomor atas. Ini bukti sahih keputusan bisa dipaksakan tapi antusiasme dan militansi tidak bisa dibeli," katanya.
Menurut Ton, baik secara figur capres cawapres maupun kerja sama koalisi, massa Golkar lebih tepat mendukung paslon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud.
"Ganjar-Mahfud secara simbolis mewakili sosok nasionalis-religius dan secara ceruk dukungan partai, Golkar dan PDIP tidak beriirisan, tidak saling menegasikan. Berbeda dengan Gerindra-Demokrat atau NasDem," ucap Ton.
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi membenarkan dukungan Prabowo-Gibran mulai tergerus akibat beralihnya dukungan dari sebagian kader Golkar. Sebagai partai besar tentunya Golkar enggan menjadi aksesoris di koalisi 2.
"Hal tersebut menandai kegagalan komunikasi politik elite Golkar baik ke ruang publik yang terlihat pada prosesi akuisisi Gibran maupun ke internal partai. Akibatnya, pengurus hingga massa pendukung Golkar tidak menemukan alasan untuk habis-habisan mendukung Prabowo-Gibran," ujar Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama ini.
Ari menuturkan kondisi ini dapat mengancam daya saing Golkar dalam pemilu legislatif. Kemunculan kelompok perlawanan seperti Kaukus Beringin Muda tidak saja meningkatkan dukungan kepada Ganjar-Mahfud, namun juga mendongkrak perolehan suara legislatif.
"Caleg-caleg Golkar di basis paslon 3 mendapat portofolio komunikasi politik ke basis pemiih guna mengamankan dukungan untuk pemilu legislatif," katanya.
Deklarator Kaukus Muda Beringin pendukung Ganjar-Mahfud, Ton Abdillah Has mengatakan kegagalan mobilisasi massa di acara kampanye Prabowo-Gibran dipicu penolakan dari kader dan pengurus DPP Partai Golkar.
"Dukungan Prabowo-Gibran bukan saja menabrak keputusan Munas melainkan juga abai aspirasi dan tidak melalui proses demokratis. Terlebih pencalonan Gibran melalui Partai Golkar telah melukai semangat pengurus, caleg, kader hingga para senior," ujar Ton Abdillah.
Mantan pengurus pleno DPP Partai Golkar dan Ketua Umum Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyah ini mengatakan, segelintir fungsionaris Golkar telah membentuk kaukus perlawanan. Hal itulah yang akhirnya memicu keberanian struktur dan caleg Golkar untuk membangkang.
"Kita bisa lihat di hampir semua kampanye terbuka Prabowo-Gibran hanya dihadiri segelintir pengurus daerah dan caleg nomor atas. Ini bukti sahih keputusan bisa dipaksakan tapi antusiasme dan militansi tidak bisa dibeli," katanya.
Menurut Ton, baik secara figur capres cawapres maupun kerja sama koalisi, massa Golkar lebih tepat mendukung paslon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud.
"Ganjar-Mahfud secara simbolis mewakili sosok nasionalis-religius dan secara ceruk dukungan partai, Golkar dan PDIP tidak beriirisan, tidak saling menegasikan. Berbeda dengan Gerindra-Demokrat atau NasDem," ucap Ton.
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi membenarkan dukungan Prabowo-Gibran mulai tergerus akibat beralihnya dukungan dari sebagian kader Golkar. Sebagai partai besar tentunya Golkar enggan menjadi aksesoris di koalisi 2.
"Hal tersebut menandai kegagalan komunikasi politik elite Golkar baik ke ruang publik yang terlihat pada prosesi akuisisi Gibran maupun ke internal partai. Akibatnya, pengurus hingga massa pendukung Golkar tidak menemukan alasan untuk habis-habisan mendukung Prabowo-Gibran," ujar Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama ini.
Ari menuturkan kondisi ini dapat mengancam daya saing Golkar dalam pemilu legislatif. Kemunculan kelompok perlawanan seperti Kaukus Beringin Muda tidak saja meningkatkan dukungan kepada Ganjar-Mahfud, namun juga mendongkrak perolehan suara legislatif.
"Caleg-caleg Golkar di basis paslon 3 mendapat portofolio komunikasi politik ke basis pemiih guna mengamankan dukungan untuk pemilu legislatif," katanya.
(jon)