AICIS 2024: Meneguhkan Misi Suci, Mengatasi Anomali

Selasa, 30 Januari 2024 - 21:22 WIB
loading...
AICIS 2024: Meneguhkan Misi Suci, Mengatasi Anomali
Rektor UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Prof. Dr. Ridwan, M.Ag. FOTO/UIN SAIZU
A A A
Prof. Dr. Ridwan, M.Ag
Rektor UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

NOVELISdan wartawan asal Inggis AN Wilson menulis buku berjudul 'Against Religion: Why We Should Try to Live without It' (Melawan Agama: Mengapa Kita Harus Mencoba Hidup tanpa Dia) membuat narasi tentang pesimisme terhadap peran dan masa depan agama di dunia. Baginya, agama adalah sumber kejahatan. Fenomena kekerasan yang menjelma dalam bentuk terorisme dan peperangan lahir karena motif-motif keagamaan. Klaim kesucian dan keramahan agama paradoks dengan realitas kekotoran dan keberingasan prilaku orang-orang yang konon taat beragama.

Perspektif AN Wilson yang pesimistik terhadap peran agama sesungguhnya tidak benar. Apa sebab? Dalam praktiknya agama bisa menjadi kekuatan yang mampu mempersatukan keragaman manusia, di mana dibingkai oleh pesan humanisme agama yang universal. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan, konflik, peperangan ataupun manispestasi kejahatan-kejahatan kemanusiaan lainnya.

Mulai Kamis hingga Minggu (1-4/2/2024), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI akan menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Ke-23 di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah. AICIS yang mengusung tema 'Redefining Religion's Roles in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights' ini menjadi forum sangat berharga karena diharapkan memberikan penegasan peran strategis agama dalam mengatasi krisis kemanusiaan global, termasuk menjawab keraguan sebagian kalangan dan membalik tesis AN Wilson.

Harapan besar itu beralasan. Sebab berbagai hasil riset berkelas dunia tentang konstribusi agama dalam menciptakan perdamaian dunia dari berbagai perspektif akan didesiminasikan di AICIS. Forum akdemis ini sangat prestisius sekaligus tepat untuk merumuskan dan mendefiniskan kembali peran-peran gama dalam ikut menciptakan perdamaian dunia. Sisi menarik dari AICIS 2024 ini adalah forum tersebut tidak hanya berhenti pada perdebatan akademik-teoritis, tetapi juga mendialogkan dengan pengalaman empiris bagaimana agama mengambil peran strategis dalam menciptakan perdamaian dunia. Lebih menarik lagi, para tokoh agama dari berbagai belahan dunia akan menyampaikan paparan pengalaman empiris dalam kerangka menatasi krisis kemanusiaan.

Dalam tinjauan epistemologis, kelahiran suatu agama tidaklah muncul pada ruang dan waktu yang hampa budaya. Agama lahir sebagai respons atas terjadinya anomali sosial yang menindas nilai kemanusiaan. Seorang nabi, sang pembawa risalah agama memiliki misi suci mereformasi sosial untuk memanusiakan manusia. Pada titik inilah, setiap nabi adalah seorang reformis dan agama adalah kumpulan doktrin yang berfungsi sebagai panduan untuk melakukan reformasi sosial.

Dalam terminologi Islam, anomali sosial itu mewujud dalam tata kehidupan sosial masyarakat Arab yang disebut dengan jahiliyah. Perilaku anomali jahiliyah mewujud dalam berbagai problem kehidupan misalnya absurditas teologis dalam bentuk polytheisme (kesyirikan), sistem ekonomi yang menindas (riba/rentenir), sistem politik yang tidak demokratis (tribalism) dan ketidakadilan gender (subordinasi peran manusia) dan alienasi nilai kemanusiaan (stereotyping perempuan sebagai sub-human).

Realitas anomali masyarakat jahili ini tampaknya mewujud dalam berbagai manifestasi yang ragam seperti peperangan, terorisme, ketidakdilan gender, korupsi, kolusi dan nepotisme di era komtemporer ini yang terjadi pada semua lini kehidupan. Sepertinya, agama harus hadir kembali untuk memerankan misi sucinya mengembalikan nilai kemanusiaan dan mengatasi anomali sosial yang mengglobal yang melahirkan berbagai krisis kemanusiaan.

AICIS Ke-23 di UIN Walisongo menjadi forum strategis untuk merumuskan dan mendefinisikan kembali misi suci agama untuk mencari jawaban atas keraguan sebagian kecil orang terhadap peran dan masa depan agama dalam mengatasi krisis kemanusiaan global. Para tokoh agama dunia yang hadir di forum AICIS menjadi penutur pesan-pesan profestis Sang Nabi untuk menggaungkan misi sucinya mengatasi anomali sosial untuk mengatasi krisis kemanusiaan global.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1311 seconds (0.1#10.140)